04. Rapat DBL

73 11 0
                                    

Dari menginjakkan kaki di sekolah sampai pulang, sinar matahari tak pernah berhenti memancarkan cahayanya yang panas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari menginjakkan kaki di sekolah sampai pulang, sinar matahari tak pernah berhenti memancarkan cahayanya yang panas itu. Sampai-sampai Echa harus menyipitkan matanya tiap berjalan di area terbuka karena terlalu silau. Silau, panas, gerah, pengap. Empat kata tersebut sudah cocok untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi pada hari ini.

Bahkan Echa hampir berkata sunscreen yang ia pakai tidak berguna karena wajahnya tetap merasa seperti terbakar. Rambutnya saat dipegang langsung panas bagai siap dijadikan kompor untuk memasak, padahal dirinya hanya beberapa detik berada di bawah matahari.

Namun, untungnya ada rapat yang membuat mereka berada di ruangan terdingin, dingin sekali, hingga seluruh keringat Echa menghilang seketika begitu masuk ke dalam setelah beberapa menit.

Udara dingin memenuhi telapak tangan. Angin sejuk yang berasal dari beberapa AC di dance studio membuat Echa dan ketiga teman seperjuangannya terbebas dari panasnya matahari di luar. Entah mengapa, hari ini terasa lebih panas dari hari-hari sebelumnya. Memang matahari selalu memancarkan panas pada Bumi, namun hari ini panasnya berada di level yang berbeda. Berhasil membuat Echa berkeringat selama jam pelajaran saat di kelas tadi.

Padahal di kelas mereka ada AC namun rasanya tidak berguna. Sepertinya AC di kelas mereka sedang rusak, makanya tidak dapat mengeluarkan udara sejuk seperti yang seharusnya dilakukan oleh benda penyejuk ruangan tersebut.

Intinya, siapapun yang mengadakan rapat pada saat pulang sekolah ini, Echa ucapkan dari lubuk hati terdalam, terima kasih banyak.

Kini, Echa berada di dance studio bukan untuk latihan, melainkan untuk rapat. Alasan diadakannya rapat ini adalah karena mereka akan berhadapan dengan DBL sekitar tiga bulan lagi. Mereka harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan mulai dari sekarang. Dan sekarang juga mereka berempat, termasuk Echa, bukan berada di studio. Tapi, di ruangan khusus—sebut saja kantor—yang memang disediakan dari dulu sekali jika ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Seperti saat ini, di mana anggota inti dari ekskul tari akan bertemu dengan pemain inti basket.

Seharusnya, Echa dan teman-temannya itu melatih anggota-anggota tari karena hari Jumat adalah jadwalnya. Tetapi, agar tidak memunculkan rasa menyesal para anggotanya karena sudah membawa baju ganti ke sekolah namun tidak latihan, Echa sudah memberitahu mereka di grup kemarin. Begitu gadis itu pulang sekolah dan tiba di rumahnya, buru-buru ia mengetik bahwa tak kan ada latihan esok, lebih tepatnya hari ini, dan akan diganti hari Sabtu. Kemudian semenit setelah Echa memberi kabar, yang lain langsung memberikan respon positif, untung tak ada yang keberatan.

Echa kini tengah duduk tenang memakan bekal roti lapisnya yang belum habis. Mendengarkan Kiana dan Julia entah bercerita tentang apa, sementara Hera berada di dunianya sendiri—menghitung uang kas tari dan uang kas kelas tanpa adanya gangguan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Busy; ChaemuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang