• Namaku Arasyaa •

435 44 6
                                    

"kenapa lagi tuh bocil?" Joshua berjalan mendekati bangku Arsyaa dan Rangga

"PMS." jawab asal Rangga. Pemuda bongsor itu sibuk dengan ponselnya. Apalagi jika bukan games.

"Sekolah! Belajar!" seru Joshua. Rangga dengan sigap menghindar dari tangan Joshua yang seinci lagi mengambil ponselnya.

"Weeitss.. jauhkan tangan harammu dari ponselku."

Joshua jengah, menoyor sedikit kepala Rangga dan berpindah posisi di depan meja Arasyaa.
"Sakit?" tanyanya singkat

Arasyaa hanya menggeleng tanpa mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk berpangku lengannya.

"Kalau begitu, pasti Tuan Muda Varish tidak bisa menjemputmu lagi?"

Arasyaa mendongak malas mendengar ucapan Joshua. Temannya satu itu memang jagonya mengejek.
"Berhenti memanggil Papa dengan sebutan itu."

Joshua terkekeh pelan. Berjalan menuju bangkunya sendiri yang berada di samping bangku Arasyaa.
"Kenapa sih, itu kan panggilan sopan. Kakekku sendiri yang mengajari untuk memanggil Papamu dengan sebutan itu."

"Tapi kan itu dulu, waktu kakekmu masih berkerja di rumah kakek Rajendra." malas Arasyaa

"Temui saja kakekku, jangan lupa ajak Papamu. Pasti dia akan memanggil dengan sebutan Tuan Muda."

"Beliau! Joshua, bukan dia. yang sopan." ingat Arasyaa

"Iya..iya... ak-

"ANJIIIIIIIN-RRRRR... gagal push rank! Sialan orang asing satu ini!" umpat Rangga tiba-tiba

"Rangga! Mulut!" bentak Shaza, ketua kelas mereka yang baru datang.

"Sorry..sorry..." dasar Rangga. Andalannya hanya terkekeh dan menampilkan muka memelasnya.

"Asaa, kamu dipanggil Bu Kepsek." info dari ketua kelas semakin melengkungkan bibir Arasyaa.

"Iya, terima kasih." ucap Arasyaa. Putra semata wayang Varish Nara itu pun beranjak dari duduknya. Joshua mengekor di belakang.

"Kenapa?" tanya Arasyaa di depan pintu kelas.

"Ke kantin." jawab Joshua singkat

"Oh.. kirain mau ikut Asaa."

"Dih.. jangan kegeeran."

Arasyaa dan Joshua berjalan beriringan di koridor kelas dan berpisah di persimpangan. Arasyaa belok ke kanan menuju ruangan kepala sekolah sedangkan Joshua berjalan lurus menuju kantin.

tokk took tokk

"Masuklah." suara seorang wanita terdengar menyahut saat Arasyaa mengetuk pintu

"Ibu memanggil saya?" tanya Arasyaa sopan.

Geischa Dharma Putri, usianya mungkin sama dengan Papa Arasyaa, adalah kepala sekolah, International Olympic School. Anggun, berwibawa, ramah namun tidak banyak senyum, dan tegas.

"Oh, Rasyaa..." panggil Geischa sesaat melihat Arasyaa masuk. Dan lagi, hanya kepala sekolahnya yang memanggil Arasyaa seperti itu.

"Duduklah, sudah sarapan?" Kepala sekolah beranjak dari duduknya dan berjalan sembari mempersilahkan Arasyaa duduk di sofa tamu.

"Sudah, Bu." jawab Arasyaa sopan. Sedikit banyak anak itu tahu apa yang akan dibicarakan Kepala Sekolah kepada dirinya.

"Singkat saja, apa kamu sudah berbicara dengan orang tuamu tentang tawaran ibu kemarin?" Geischa bertanya dengan lembut dan santai. Senyuman manis terpatri diwajahnya.

"Hmm.. belum, Bu. Tapi Bu, saya sendiripun tidak tertarik dengan kompetisi itu." jawab Arasyaa. Tawaran yang dimaksud oleh Geischa adalah kompetisi seni tahunan di pusat kota.

ArasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang