Bab 5

50 4 1
                                    

Pagi harinya Fahri sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah, ia sudah selesai mandi dan tinggal sarapan saja. Kini Fahri sedang berada di dapur memasak nasi goreng untuk nya dan Mawar.

Wangi nasi goreng yang dibuat Fahri menyeruak sampai seisi rumah, Fahri memang cukup pandai dalam memasak. Sampai-sampai Kinan yang sedang molor diatas lemari pun ikut terbangun akibat mencivm bau nasi goreng yang Fahri buat.

"Nak, kamu sudah bangun?" Fahri menolah ke sumber suara, itu Mawar yang berada di belakang nya. Wanita itu sedang menguncir rambut nya kebelakang.

"Iya Bu, udah selesai buat sarapan pula. Yuk kita sarapan bareng," ajak Fahri.

Mawar mengangguk lalu membantu Fahri menyusun piring dimeja. Fahri lalu menuangkan nasi goreng itu kedua piring yang disiap kan oleh ibunya.

Kinan yang baru datang langsung muncul tiba-tiba duduk di kursi milik almarhum ayah Fahri. Wajah cantik Kinan langsung sumringah melihat nasi goreng yang terpajang didepan mata nya. Tampak ia mengecap-ngecap menahan air liur turun akibat ngiler.

"Bu, ayo kita makan cepet. Takutnya ada yang jahil ngikut makan," sindir Fahri.

Kinan melirik Fahri, tentu saja yang disindir itu dia. "Ohiya, ayo kamu juga makan yang cepet. Takut nya telat," ucap Mawar.

Wajah Kinan yang cemberut membuat Fahri terkekeh kecil, emang enak cuman bisa liat orang makan. Lagian ada-ada ajah mau ngikut sarapan.

Setelah sarapan Fahri pun langsung berpamitan untuk berangkat sekolah, Fahri sudah rapi dari atas sampai bawah. Kini ia menyalimi tangan ibu nya, lalu berjalan keluar rumah menuju sekolah. Karena jarak sekolah nya tak begitu jauh jadi Fahri berjalan kaki saja, biar sekalian olahraga pagi.

Fahri mempunyai motor namun ia memilih untuk Mawar saja yang gunakan untuk keperluan ibunya yang bekerja disebuah laundry.

"Fahri berangkat dulu yah, Bu?"

"Iya, kamu hati-hati yah? Jangan lupa baca doa," ucap Mawar mengingatkan.

"Iya Bu, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Fahri pun berjalan menjauh dari rumah nya.

Meninggalkan Mawar yang masih berdiri sendirian melihat punggung anak nya yang semakin lama semakin jauh. "Duh, kok jadi merinding gini yah?" Mawar mengelus tengkuk nya melihat-lihat sekeliling rumah.

Bagaimana tidak merinding jika Kinan yang sedari tadi berdiri dibelakang Mawar, ia tak mau menampakkan dirinya di depan Fahri, takut nya kena semprot lagi.

"Hihihi, ibu nya Fahri ketakutan niee," ucap Kinan seraya tertawa cekikikan.

***

Fahri berjalan dijalan yang cukup sepi, jejeran lampu jalan pun masih menyala. Fahri merasa ada yang mengikuti nya, ia memelankan jalannya lalu berbalik seketika. Tidak ada siapapun disana, Fahri lalu berjalan kembali firasat nya tetap mengatakan jika ada yang mengikuti nya.

Benar saja, sedari tadi berjalan Kinan terus mengikutinya mengendap-endap dari belakang. Kunti kecil itu bersembunyi di balik  tiang lampu saat Fahri berbalik tadi.

"Pasti tuh Kunti bogel lagi nih, ngikutin gue," gumam Fahri.

Fahri mempercepat langkahnya begitu juga dengan Kinan yang berlari kecil mengikuti langkah Fahri. Namun dengan cepat Fahri berhenti dan berbalik tiba-tiba. "Hah!" Tertangkap basah sudah Kinan yang mematung ditempat.

"Kan, pasti Lo yang ngikutin gue dari tadi," ucap Fahri.

Kinan cengar-cengir mengigit b1bir bawah nya. "Hehe, kok tau sih, kamu dukun yah?" ucap Kinan.

"Dukun pala Lo, Napa sih ngikutin gue Mulu, hah?" tanya Fahri.

"Mau ikut, boleh yah?"

"Gak, gue mau sekolah yah! Bukan mau tamasya," ucap Fahri.

"Ya aku juga tetep mau ikut, kemana pun kamu pergi," ucap Kinan tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Enak ajah, siapa yang buat peraturan kaya gitu?"

"Aku, kan sekarang kita temen," ucap Kinan menaik turunkan kedua alisnya.

"Cih, gak ada yah, gue gak minat temenan sama Kunti bogel,"

"Kunti bogel apaan sih? Dari kemarin manggil aku kaya gitu Mulu,"

"Lo gak ngaca? Porsi badan Lo itu kaya Yakult, Lo isdet nya masih balita yah?" tanya Fahri.

Isdet= Mat1

"Yaampun, segitu nya yah. Tapi aku tetep cantik kan walau pendek begini," ucap Kinan.

"Karep mu lah, dek," Fahri pun malas debat, ia kembali berjalan kedepan.

Sementara itu Kinan terus mengikuti nya, sampai Fahri tiba digerbang sekolah. Baru beberapa siswa-siswi yang berdatangan.

"Ini sekolah kamu?" tanya Kinan.

"Hem,"

"Fahri!" Yang dipanggil pun menoleh, melihat seorang lelaki seusianya berlari kearah nya.

"Napa? Tumben Lo Dateng nya pagi gini," ucap Fahri.

"Gue belom ngerjain PR," ucap Ilham-teman dekat Fahri.

"Aelah, pasti mau kerjain dikelas kan?" tebak Fahri.

"Tau ae, Lo. Btw boleh minjem pr Lo gak?" ucap Ilham cengengesan.

"Ya, tapi traktir gue ke kantin nanti,"

"Aman itu mah," Fahri dan Ilham pun berjalan bersama tanpa mengajak Kinan yang berdiri sendirian.

"Lah, aku ditinggal?"

***

"Aa Fahri!" Fahri yang tengah tertawa bersama Ilham lantas menoleh saat sari-siswi kelas sebelah yang menyukai Fahri memanggil namanya.

"Asik, penggemar berat Dateng tuh," ucap Ilham.

Fahri menutup wajah nya dengan buku, dari mulai mendekat lalu duduk disebelah kanan Fahri. "Tadi gue tungguin digerbang gak ada, rupanya udah di kelas toh," ucap dari seraya tersenyum manis.

"I--iya Sar," ucap Fahri.

Kinan menyaksikan gadis itu seperti nya menyukai Fahri, dari gelagat nya yang begitu agresif, sampai Fahri takut untuk menatap nya. Gadis itu cukup cantik, tapi Kinan rasa dirinya lah yang lebih cantik.

"Eh Sari buah, Lo gak bisa apa sehari ajah, gak gangguin best-friend gue," ucap Ilham.

"Kenapa? Gak seneng? Aa Fahri juga gak kenapa-napa kok," ujar Sari.

"Iya karena dia jaga perasaan Lo,"

"Sirik banget sih Lo, Ham. Lo gak ngerasain apa, aura gue yang begitu memukau," ucap Sari dengan pedenya.

Kinan melongo mendengar penuturan yang Sari ucapkan. "Apa? Aura memukau? Aura mistis iya," cibir Ilham.

"Heh! Enak ajah Lo ngomong!"

"Udah deh, kalian jangan berantem dikelas. Di lapangan gih sana," ucap Fahri.

"Ihh, aa Fahri kok gitu sih? Emang mau kalau gue adu jontos sama siluman kodok ini?" ucap Sari memelas.

"Dih, alay Lo! Sarimin," ketus Ilham kesal

Kinan yang duduk disebelah kiri Fahri pun bertanya. "Dia pacar kamu?" tanya Kinan.

"Bukan," jawab Fahri berbisik.

"Anak nya aktif banget yah?"

Fahri memegang tangan Kinan, Kinan melihat tangan nya yang disentuh oleh Fahri. Perlahan Fahri berjalan menjauh bersama Kinan saat melihat Ilham dan Sari yang sedang beradu mulut yang entah kapan henti nya.

***

KUNTI BOGEL KEMASAN SASETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang