3 | Masih tentang petrichor

3 0 0
                                    

Aku tidak tahu bagaimana cara semesta bekerja. Namun, bukankah semuanya tetap sama? Katanya, berdamai dengan diri sendiri lebih baik dibandingkan menyalahkan keadaan. Nyatanya, tidak ada yang benar-benar lebih mengerti selain diri sendiri. Aku hanya butuh setidaknya satu hari dalam hidupku untuk merasakan ketenangan. Aku tidak butuh kebahagiaan yang kenyataannya hanya mampu bertahan sesaat.

Seperti rasa sepi yang sudah menjadi takdir yang diciptakan untuk diriku, aku menyukainya. Aku menyukai kesendirian yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Saat hujan turun membasahi bumi, seluruh anganku ikut melebur kedalam pelukan udara yang di selimuti angin. Manakala hujan membawa banyak kenangan bagi kebanyakan orang, justru sebenarnya hujan membuatku sangat kedinginan. Aku benci berteduh di antara banyak orang, lebih tepatnya aku tidak begitu suka hujan. Saat hujan datang, aku lebih memilih bersembunyi dalam balutan selimut yang hangat, ditemani dengan beberapa lagu yang membuat perasaanku sedikit melunak.

Kecuali petrichor, hal satu itu justru selalu menyita indra penciumanku. Aku selalu bertanya bagaimana bisa ia tercipta begitu menggoda. Bau tanah basah itu sedikit menaikan mood-ku yang selalu saja berubah-rubah tak tentu arah.
Kebanyakan orang mungkin merasa aneh dengan luka apa yang sebenarnya aku alami hingga berakhir seperti ini. Aku sendiri tidak mengerti. Aku hanya merasa hidupku sangat, hampa. Setidaknya aku sedikit lega ketika aku menuliskan kata demi kata yang begitu menyakitkan disini. Sedari dulu, aku memang bukan orang yang merasa bebas untuk berbicara. Aku lebih memilih untuk memendam semuanya sebab suaraku tak pernah di dengar. Aku juga selalu terlihat seperti manusia paling egois diantara kebanyakan manusia egois lainnya.

Entah sejak kapan semuanya dimulai, yang pasti aku tidak ingin mengingatnya kembali. Aku benci mengetahui fakta bahwa masalaluku begitu buruk. Ketika teman-temanku membicarakan perihal masalalunya yang sangat indah, aku justru mengeluarkan sumpah-serapah dalam hati sambil mendengarkannya. Aku sangat takut ketika membicarakan masalalu yang penuh dengan pilu.

Hal yang akhir-akhir ini aku sukai adalah menangis. Bukan karena aku yang terlalu berperasa, tetapi menangis rasanya seperti candu yang sulit untuk meluruh. Aku memang rapuh, tetapi bukan berati aku pantas untuk selalu tersakiti. Ketika sebagian orang mengatakan bahwa cinta itu membawa bahagia, justru cinta yang pernah aku alami membawa trauma.

Aku pernah membenci satu kota beserta seluruh isinya sebab terluka. Seluruh tempat yang pernah aku pijak bersamanya terlihat begitu memuakkan. Mungkin sekarang aku menyesal kenapa dahulu pernah sebegitu mencintainya sedangkan karena mencintainya saja sudah membuatku tersiksa setiap harinya.
Jangan lupakan bahwa aku juga bersyukur memiliki semesta. Karena dari awal, aku menulis ini untuk semesta. Agar semesta tau bahwa aku terluka. Agar semesta tau bahwa aku juga ingin terlihat, aku ingin di dengar, sesekali aku ingin menjadi pemeran utama dalam sebuah kisah yang berakhir indah. Aku ingin duniaku tetap berwarna layaknya jingga yang menghangat di sore hari.
Semesta yang tak pernah berpihak padaku atau memang aku yang terlalu banyak mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil sehingga semesta memberikan begitu banyak luka. Bagiku, hidup ini tidak adil. Mengapa luka sekecil ini perlahan semakin membesar.

Aku selalu menangis di tengah heningnya malam, berharap semesta mendengar tangisku yang begitu memilukan. Aku selalu terjaga, memikirkan segala hal buruk yang selalu aku takuti.

Perasaan bisa berubah-rubah dalam satu waktu. Aku merasa sedih, namun ada beberapa hal kecil yang membuatku bahagia. Tetapi, perasaanku malah menjadi tidak karuan. Terkadang aku marah kepada hal yang membuatku kesal, karena aku benci ketika menjadi bahan candaan orang lain.

Aku tahu di dunia ini tidak ada yang sempurna, termasuk semesta. Karena aku tidak sempurna, aku tidak tahu harus melakukan apa selain menulis semua kata-kata yang membuatku semakin merasa tidak ada apa-apanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PETRICHOR : Akhir Dari Sebuah LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang