58. Selamat Datang Hafika Kalyana Askari Dan Hanifa Kalyani Askari

44 1 0
                                    

Assalamualaikum, halo, ketemu lagi dengan Babang di chapter lima puluh delapan. ☺️

Jangan lupa vote, komen serta follow. 🤗

Babang akan update chapter selanjutnya dalam waktu dekat. Jadi tetap
Semangat untuk membaca cerita absurd ini juga menjalani hidup dan selalu tersenyum walaupun hari ini tidak berpihak padamu. 💪💪💪










Selamat membaca





"Anak saya nonjok orang? itu tidak mungkin, Buk," sanggah Badai, dirinya tidak percaya dengan pernyataan besannya yang mengatakan kalau salah satu anaknya ada yang memukul orang hingga meminta pertanggung jawaban.

Pagi-pagi Gian dan Nakula datang ke rumah Badai dan Quinnsha mengatakan kalau ada seseorang yang meminta pertanggung jawaban karena wajahnya lebam akibat dipukul oleh salah satu anak Badai, Gian dan Nakula yang memang mengurus pernikahan Naufal dan Naysha diminta tagihan tambahan untuk berobat ke rumah sakit. Keduanya langsung bingung, mereka ingat selama acara pernikahan berlangsung tidak ada masalah apa-apa yang terjadi, tapi mengapa ada tagihan tambahan untuk berobat?

Nakula pun bertanya kepada orang yang menambahkan tagihan tersebut kenapa orang itu meminta tagihan rumah sakit kepadanya dan orang itu pun menjawab karena dirinya mendapatkan pukulan dari seorang perempuan kakak dari mempelai wanita.

"Tapi, Pak, ada orang yang meminta tagihan tambahan untuk berobat di rumah sakit karena dipukul oleh kakak dari mempelai wanita. Itu berarti anak bapak dong," balas Gian yang kebingungan siapa sebenarnya orang yang memukul pria itu.

"Ck, siapa lagi coba yang mau fitnah macam ini," gerutu Badai memijat keningnya karena merasa pusing menghadapi masalah baru, "ya udah nanti saya coba tanya ke anak-anak saya, Buk, Pak," ucapnya.

"Ya sudah, kalau begitu kami permisi Pak, Buk," pamit Nakula yang tidak enak hati dengan besannya itu, pagi-pagi ia datang ke sini hanya untuk menambah beban pikiran sang besan. Dirinya bangkit dengan diikuti oleh Gian lalu bersalaman dengan Badai juga Quinnsha.

"Saya minta alamat kalau tidak nomor orang yang minta tagihan rumah sakit," pinta Badai menatap Nakula.

"Oh, ini, Pak," ucap Nakula memberikan secarik kertas berisi nomor orang yang meminta tagihan rumah sakit.

"Terima kasih," balas Badai menerima secarik kertas tersebut lalu menyimpannya disela sarungnya, karena ia memakai sarung dan baju tanpa lengan.

"Sama-sama, Pak. Assalamualaikum," salam Nakula lalu pulang bersama sang istri tentunya.

"Ya udah aku ke dapur juga ya, Pah," pamit Quinnsha setelah sang tamu sudah pergi naik mobil.

"Iya," jawab Badai mengangguk, dirinya kembali duduk di kursi depan rumahnya, "Daysha! Daysha!!" teriaknya memanggil sang anak satu-satunya yang masih tinggal bersama ia dan Quinnsha.

"Kak!!!" teriak Badai lagi karena sang anak tidak ada tanda-tanda akan datang, dirinya menggeram saat Daysha tidak kunjung ke luar dari rumah ataupun menyahut. Ia bangkit karena merasa percuma kalau terus-terusan berteriak, Daysha pasti masih di kamar atau kamar mandi mengingat anak keduanya itu masih ada tugas untuk mengurus restoran.

"Pah, ada apa kok teriak-teriak?" tanya Quinnsha yang mendengar samar-samar teriakan Badai memanggil Daysha.

"Daysha, mau manggil dia aja sih," jawab Badai tersenyum sok manis, pria paruh baya itu mencuri ciuman di bibir Quinnsha lalu berlari menuju lantai atas.

02. My Husband Is a Student Part 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang