Part 1

211 6 1
                                    

Krriinnggg.... Krriinnggg....

Bunyi alarm dari jam weker itu membangunkan Naila yang sedang tertidur lelap.

"Hoam... Jam berapa ini?" Naila menarik jam weker panda miliknya yang berada di nakas.

"HAH?" Mata Naila membelalak melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Tanpa pikir panjang, ia langsung menarik handuk dari gantungan lalu berlari menuju kamar mandi. Mandi lima menit sudah menjadi kebiasaannya jika ia kesiangan.

Setelah mandi, ia memakai seragamnya lalu cepat cepat turun ke lantai bawah. Baru sampai di pijakan terakhir anak tangga, terderar suara teriakan 'sang tuan putri' dari meja makan.

"NAILAAAA!" Teriak Clara, kakak perempuan Naila.

"Maaf Kak, aku kesiangan." Ucap Naila terburu buru memakan nasi goreng untuk sarapannya.

"Cih, si 'ratu perfect' bisa telat juga ya ternyata, hahaha." Sindir Clara dengan tawa sinisnya.

"Udah cepet makannya, atau gue tinggal nih?" Ancam Clara.

"Eh iya ini udah selesai kok, Kak." Naila langsung bangkit dari 'singgasana' nya dan berjalan cepat menuju halaman depan.

"Sepatu buluk kok masih dipake sih." Ejek Clara.

Tidak ingin berdebat, Naila langsung berjalan melewati taman hingga sampai ke garasi.

"Eh, non Naila mau berangkat?" Tanya Pak Budi, supir pribadi keluarga Ananta.

"Iya, Pak. Cepat ya, kita buru buru."

"Ba, baik non."

Setelah Naila dan Clara masuk ke dalam mobil, terjadi keheningan untuk beberapa saat. Clara sedang sibuk dengan ponselnya, sedangkan Naila asik dengan dunia imajinasinya sendiri.

"Kak." Panggil Naila.

"Hemm." Jawab Clara masih asik dengan ponselnya.

"Kakak UAS ruang berapa?"

"Bukan urusan lo." Clara dengan angkuhnya memainkan rambut wavy yang dikuncir pony tail.

Mobil mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Naila segera turun dan berlari menuju gedung administrasi untuk menanyakan ruang UAS nya. Berbeda dengan Clara yang berjalan dengan lemah gemulai seraya disapa teman teman seangkatannya.

"Hosh... hosh..." Nafas Naila berderu saat sampai di ruang TU.

"Maaf, saya mau nanya, ruangan UAS untuk Naila Talitha Ananta kelas 11IPA-4 ruangan berapa, ya?" Tanyanya sopan.

"Oh, sebentar ya." Perempuan paruh baya itu membuka berkas tebalnya dan mengecek setiap lembar nya dengan teliti.

"Naila Talitha Ananta, ruangan 17 di kelas 10IPS-6. Untuk urutan tempat duduknya bisa dilihat di kertas yang dipajang didepan kelas, ya." Ucapnya.

"Oh, terima kasih." Naila langsung keluar dari ruang TU dan masih harus menuju ke gedung sekolah yang lumayan jauh dari gedung administrasi.

Ruang 10IPS-6 kan di lantai empat. Bisa mati gue kalo harus lari lari naik tangga ke lantai empat. Batin Naila saat melihat lift khusus siswi terlihat penuh sesak.

Mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus berlari menelusuri tangga hingga sampai dilantai empat.

Kini Naila berdiri di depan ruangan nya. Ia berdiri menatapi kertas yang ditempel didepan pintu kelas lalu mendapati bahwa ia duduk dipaling belakang. Matanya terlihat girang saat melihat nama Daiva berada didepan meja milikku. Entah bagaimana bisa Daiva berada didepannya padahal absen mereka berbeda jauh.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang