PROLOG

5 1 0
                                    

Jakarta, 25 oktober 2023

Hujan deras mengguyur kawasan selatan kota Jakarta sejak dua jam yang lalu, air bahkan sudah semakin naik hingga beberapa tempat di kawasan ini perlahan mulai tergenang banjir.

Padahal ramalan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG menyatakan bahwa hari ini cuaca akan sangat panas dikarenakan perubahan iklim yang drastis, namun ramalan itu meleset dan menyebabkan banyak sekali aktivitas yang harus tertunda, karena mempercayai informasi cuaca itu.

Begitu juga dengan salah satu sekolah elit di kawasan itu yang halaman dan fasilitas outdoornya telah tergenangi oleh air, pihak sekolah terpaksa menerapkan pembelajaran di dalam ruangan, dan membatalkan segala kegiatan outdoor dikarenakan cuaca yang tidak mendukung.

Lain halnya dengan siswa-siswi yang memilih untuk menjaga tubuh mereka agar tetap kering dan hangat di dalam kelas, seorang gadis memilih untuk duduk di tepi pembatas rooftop, dan membiarkan tubuhnya basah oleh hujan.

Terhitung sudah tiga puluh menit lamanya sejak Asha merangkak dan duduk di atas tepi rooftop gedung SMA itu, dan selama tiga puluh menit Asha hanya terdiam dan menatap jauh dengan tatapan kosong pada kedua matanya.

Perlahan namun pasti Asha bergerak dan bangun dari duduknya, kakinya tepat berada di tepi pembatas rooftop, dan jika saja Asha salah melangkah maka tubuhnya akan terjatuh ke lantai bawah, namun bukannya turun Asha tetap bergeming dan sesekali mengusap kedua matanya menggunakan lengannya.

Isakan kecil terdengar diantara derasnya hujan yang mengguyur, dan isakan itu keluar dari bibirnya dan air mata yang keluar dari kedua mata itu, yang bercampur dengan derasnya air hujan yang terus mengguyur.

"Lompat!." Suara berat itu terdengar dari arah belakang.

"Lompat kalau lo berani!," Ujar suara berat itu.

Asha menoleh ke arah belakangnya dan menemukan sosok lelaki, yang sedang memegang sebuah payung hitam untuk melindungi dirinya dari air hujan.

"Kenapa?, Lo takut?" Tanya lelaki itu berjalan mendekat kehadapan Asha.

"Berhenti!" Teriak Asha mulai ketakutan dengan kehadilan sosok itu.

Lelaki itu tidak bergeming dan terus melangkah maju, mendekati gadis yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

"Berhenti atau gue lompat!?," Ancam Asha tidak main-main.

Lelaki dengan name tag bertuliskan Dhimas Kai itu dengan mudah menaiki pembatas rooftop yang cukup tinggi di hadapannya itu, dan saat ini Kai sudah berada tepat di atas pembatas dan berhadapan langsung dengan Asha.

"Gimana?, Mau gue bantu?." Tanya Kai dengan wajah santainya.

"Brengsek!," Maki Asha tepat di depan wajah sosok lelaki yang sangat dibencinya itu.

Asha memalingkan wajahnya dan kembali kepada tujuan awalnya datang ke rooftop ini, tanpa berpikir panjang lagi Asha mengambil langkah untuk maju selangkah dengan kedua matanya yang terpejam dengan sangat rapat.

'Maafin aku, ma!' batinnya meminta pengampunan dari ibunya.

Asha membuka kedua matanya terkejut dengan sebuah tarikan dari tangannya, dan menemukan sosok Kai yang saat ini tengah menarik tangannya, mencoba untuk menahan Asha agar tidak terjatuh.

Kai terlihat sangat terkejut dan garis wajahnya tertarik kaku dengan kedua rahangnya yang mengeras, payung hitam yang sejak tadi menutupi dirinya dari hujan telah terjun ke lantai dasar seolah menggantikan tubuh Asha yang seharusnya sudah berada di bawah sana sejak tadi.

Kai mengubah posisi Asha dan menjatuhkan tubuh gadis itu kedalam area rooftop, yang membuat bokong Asha berhasil menyentuh lantai dengan cukup keras.

"Akh!?." Asha meringis saat setelah bokongnya bertemu dengan lantai rooftop.

"APA LO GILA?!." Kai berteriak karena terkejut sekaligus tidak percaya dengan hal yang baru saja dilakukan gadis yang masih terduduk di depannya.

Asha menatap Kai dengan tatapan penuh kemarahan. "APA HAK LO BUAT HENTIIN GUE?!" Teriaknya balik seperti telah dirasuki.

"LO YANG BUAT GUE KAYAK GINI!."

"KALO GUE MATI, GUE BAKAL TERBEBAS DARI KALIAN!," Teriak Asha dengan sekuat tenaganya hingga tenggorokannya terasa sakit.

"Minggir!,"

Asha kembali mencoba naik ke atas pembatas rooftop, namun gerakannya dengan cepat ditahan oleh Kai di depannya.

"Lepasin gue!," Pintanya namun kali ini suaranya telah melemah.

Tubuh Asha bergetar hebat dan kedua kakinya melemah lalu ia terduduk kembali di lantai.

"Salah gue apa?," Gumamnya di sela tangisannya yang bercampur dengan air hujan yang tidak berhenti turun.

"Gue bisa bantu lo!," Ujar Kai berjongkok di depan sosok gadis yang terlihat sangat hancur itu.

"Bantu?," Asha memicingkan mata tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Lo bilang bantu?," Gadis itu menyeringai kecil.

"Lo bagian dari mereka!," Asha mendorong tubuh Kai, namun tubuh kekar lelaki itu sama sekali tidak bergerak.

Kedua tangan kekar itu menangkup wajah kecil di depannya, kedua mata mereka saling beradu, namun kali ini Kai menatap gadis di depannya itu dengan tatapan penuh kasih.

"Believe in me," Kai berbisik kecil mencoba meyakinkan gadis di depannya.

Perlahan sebuah kecupan hangat mendarat tepat di atas bibir gadis itu.

Asha terdiam membeku, otak pintarnya mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Asha tahu bahwa lelaki itu adalah manusia yang sangat harus diwaspadai, namun pikirannya tidak dapat berpikir dengan jernih. Hati dan pikirannya seolah bercabang dan Asha tidak dapat memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya, karena lelaki itu perlahan namun pasti berhasil membuat Asha mempercayainya.

MONARCH : FIND YOU THEN I FOUND MYSELF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang