"Bila kau ingin aku melupakan mu, mohon jangan pernah jadi bayang-bayang dihidupku"
Azel masih setia stay dirumah Alina sambil menunggu makannya datang-datang saat ia bermain handphone, saat sedang asik bermain Handphone tiba-tiba ia mendengar suara bell berbunyi dari luar pintu
TING... TONG
Azek bergegas berjalan menuju pintu dan segera membukakan pintu, Azel berfikir bawa itu adalah kurir yang mengantarakan makanannya,.
BRAKK...
BRAK...
BRAK..
Suara gebrakan pintu seakan-akan ingin merobohkan rumah Alina "Sabar napa anjay," kesal Azel langsung membukakan pintu "Bapak bis..."ucap Azel terpotong ia melihat siapa yang datang dan berhasil membuat pintu Alina hampir copot."Lo ngapain di rumah gue? mana Alina,?" tanya Bastian ingin masuk.
"Eiitss, mau mana lo," ucap Azel mencoba menghalangi Bastian, "tau pulang juga lo ya, Dari tadi kemana aja, main sama tuh cabe. Denger ya! gara-gara lo Alina nahan laper sampe masuk Rumah sakit, sumpah lo jadi suami gak becus ya, baru juga satu hari jadi suami. Gak kebayang sih Alina bakalan kedepannya pasti bakalan sengsara," Oceh Azel ngalur ngidul.
"Uda lo ngocehnya? Sekarang dimana Alina?" tanya Bastian.
"Noh, lagi dirawat di RS Mutiara Bunda," sahut Azel.
Bastian segera berjalan meninggalkan rumahnya ia bergegas ingin ke RS Mutiara Bunda untuk melihat keadaan Alina, bagaimana pun Alina adalah istrinya "Heh, lo mau liat Alina?" tanya Azel membuat langkah Bastian.
Bastian menggerutkan dahinya "Menurut lo,"
"Gua cuman kasih tau aja sih, kalo tadi tuh yang nganterin Alina si Galih, lo tau kan gimana obsesinya Galih terhadap Alina," ucap Azek menambahkan bumbu-bumbu dapur.
Tanpa Fikir panjang Bastian langsung menghidupkan motornya dan mengendarainya keluar. Saat dirasa aman Azel kembali masuk kedalam rumah lagi.
"Prasaan tadi ada suara motor Bastian?" Ucap Alina yang tiba-tiba datang dari arah kamar.
"O-oh ha-ha ha, i-iya tadi di-dia datang trs dia pamita deh katanya mau ke tongkorngan," ucap Azel panik, "Oh iya Al, gue mau pulang dulu ya soalnya Mami gur uda nelpon," ucap Azel.
"Oala, yaudah deh,"
"Oh iya, nanti ada goo food yang gue pesen kagak usah bayar uda gue bayar," ucap Azel "Kalo gitu gue pergi ya bay," ucap Azel meninggal Alina yang masih bingung diambang pintu.
"Hati-hati Zel!" teriak Alina kepada Azel yang masuk mobil.
"Oke!" sahut Azel tidak mau kalah.
Azek meninggalkan perkarangan rumah milik Alina, tidak lama Azel pergi tiba-tiba seorang kurir goo food datang membawakan makanan yang dipesan oleh Azel. Alina langsung mengambil makanan tersebut kepada sang kurir dan tidak lupa memberikan tip kepada kurir tersebut dan langsung masuk kedalam rumah.
Saat ingin masuk kedalam rumah Alina melihat sebuah motor yang melaju kearah rumahnya "Itu kayak Bastian deh," Batin Alina.
Benar saja, pengendara motor tersebut adalah Bastian yang datang dengan wajah paniknya "Lo kemana aja sih? gue capek nyariin lo di RS," kesal Bastian membanting helmnya.
"Gak jelas." Acuh Alina meninggalkan Bastian yang sedang kesal.
Bastian menahan tangan Alina dengan cepat dan Alina terjatuh di dada bidang milik Bastian, seketika mata Alina dan Bastian bertemu membuat jantung keduanya berdetak tidak karuan
"L-lo M-mau A-apa?" tanya Alina gugup.
Bastian segera melepaskan tangan Alina "Gak, lo dari mana?" tanya Bastian memandang Alina.
Alina melipatkan kedua tangannya dan memandangi Bastian dari ujung rambut hingga ujung kaki "Mau gue pergi kamana pun bukan urusan lo, yang penting gue gak kegatelan pergi sama or-ang la-in!" Ucap Alina menekankan kata Orang lain.
"Maksud lo?" ucap Bastian memegang kedua lengan Alina "Gue capek-capek ke Rumah Sakit karena Azel bilang Lo sakit, dan lo bilang gue pergi sama orang lain!" Murka Bastian.
Alina diam tidak bisa berkata apa pun "Dasar Azel," batin Alina yang kesal terhadap Azel,"
"Kenap lo diam aja, jawab!!!" Bentak Bastian memperkuat pegangan pada lengan Alina.
"Aww... Sakit Bas, lepas." Mohon Alina yang merasakan sakit di lengannya.
"Lo jawab gua!"
Alina memberontak sekuat tenaga dan akhirnya ia bisa lepas dari cengkraman Bastian, ia berlari kearah kamar saat hampir sampai kamar ia berbalik menghadap Bastian "gue bencik elo Bas gue bencik, lo jahat, lo juga kasar, hiks...hikss..hiks..," Isak Alina langsung menuju kamar dan menutup pintu kamarnya.
Bastian yang melihat Alina menangis hanya bisa diam seperti patung ia mencoba mengingat apa yang dia lakukan pada Alina "Apa gue terlalu kasar ya?" batin Bastian bertanya-tanya. Bastian berjalan kearah Kamar Alina ia ingin bicara kepada Alina baik-baik ia tau ia berlebihan.
Tok....
Tok...
Tok..."Al, gue minta maaf Al gue tau gue berkebihan," mohon Bastian mencoba memanggil Alina "Al, gue tau gue berlebihan gak seharusnya gue kasar ke elo Al," Ucap Bastian meyakinkan Alina.
"Hiks...hik... hiks ....Uda mending lo pergi, gak muak ngeliat lo, gue bencik sama lo." sahut Alina dari balik pintu. Alina menangis sejadi-jadinya ia tidak suka dikasarin ataupun dibentak,
"Huft... yaudah Al, gue pergi gue harap lo bisa maafin gue esok pagi," ucap Bastian pergi meninggalkan kamar Alina.
Bastian dan Alina memang pisah kamar itu adalah kemauan mereka berdua bukan Alina yang memilih kamar dekat ruang tamu agar bila ada tamu ia gambang dan tidak perlu turun tangga, sedangkan Bastian ia memilih kamar di lantai dua karena itu kamar yang tersisa.
Bastian masuk kedalam kamarnya dengan pikiran yang masih teringat kepada Alina, ua tau Alina tipekal orang yang tidak bisa di kasarin dan ia baru saja membuat Alina menangis.
"Arrrgggg!!!" teruak Frustasi Bastian memegang kepalanyaa "kenapa gue masih mikirin pembunuhan itu,"
Brakkk....
Suara pintu yang ditendang oleh kaki jenjang milik Bastian seolah-olah ingin menghancurkan pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTTERFLY
ActionSebuah perjodohan yang sangat tidak diharapkan namun harus terjadi.