•6•

807 79 23
                                    

Duduk cantik di depan pagar rumah dengan es cendol yang menemani mu di kala senja.

Matamu melirik ke arah rumah yang ada di depan mu, memperhatikan tanaman-tanaman yang di rawat dengan cantik.

Pintu rumah itu terbuka--lalu keluarlah sosok Dajjal--maksudnya, bachira. Dia datang dengan muka mesem.

Bachira mendekati mu dan ikut duduk di sampingmu. selain tetangga, sebenarnya bachira juga adalah teman masa kecilmu. Hubungan kalian dibilang akrab lah, banget malah.

Melihat mukanya yang mesem mesem gak jelas itu akhirnya mengundang dirimu untuk bertanya. " Chiraa kenapa? " Tanyamu sambil trus meminum es cendol.

Bachira menoleh kearahmu dengan mengerucutkan bibirnya " (n-name)...aku di diemin mamah ku..." Ucapnya terdengar ingin menangis.

Kamu berhenti menyedot es mu " loh. kenapa, Kok bisa?" Tanyamu. Walaupun kejadian ini sering terjadi tapi sifat kepoan mu tidak bisa di rem sedikitpun.

" K-kan tadi, aku main bola di d-dalem rumah...trus, aku gak sengaja ngerusak lukisan yang baru aja mamah aku kerjain.." bachira bercerita dengan muka yang sudah berkaca kaca. Ahh--- tanda ingin menangis.

" Oke...jadi itu alasanmu di diemin mamah mu?" Tanyamu.

Bachira mengangguk " iyaa..." Ucapnya. Setelah itu keheningan tercipta. Baik kamu maupun bachiraa tak ada yang ingin membuka percakapan.

Sejujurnya kamu bukanlah orang yang gampang untuk menenangkan orang lain, ketika dia sedang ada dalam masalah. Ya...contohnya ya bachira sekarang ini.

Kamu bahkan tak mengerti harus mengatakan apa, Karna..menurut logika bachira memang salah. Suruh siapa main bola di dalem rumah.

Namun sekelibat pertanyaan muncul di otakmu, kamu langsung menghadap kan badan ke arah bachira. " Kamu udah minta maaf blum chira?" Ucapmu, ya..benar! Pertanyaan 'sudah minta maaf belum' adalah jawaban yang pasti.

Bachira menggeleng " blum...aku gak tau mau minta maaf nya gimana, mamah bahkan gak lirik aku Sama sekali dari tadi " ucapnya.

Kamu kembali terdiam, sepertinya mama bachira sangat marah. Karna yang kamu tau sepetakilan apapun bachira pasti mamanya tak sampai mendiamkan nya seperti ini, paling juga cuma di ceramahin.

Kamu kembali bertanya " emang mama mu tadi ngelukis apa? Kok sampe marah banget kayaknya?" Tanyamu.

Bachira menoleh kearahmu " ngelukis bapakku " ucapnya, kamu memelototkan mata kaget. Berusaha untuk tidak menahan tawa.

Pantesan aja mama bachira sampai semarah ini ternyata yang dirusak adalah lukisan suami tercintanya, yah... bapak bachira meninggal sudah lama sekali, sekitar ketika umur kalian masih menginjak 8 tahun.

Dan sekarang kalian sudah SMA kelas 2, kalo diinget ingat emang udah lama banget.

bapak bachira orangnya sangat baik, tapi itusih kata mama mu. Karna kamu bahkan sudah lupa bagaimana bentukan wajah bapak nya bachira. Mungkin bachira juga sama.

Orang kejadian nya udah lama banget kok, Ya wajar aja lupa.

" Pftt-- pantesan" ucapmu. Bachira menatap bingung namun mukanya terlihat kesal. " Pantesan apa?!!" Tanyanya Galak.

" Engga, pantesan aja..mama mu marah. Kan yang kamu rusak kan lukisan bapak mu sendiri" ucapmu.

" Emang kenapa kalo lukisan bapakku sendiri?"

Kamu menghela nafas " ya pastinya mamamu buatnya pake effort yang gede lah, apalagi itu suami tersayangnya. Wajar aja dia marah, kamu sih ngapain main bola di dalem rumah." Pada akhirnya kamu memarahi bachira.

𝙲𝚘𝚐𝚒𝚕 - 𝙼𝚒𝚌𝚑𝚊𝚎𝚕 𝙺𝚊𝚒𝚜𝚎𝚛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang