⚠️ FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️
________
Bagaimana ketika kamu Menikah dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya,?
"Kamu sudah Abi jodohkan dengan anak sahabat Abi"
Sejak saat itu, saya mengakui bahwa saya kalah, saya sudah tidak bisa men...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul dua pagi, Meera terbangun dari tidurnya, perutnya tiba-tiba lapar, ia menggerakkan kakinya ke dapur untuk mengambil sedikit makanan, bahkan ia lupa kapan terakhir kali ia memasukkan nasi ke dalam mulutnya hari ini, siang tadi? Mungkin.
Meera dan juga Ummi Hanum sampai malam masih menunggu kabar dari Azzam, sampai se larut ini ia belum memberikan kabar apapun padanya
Saat kakinya sudah memijak lantai ruang tengah, Meera dikejutkan dengan seseorang yang sepertinya tengah tertidur di sofa, dengan keadaan lampu yang padam ia tidak mengetahui betul siapa yang tertidur di sana, namun masih bisa ia lihat sedikit karena cahaya rembulan yang menembus celah gorden yang transparan, sampai ia melangkah mendekat dan menyimpulkan bahwa ciri-ciri laki-laki itu seperti Azzam, Saat kakinya sudah memijak lantai ruang tengah, Meera dikejutkan dengan seseorang yang sepertinya tengah tertidur di sofa, dengan keadaan lampu yang padam ia tidak mengetahui betul siapa yang tertidur di sana, namun masih bisa ia lihat sedikit karena cahaya rembulqn yanh menembus celah gorden yang transparan, sampai ia melangkah mendekat dan menyimpulkan bahwa ciri-ciri laki-laki itu sepertinya Azzam
“Kak Azzam?” panggil Meera.
Pria itu mengangkat kepala, kemudian mempertemukan kedua iris mereka dalam satu garis pandangan. Tatapan lelaki itu sayu, Meera mengerutkan dahi ketika sadar kalau mata yang tampak lelah
“Meera? Kamu ngapain di sini?” Azzam bertanya sambil beranjak dari sofa. Sosok tinggi dengan kemeja lusuh yang ia gulung sampai siku itu berjalan perlahan menghampiri Meera
“Belum tidur atau kebangun?” Azzam bertanya lagi.
Meera diam, masih memproses sesuatu dalam otaknya. Jadi semalaman ini dia tidur di luar? Sejak pagi dia kemana?
“Aku haus” jawab Meera akhirnya.
Dia sampai lupa tujuan dia ke dapur untuk apa.
Azzam hanya mengangguk, ia mendahului Meera ke dapur, mengambil gelas lalu menuangkan air dari botol yang ia ambil dari dalam kulkas “ini”
Meera mengangguk. Tangannya terangkat mengarahkan gelas ke arah permukaan bibirnya, wanita itu minum dengan kecanggungan yang menyelimuti. Tatapan sayu Azzam sama sekali tidak terlepas dari sana, iris coklat itu masih memandangnya
“Masih malam, ayo tidur lagi”
Lagi-lagi Azzam mendahuluinya, namun kali ini ia membawa tangan Meera ke dalam genggamannya
“Kak, jangan menghilang lagi, aku khawatir, aku takut kakak kenapa napa” ucap Meera dengan suara paraunya
Mendengar kalimat dengan nada penuh khawatir itu membuat Azzam praktis mengangguk. Lelaki itu kemudian menarik tubuh kecil Meera ke dalam sebuah rengkuhan erat. Saat hangat mulai menyebar ke seluruh tubuh karena rengkuhan yang Azzam berikan, Meera diam-diam tersenyum kecil, dalam hati ia berucap, Kenapa harus se hancur ini dulu kak kamu mau merengkuhku. Satu tangan Azzam gunakan untuk mengelus punggung perempuan itu dengan harapan kalau gerakannya dapat mengantarkan ketenangan walaupun sedikit.