Prolog

167 17 0
                                    

Di salah satu dari banyaknya kelas di Aristocracy, kelas XI IPA 1, kini tengah di kondisi bolak-balik ruang guru karena adanya info lomba atau semacamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di salah satu dari banyaknya kelas di Aristocracy, kelas XI IPA 1, kini tengah di kondisi bolak-balik ruang guru karena adanya info lomba atau semacamnya. Sebagai kelas dengan hampir semua murid-muridnya diisi oleh kesibukan, sudah seharusnya bagi seorang Alesha Haevilyn yang memegang posisi ketua kelas untuk mengatur hal tersebut.

Dimulai dari menerima informasi siapa saja yang sakit, izin, alpa, ataupun dispensasi. Lalu menanyakan kabar guru yang tidak masuk karena suatu alasan, apakah mereka diberi tugas atau tidak. Tak lupa menjelaskan maksud dari tugasnya dengan lebih jelas dan rinci, sekiranya ada seseorang yang masih belum mengerti. Dan masih banyak lagi.

Tepat di depan meja guru yang tidak ada gurunya, Echa membereskan buku catatan biologi teman-temannya yang disusun rapi di sana. Sebelum dibawa ke ruang guru untuk dikumpul, ia menghitung jumlah total buku tersebut lebih dulu agar tidak ada yang ketinggalan.

"Oke, sudah semuanya!" ujarnya begitu selesai menghitung semua bukunya sambil tersenyum puas. Tugas Ketua Kelas-nya ini cukup melelahkan, tapi ia menyukainya.

Alesha, atau yang biasa dipanggil Echa, sudah siap membawa buku-buku tersebut ke ruang guru. Dengan kedua tangan yang tidak kuat-kuat amat, gadis itu berhasil mengangkat 37 buku karena memang nggak seberat itu dan mulai membawanya ke ruang guru.

Namun, belum sampai keluar kelas, Hera mencegahnya dengan cepat. Gadis dengan perawakan seperti kucing itu menghampiri Echa sambil membawa secarik kertas padanya, "Echa, kamu mau ke ruang guru, 'kan? Boleh tolong kasih rundown acara ke anak band, nggak, sekalian? Mereka lagi di ruang latihan sekarang," tanyanya meminta tolong.

Sebagai gadis yang tidak dapat menolak saat ada seorang meminta tolong, Echa mengiyakan, membuat Hera memunculkan senyum—yang hanya dapat dilihat di waktu tertentu saja.

"Makasih ya, Echa! Nanti aku bakal jelasin materi matematika yang baru ke kamu!" ujarnya seraya berjalan kembali ke tempat duduknya.

"Iya, sama-sama!"

Merasa sudah tidak ada lagi yang membutuhkan pertolongannya atau apapun itu, Echa pun mulai pergi ke ruang guru. Sambil membawa buku-buku itu, Echa melewati beberapa kelas dengan jurusan yang sama dengannya di koridor. Pemandangan yang selalu dilihat olehnya setiap berjalan melewati koridor pasti beberapa murid yang tengah presentasi, dihukum di depan kelas, tidur karena jam kosong, dan masih banyak lagi kelakuan tak terduga.

Sudah sekitar lima menit Echa berjalan melewati kelas-kelas di koridor, ia pun sampai di ruang guru, tempat dimana meja milik Bu Rina berada—mejanya saja, entah di mana pemilik meja tersebut sedang berada. Karena alasan Echa membawa buku teman-temannya saat ini adalah Bu Rina tidak masuk kelas dan memberikan tugas, tiga soal beranak cucu.

Begitu sampai di depan pintu ruang guru, tangan kanannya terulur untuk mengetuk pintu transparan tersebut, lalu masuk ke dalam sambil mengucapkan permisi. Dan benar saja, tidak ada Bu Rina di sana. Terkadang beberapa guru akan berkata bahwa mereka tidak akan masuk karena tidak ingin, namun wujud fisiknya berserta akal dan pikiran mereka ada di sekolah. Entah apa alasan mereka tidak ingin tersebut, tapi masih memberikan tugas untuk dikerjakan.

Two Busy; ChaemuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang