Hazel dan Onix

139 20 4
                                    

Abimana terduduk di kursi kerjanya.

"Kenapa?" tanya Lintang yang masih sibuk membongkar hasil belanjaannya di ruang kerja Abimana.

"Aku rasa Fawaz bertemu seorang penipu."

Lintang mendecik. "Ketika kita terjun ke dunia yang kacau, kita hanya akan bertemu dengan orang-orang kacau."

"Ia mengatakan kalau ia bertemu dengan Allen,"

Tangan Lintang terhenti.

"Fawaz mengatakan kalau ia bertemu Allen Miller, cinta pertamaku."

Lintang berjalan menghampiri Abimana lalu duduk di atas pangkuannya. Ia mengusap pipi Abimana dengan tangan lembutnya yang selalu terawat.

"Sudah ku bilang, harusnya kau mengirim Fawaz ke Edinburgh. Ia terlalu liar untuk kau biarkan tinggal di Indonesia."

"Aku tidak mungkin melakukannya."

Lintang menghela napas lalu kembali duduk di sofa dan mengagumi tas Birkin yang baru ia beli.

"Jangan mengingat namanya. Susah payah kau mencoba melupakan nama itu."

Abimana hanya terdiam.

"Pernikahan kita hanya tinggal beberapa bulan lagi. Jangan mengacaukannya. Dan jangan lupa "

Abimana menyandarkan tubuhnya.

"Allen Miller ..."

Masih teringat bagaimana ia pertama kali menatap hazel itu.

Abimana tak bisa memalingkan tatapannya pada laki-laki yang kini tengah memperkenalkan area sekolah Asia-Euro pada siswa pindahan.

"Kau tahu siapa namanya?" tanya Abimana pada Zico teman sebangku barunya.

"Siapa?"

"Orang yang tadi mengantarku ke kelas."

"Oh, Allen Miller maksudmu? Aku hanya tahu saja, kenapa?"

"Dia cantik sekali."

Zico terkekeh, "Semua orang juga berpikir begitu. Tetapi tidak akan ada yang berani mengatakannya."

"Kenapa?"

"Ia memiliki tunangan, Moriyama Erika namanya."

Abimana hanya ber"oh" ria.

"Kau pun harus menjaga sikapmu, Putu selalu memperhatikan gerak gerik mu."

Abimana mendecik, "Aku tahu."

Persetan dengan perjodohan ini, Putu baginya bagaikan iblis yang harus ia temani seumur hidupnya. Demi menyelamatkan kehidupan keluarganya di tanah ini, Abimana harus terus menjaga hubungannya dengan Putu.

Beberapa hari berlalu, setiap harinya Abimana hanya berusaha mencari dimana si cantik pemilik mata Hazel itu berada.

Hingga suatu hari, Abimana dihukum karena membuat onar di kelas. Ia harus pergi ke perpustakaan dan menjadi relawan untuk merapikan perpustakaan.

Dunia seperti berada di pihak Abimana. Onixnya yang sedang sibuk mencari rak buku, malah bertemu dengan Hazel yang selalu ia nantikan.

"Hai ..." sapa Abimana.

"H-hai ..." jawab Allen.

Mereka berdiri berhadapan hanya terhalang oleh rak buku yang kosong di bagian sejajar wajah keduanya.

"Hai," sapa Abimana dengan pipi bersemu merah lalu ia tersenyum.

Allen tersenyum malu-malu, "Hai ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Allen MillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang