Hari ini hari yang paling benci oleh Alina dimana ia dan Bastian harus tinggal berdua dirumah pemberian Ayahnya Bastian dengan embel-embel kado pernikahan. Alina harap suatu saat Alina dan Bastian cepat bercerai karena Alina yang tidak sanggup bila sehidup semati bersama Bastian, mengingat Bastian begitu benci terhadap Alina apalagi saat setelah akad Bastian langsung meniggalkan Alina di rumah dan pergi begitu saja, Alina tau Bastian pergi ke Apertemen pacarnya, Alina tidak peduli toh ini juga perjodohan terpaksa.
Saat ini Alina sedang duduk didepan TV menonton serial india yang menjadi favoritnya ini adalah bagian dari kegiataannya bila ia tidak ada pekerjaan terkadang Alina juga pergi ketoko kue milik Almarhum Ibunya yang diberikan untuknya.
" Hari ini gue gak pulang!" Ucap Bastian yang tiba-tiba datang entah dari mana.
"Oh, oke." Ucap Alina memperhatikan Bastian dari atas hingga bawah "pasti kerumah pacarnya yang gak seberapa itu" batinnya memperhatikan Bastian dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Ngapain lo liatin begitu, ada masalah? gue tau gue tampan, lo suka kan? sory gue gak bisa suka sama seorang pem-bu-nuh!" Ucap Bastian menekan kata pembunuh,
" Cuman ngasih tau sih setelah magrib emak lo datang" ucap Alina yang msih foku melihat tv.
"Kok lo baru ngasih tau gue? gue uda janji buat nginep di rumah pacar gue, lo sengaja ya biar pacar gue marah?".
"Kalo gue sengaja untungnya buat gue apa ya?" ucap Alina sinis kearah Bastian "Ya, kalo lo mau pergi ya silahkan. Pokoknya pas emak lo tanya lo kemana gue tinggal jawab jujur!".
"Gue pulang sebelum Magrib," ucap Bastian pergi begitu saja.
Alina memandangi kepergian Bastian dengan hati yang sedih mengingat perkataan Bastian yang menyebutnya seorang pembunuh hanya gara-gara kesalah pahaman yang Bastian sendiri tidak tau. Sejujurnya dari dalam hati Alina ingin berterian 'Gue bukan pembunuh!'. Alina tidak ingin terlalu larut dalam kesedihan ia langsung menghubungi sahabatnya.
Alina menggaanti pakaiannya untuk bertemu sahabatnya di Caffe milik sahabatnya, ia bergegas mengambil kunci motor dan langsung meninggalkan rumahnya. Sesampainya ia di Caffe ia melihat sahabatnya yang sudah ada di meja sedang menunggu Alina, ia adalah Clara Azelia yang sering disapa Azel, Azel adalah sahabat Alina sedari SMP tidak dipungkiri bahwa Alina selalu berbagi cerita kepada Azel, sebaliknya jugaa dengan Azel.
"Hai Zel" sapa Alina menghampiri Azel.
" Hay sayaangnya gue, apakabar nih pengantin baru? ada cerita apa kok tiba-tiba ngajain ketemu" ucap Azel memeluk Alina.
Alina membalas pelukan Azel "Alhamdulillah gue baik aja sih," ucap Alina melepas pelukannya.
"Zel," panggil Alina.
"Why besti?" tanya Azel yang ingin meminum minuman.
"Lo cuman mesen minum buat lo? buat gue mana?" ucap Alina Pd.
"Dih, kayak bocah pesen sendiri sono,"
"Malu gue, kan lo yang punya,"
"Dih bocah, biasanya juga lo mesen kagak perna bayar. Sok-sokan malu,"
"Kok lo buka komik gue sih,"
"Ya biar, sono mesen sendiri,"
"Huft.... yaaa gue pesen dulu," ucap Alina.
Alina memesan seperti biasanya, setelah memesan Alina mengeluarkan sebuah surat yang ia bawa dari rumah "Zel, ada yang mau gue kasih nih, titipan." ucap Alina memberikan sebuah surat.
"What, undangan? siapa yang nikah?" tanya Azel membuka surat tersebut "Apa! Bang Gebrin nikah?".
"Yaps... benar dan lo tau, beuh calonnya cantik bener," sahut Alina.
"Gak, gak, gak ini pasti prank ini. Mana nih kameranya," yakin Azel yang masih memperhatikan undangan ditangannya "Yang bener aja Bang Gebrin nikah, bukannya dia mau nikah sama gue ya? fiks ini prank,".
"Lah Bang Gebrin ada bilang ke elo?" tanya Alina kebingungan.
"Yaaa ada sih,"
"Kapan?".
"Pas di mimpi hehehe," Azel terkekeh kecil.
"Hufft...," Alina membuang nafasnya dan tersenyum kepada Azel "Gue gak tau lagi cara ngomongnya ke elo gimana, tapi yang gue harap...," Alina menggantung omongannya dan mengambil kotak tisu yang ada didepannya "Lo jadi orang jangan kebanyaka halu, kalo mimpi jangan ketinggian!" ucap Alina melemparkan tisu tepat di muka Azel.
"Yaaa namanya juga usaha dapetin Calon imam ya harus mimpi dulu dong, gimana sih," sahut Azel.
"Lo tau gak Zel? Lo itu kalo bersanding sama Bang Gabrin tuh bedanya jauh ibarat kata Bang Gabrin tuh langit..." ucap Alina menggantungkan omongannya.
"Gue jadi awannya, jadinya nyatu deh," sahut Azel.
"Mimpi lo, Lo jadi kerak bumi. Gak bakalan nyatu!" tegas Alina yang sudah kehabisan kesabarannya.
"Kok lo gitu sih ke gue?".
"Serah lo," ucap Alina yang tidak mau menanggapi Azel.
"Dih Markonah," ucap Azel, saat sedang melihat arah pintu caffe Azel dikejutkan oleh sepasang kekasih yang baru saja masuk kedalam Caffenya.
"Al, itu suami lo kan?"tunjul Azel kearah pintu.
Alina menoleh dan benar saja yang baru saja masuk adalah Bastian dan sang kekasihnya Flori "sumpah, amal ibadah apa sih yang gue lakuin sampe bisa ketemu sama jamet tuh, sial bener dah."
"Yeelah Al, Al, bilang aja lo cemburu," ucap Azel enteng
"Gak lah, ngapain gue cemburu,"
"Yakin Al?, Secara nih ya lo kan dulu juga mantanya Bastian,".
"Lo bisa gak sih jangan bahas masa lalu," sinis Alina, ia pun langsung berdiri "Gue pulang, tolong lo bayarin minuman gue," ucap Alina yang pergi begitu saja.
Saat melewati Alina melewati Bastian ia pura-pura tidak mengenalnya, ia malas berurusan dengan kedua pasangan itu apa lagi dengan Flori.
Alina langsung mengambil motornya dan menjalankan untuk pulang, disepanjang jalan ia mengutuki Bastian yang sudah membuatnya muak, sebenarnya Alina masih menyimpan perasaan terhadap Bastian. Mengingat Bastian adalah mantan kekasihnya dahulu dimasa SMA.

KAMU SEDANG MEMBACA
BUTTERFLY
AcciónSebuah perjodohan yang sangat tidak diharapkan namun harus terjadi.