"Kinan, mau pulang nggak?"
"Sok aja boleh duluan, aku lagi charge hp dulu sebentar." Perempuan bernama Kinan itu masih dengan posisi duduk nya di dekat meja guru bersama terminal kabel.
"Oke deh. Nanti langsung gembok aja kelas nya, jangan lupa kunci nya simpen deket jendela." Temannya itu akan bergegas pergi, kinan mengangguk mengiyakan ucapan temannya.
Temannya pergi meninggalkan dirinya sendiri di tengah kosongnya kelas. Kinan hanya memainkan ponsel menunggu baterai ponsel penuh, dia tidak mau saat pulang sekolah baterai ponselnya habis.
Tring!
Sebuah pesan masuk, Kinan langsung melotot. Dia harus bergegas pergi sebelum kejadian mengerikan datang kepadanya. Dia langsung mematikan ac, mencabut saklar, dan terakhir mengambil tasnya. Tidak lupa dengan amanah temannya untuk mengunci kelas. Dengan sangat terburu-buru Kinan cepat mengunci kelasnya dengan cepat. Dia menyimpan langsung kuncinya dekat jendela. Tidak lupa langsung memakai sepatu, setelah memakai sepatu dia mengecek semua di sekelilingnya.
"Hah, masih aman.." Kinan bermonolog sembari memegang dadanya.
"Masih aman apa?" Suara bass itu masuk ke pendengaran Kinan. Dirinya tertegun, tidak bisa berkutik.
"Kamu nggak balas pesan aku kenapa?" Lelaki itu masih bertanya, tubuh Kinan langsung membelakanginya, tetapi lengan lelaki itu dengan cepat memegang pundak Kinan.
Ya Allah... Aku kebanyakan dosa ya?
Dengan detak jatung yang sudah tidak normal. Kinan sudah memantapkan dia akan berlari sejauh mungkin.
1, 2, 3... LARII!!!
Kinan langsung berlari tidak peduli dengan lelaki itu. Lelaki yang mendatangi Kinan tidak kalah terkejut. Kinan lari tergesa-gesa seperti di kejar setan. Kelas nya terlalu jauh untuk sampai ke gerbang sekolah. Dia yakin staminanya kuat untuk kesana.
Sudah setengah perjalanan ke gerbang sekolah, Kinan mulai ngos-ngosan. Dirinya tidak suka berlari apalagi berlari sambil menuruni tangga.
Dia berhenti sejenak, untuk menetralkan nafasnya. "Habis ini jalan aja, dia nggak bakal ngejarkan? Dari tadi cuman aku yang lari." Seperti biasa Kinan suka bermonolog sendiri sambil merapihkan seragamnya yang sedikit keluar. Dia duduk sebentar di koridor kelas 11. Meluruskan kedua kakinya yang sakit karena berlari.
"Orang gila! Kenapa sih.." Kinan mengeluh dirinya sangat haus. Tas yang berada di pundaknya dia balikan menghadap ke depan. Kinan sangat haus, dia mencari botol air minumnya. Kinan melotot botol minumnya tidak ada.
"LAH, BOTOL MINUM DIMANA?" Kinan yang panik bergegas memakai tasnya kembali. Dia akan kembali ke kelas untuk mengambil botol minumnya.
Tetapi jika balik lagi ke kelas, takutnya masih ada itu lelaki. Kinan mengurung niatnya untuk kembali ke kelas demi sebuah botol.
Masalahnya itu tupperware!
Kinan menepuk jidatnya pusing, nanti ibunya akan marah jika tupperware hilang lagi. Kinan takut aslinya, tapi kan bagaimana lagi? Dia berpikir besok saja ambilnya di kelas kalau ada.
"Kalau gak ada?" Kinan berdecak pinggang.
"Ada di aku tenang aja." Suara itu bikin Kinan lebih gelisah. Kinan menjadi tegang kembali, dia dengan berani melihat lelaki gila itu. Lelaki itu menenteng botolnya! Mana setiap langkahnya seperti ingin memangsa Kinan. Dengan senyumannya yang aneh itu.
Kinan perlahan melangkah mundur, setelah itu dengan sigap dia langsung berbalik badan untuk berlari lagi. Tetapi atmosfer kali ini berbeda, lelaki itu mengejarnya. Larinya sangat cepat, hingga Kinan kewalahan. Sebentar lagi Kinan akan sampai gerbang, tapi masalahnya masih di gerbang kelas 10.
Sekolah nya terlalu luas, jadi untuk lari ke depan gerbang sekolah dia harus ekstra. Kaki, perut, semuanya sudah tidak kuat. Sejauh apapun pasti bakal tertangkap lagi.
Kinan ingin berlari lagi, tapi perutnya sudah tidak kuat. Kinan mengalami kram perut. Dia memegang perutnya dengan kuat, sambil lari kecil.
"Nggak cape apa lari-larian terus?"
Ternyata lari kecil adalah siasat yang buruk, dia malah tertangkap oleh lelaki gila itu. Kinan duduk kembali di lantai, bodo amat kotor juga. Mana dia sudah tertangkap, tangan lelaki itu memegang tangan kirinya dengan kencang. Dia tidak bisa melakukan apa-apa. Kinan harus menyerah saja!
"Minum dulu." Lelaki itu menyodorkan botol minumannya. Kinan mengambil botolnya tanpa mengalihkan pandangan. Dirinya terlalu malas melihat wajah lelaki itu.
"Ish, jangan ngejar-ngejar lagi cape." Nada intonasi Kinan terdengar kesal.
"Siapa yang ngejar? Orang kamu yang duluan lari," Omongannya sungguh mengejek. Kinan tidak suka. "Jangan lari makannya! Semakin cepet larinya semakin aku kejar." Lanjutnya lagi. Omongannya sungguh membuat Kinan geram.
Kinan lantas berdiri, matanya sudah menyalang kesal. "Heh, Afzan! Diem ya sebelum aku cubit! Kamu dari kemarin-kemarin ganggu aku terus! Aku tuh kakak kelas kamu. Bukan temen kamu!"
"Terus?"
"Terus, terus kaya tukang parkir aja."
Perseteruan itu terus terjadi, tidak ada yang saling mengalah. Baik Afzan maupun Kinan. Karena kekuatan Kinan sedang mengecil, akhirnya yang mendominasi adalah Afzan.
"Ayo pulang." Titah Afzan.
"Iya.." Jawaban Kinan membuat Afzan tersenyum puas, dia akhirnya menang melawan Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misty Blue
Teen FictionKinan itu hanya ingin masa SMA-nya baik - baik saja. Tanpa gangguan apapun itu. Tetapi, Kinan kadang iri melihat kisah kasih percintaan para temannya di SMA. Sudah menjomblo 17 tahun, tanpa pengalaman pacaran. Belum pernah di dekati oleh lelaki man...