14. Dalam Versi Terkuat

15 2 2
                                    

Hari ini, (Name) harus pergi ke ruang latihan kelas Lagu Tahun Kedua karena ia ada urusan disana. Yaitu, mengetes seorang murid baru, yaitu Ameko Naomi.

(Name) berjalan bersama Isagi disampingnya. Entah apa yang membuat lelaki itu mau mengikuti (Name) mengaudisi seorang gadis Tahun Kedua.

"Tumben ikut. Kenapa?" Tanya (Name) pada Isagi. Isagi mengangkat bahu santai. "Kelas Lagu hari ini 'kan nggak ada latihan. Jadi, aku mau ikut aja."

(Name) tersenyum, lantas ia fokus kembali kedepan. Suasana hatinya sudah membaik setelah bertengkar dengan Kaiser 1 Minggu yang lalu. Isagi masih bingung, jujur saja. Ada apa dengan hubungan Kaiser dan juga Kakak (Name)? Apa maksudnya menyelamatkan karir? Dan, apa maksudnya bahwa Harumi pernah menjatuhkan 5 piala milik Kakak kelas secara sengaja?

"(Name), apa maksud debatmu dengan Kaiser seminggu lalu? Aku masih kurang paham. Kupikir, Harumi adalah anak baik makanya dia bisa diangkat menjadi murid terbaik. Tingkat pertama malahan." Tanya Isagi.

(Name) tertawa pelan. "Aku belum menjelaskan kepada kalian, ya?"

"Generasi lima itu, terkenal akan bakat dan berandalnya mereka. 50 per 50. Mereka bisa serius dalam satu waktu, dan lain waktunya mereka bikin onar. Seperti generasi 7 saja, generasinya Kaiser. Harumi juga adalah seorang yang terkenal karena kejahilannya."

"Begitu." Isagi manggut-manggut. "Kamu tahu dari siapa?"

"Dari Bu Hanna dan Pak Ego, tentunya. Kalau soal Harumi adalah orang yang jahil, aku tahu dari Bu Anri." Jawab (Name) santai, membereskan dokumen di tangannya dan sesekali bersenandung.

Isagi kehilangan senyum bahagianya. Ia baru tahu soal kehidupan (Name) yang sebenarnya. Ada apa sih dibalik keluarga Yoshiko, sehingga dipandang br*ngsek di sebagian orang? Keluarga Yoshiko, 'kan, tidak separah itu. Lalu, apa maksudnya Harumi menyelamatkan karir Kaiser?

"Aku kurang paham soal hal itu." Isagi menghela napas. "Apa bisa kamu menjelaskan lebih detail soal itu?"

(Name) menatap iris biru lelaki disampingnya, lantas menggeleng. "Maaf, aku tak bisa. Karena, semua ini masih analisaku. Kalau sudah terbukti, mungkin aku bisa menjelaskan semuanya." Ujar (Name).

Isagi menghela napas. "Baiklah, maaf menyinggung soal itu."

(Name) menggeleng. "Tak apa! Aku sudah terbiasa. Lagipula aku takkan berlarut dalam masalah yang sama. Apalagi, soal Harumi dan Keluargaku."

Isagi tertawa pahit. Sekarang (Name) tidak memanggil Harumi dengan 'Kak' lagi. Mungkinkah semua kejadian ini, mulai dari lampu panggung, pertikaian Kaiser dan (Name), kertas makian dan juga buku harian tentang pembunuhan, dilakukan oleh Harumi sendiri?

Bodoh. Harumi sudah mati. Pikir Isagi.

****















"Penampilan yang bagus, Naomi." (Name) bertepuk tangan setelah Naomi menyelesaikan tampilannya. Yaitu lagu berjudul 'Our Future in Hand' dan juga koreografinya.

"Oke. Setelah kulihat, sepertinya kamu cocok masuk divisi musik, dan kelas lagu." (Name) mencatat dan tersenyum pada Naomi. "Terima kasih atas kerjasamanya, Naomi. Kamu kunyatakan lulus di tes ini."

Iris pucat itu berkilat riang saat mendengarnya. Sontak gadis bernama Ameko Naomi itu membungkuk, "terima kasih, Kak Yoshiko! Aku sangat gembira!"

(Name) tersenyum. "Tak masalah. Sekarang, pulanglah dan persiapkan untuk tes wawancara beberapa hari lagi. Tes yang itu akan dilakukan oleh Bu Anri." Jelas (Name) dan mengelus kepala Naomi.

Naomi mengangguk. Ia membungkuk kembali, lantas melihat (Name) dan Isagi meninggalkan ruangan.

****













"Penampilannya bagus juga. Koreografinya lumayan, namun agak patah-patah." Reo mengkritik pelan saat (Name) menunjukkan rekaman audisi Naomi tadi.

"Benar. Tidak sebagus (Name)." Nagi ikut-ikutan. Gadis yang disebut namanya hanya terkekeh, "kamu tak boleh begitu Nagi."

"Tapi vokalnya bagus juga, ya." Karen memuji. (Name) mengangguk setuju, "suaranya saat berbicara bahkan sudah terdengar merdu. Bukan begitu, Isa?"

Isagi mengacungkan jempolnya, "benar. Seperti, dia sangat memperhatikan tangga nada suaranya. Dia juga sangat sopan pada kami."

****


























"Kamu yakin?" Tanya seorang gadis yang memiliki cepolan di kepalanya. Ia menaruh gelas mahal di meja kaca, sembari menatap gadis disampingnya.

"Aku sudah dilatih oleh Nona Besar secara langsung. Jadi, pasti akan berhasil."

Si gadis yang dicepol rambutnya membuang muka. "Cih, beruntungnya kamu. Aku belum dibolehkan masuk sekolah olehnya."

Gadis disampingnya, yang sedang mengecat kuku, tersenyum bangga. "Mainmu sangat berantakan. Cobalah bermain rapi seperti Nona Besar. Dia lebih bagus permainannya."

Si gadis pertama mendecih, "setidaknya dia tak menyuruh orang untuk melakukan rencananya!"

Gadis kedua terkekeh kencang. "Haha, kamu yang terlalu berantakan. Apakah, dengan menghasut orang-orang, hal itu bisa berhasil? Satu hal bernama klarifikasi benar-benar menghalangimu! Kalau kau langsung membunuh anak itu dengan tangan sendiri, dunia lebih tersiksa dan kamu sendiri akan berhasil."

"Bagaimana dengan hukum pidana, hah?! Kamu, apa kamu berfikir dengan logika?!" Gadis dengan cepolan berdiri, cepolan itu terlepas karena hentakan kuat darinya.

"Kamu juga tak berfikir dengan otak." Gadis kedua meletakkan kuas pewarna kukunya dan memandang puas kuku-kuku itu.

"Kamu bisa menyusun rencana."

Gadis pertama mendecih keras.

****


















Di suatu hotel, seorang gadis dengan kimono yang melilit tubuhnya duduk di sofa. Ia menyalakan telefon dan menghubungi seseorang.

"Halo. Kamu sudah berhasil?" Tanya si gadis pertama. Ia menjepit ponselnya dengan bahu dan telinga, kedua tangannya ia gunakan untuk menyalakan pengering rambut sambil menunggu jawaban.

"Sudah, Nona." Jawab lawan bicaranya. Gadis yang menyalakan pengering rambut tertawa, lantas ia mengambil ponselnya dan mematikan hubungan telepon secara sepihak.

Tangan lentik yang dihiasi nail art itu mulai bergerak, suara pengering rambut mulai terdengar di kamar hotel tersebut.

Setelah rambut sepinggangnya kering, ia mematikan pengering rambutnya dan mulai mengupas apel yang tersedia di meja. Setelah itu, ia membuka botol sampanye dan menuangkan isinya kedalam gelas.

"Permainan ini dimulai sekarang."

















"(Name) Yoshiko, tunggulah aku dengan kekuatanmu yang menyedihkan itu."
























• end •

sebelum keluar, baca dulu pengumuman setelah epilog dan ringkasan StarLight S3!

𝐒𝐓𝐀𝐑'𝐒 𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 [ Blue Lock ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang