• Namaku Arasyaa •

386 47 14
                                    

Hari Minggu.
Hari dimana Arasyaa akan betah berdiam diri di kamarnya. Entah menyusun puzzle, melukis, atau hanya rebahan bermain ponsel. Biasanya Varish akan tetap membangunkan Arasyaa pagi untuk sarapan, lalu jika Sang anak masih ingin tidur, Varish tidak akan melarang.

Namun sepertinya hari minggu ini sedikit berbeda. Arasyaa sudah bangun pagi sekali, melamun sekitar 15menit di ujung kasur, masih dengan piyama biru dan rambut bak sangkar burung itu, Arasyaa keluar dari kamarnya. Berjalan pelan menuju pantry.

"Papa.." sapanya saat melihat Varish duduk di kursi pantry dengan secangkir kopi yang masih mengepul uapnya.

Varish mendongak mendengar suara putranya, lalu alisnya terangkat, pria tampan itu menoleh kearah jam dinding,
"Asaa? kenapa sudah bangun?"

Masih ada 30 menit sebelum Varish membangunkan Arasyaa seperti hari minggu sebelum-sebelumnya. Maka ia sedikit heran, putranya sudah bangun sebelum Varish masuk ke kamar.
"Asaa sakit? butuh sesuatu?" tanya Varish sedikit khawatir

Arasyaa menggeleng,
"Tidak. Memang sudah bangun. Papa lihat apa?"

Arasyaa berdiri di depan Varish, dengan meja pantry sebagai penghalang. Kepala si anak melongok mencari tau apa yang sedang dilihat Varish di ponselnya.

"Foto Asaa. Paman Alexis baru saja mengirimnya." Varish menunjukkan ponselnya ke arah Arasyaa.

Arasyaa menjauhkan ponsel Sang Ayah ketika melihat foto dirinya terpampang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arasyaa menjauhkan ponsel Sang Ayah ketika melihat foto dirinya terpampang. Selanjutnya anak itu tidak berkomentar apa-apa. Berjalan ke belakang Varish untuk mengambil gelas minum.

Varish sedikit menghela nafas. Mengunci layar ponsel pintarnya dan menyimpannya di atas meja.

Selalu begini.

Varish tidak yakin sejak kapan tepatnya, namun semakin beranjak dewasa putranya itu, Arasyaa selalu menghindar atau tidak mau lihat foto masa kecilnya sendiri. Bahkan Varish ingat, Arasyaa tidak terlalu terlalu suka bercermin. Anak itu memang selalu membanggakan wajah tampannya.

Namun tidak untuk bercermin atau melihat hasil foto kamera. Varish belum pernah menanyakan alasannya, takut-takut Arasyaa tidak nyaman dengan pertanyaan Sang Ayah. Karena, Varish sedikit paham kenapa putra tunggalnya terkesan enggan menatap wajahnya sendiri. Ini semua ada kaitannya dengan Varish. Pria yang memasuki usia paruh bayanya itu, dalam diam selalu menyalahkan dirinya.

Karena ulahnya, karena sikapnya kepada Arasyaa, anaknya itu menjadi enggan melihat wajah tampannya.

Arasyaa tidak suka Varish menatapnya sebagai duplikat Sang Paman, Varsha.

Ya. itu memang alasannya.

Baik Varish maupun Arasyaa sendiri, meskipun tidak pernah tersampaikan tapi mereka paham.

ArasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang