Bagian 1 : Meet You

1 0 0
                                    

Bunyi gitar, nyanyian dan gelak tawa terdengar meramaikan suasana warung Abah Didi yang terletak tidak jauh dari kantor kepolisian. Bukan tanpa alasan Abah mendirikan warung di area sekitar kepolisian, selain dekat dengan tempat tinggalnya hal itu juga mengantisipasi terjadinya tawuran di sekitar warungnya.

Anak-anak muda yang mayoritas laki-laki yang sering bahkan setiap hari berada di warung sampai membuat kumpulan ABADI atau Anak Abah Didi. Bisa dibilang mereka bukan berandalan tapi juga bukan anak baik, jadi setengah-setengah.

Ting

Seorang dari mereka mengecek ponsel lalu beranjak.

"Gue cabut dulu deh," pamitnya.

"Kemana sih, Van? Baru juga jam 8," sahut temannya.

Pemuda tadi adalah Vano, bisa dibilang dia anak orang paling berada di antara yang lain di tongkrongan itu. Kendati demikian, ia tidak pernah menyombongkan hartanya.

"Nyokap nitip sesuatu ntar kemaleman tutup lagi."

Setelah berpamitan, Vano mengendarai motor menuju sebuah toko kue yang tadi disebutkan bundanya. Baru pertama kali ia memasuki toko kue ini, biasanya ia akan menunggu bundanya di luar.

"Silahkan kak, ada yang bisa dibantu?" sapa kasir toko itu.

Melihat daftar menu sebentar lalu ia menunjukkan menu yang akan dipesan, "Yang ini satu sama yang ini dua ya mbak."

"Baik kak, bisa ditunggu sebentar ya."

Ia duduk di kursi dekat kasir. Toko ini tidak hanya menjual kue saja tapi juga menyediakan beragam jenis makanan dan minuman, tepatnya makanan ringan.

Lamunannya buyar ketika ada ibu-ibu datang dan langsung marah-marah di meja kasir.

"GIMANA SIH MBAK?! ANAK SAYA SAMPE DIARE LHO DUA HARI INI. SAYA NGGA MAU TAU POKOKNYA KALIAN HARUS TANGGUNG JAWAB!!"

Vano menatap heran ibu-ibu itu. Diare? Yang bener aja, dia sering makan kue dari sini yang dibeli bundanya aman-aman saja.

Tak lama seorang gadis datang dari lantai dua dan mendatangi ibu itu sepertinya dia pemiliknya, "Mohon maaf ibu, ada apa ya?"

Vano terpana, gadis itu sangat cantik.

"Ini nih mbak, masa anak saya habis makan kue dari sini diare dua hari. Kalian bikin kuenya pakai apa sih?!"

"Sebelumnya maaf bu, apakah ibu ada bukti pembelian di toko kami? Dan apakah ibu yakin kalo penyebab anak ibu diare karna makan kue dari toko kami?"

"KAMU NUDUH SAYA NIPU GITU?!"

"Saya nggak nuduh ibu kok, tapi untuk bertanggung jawab kami perlu adanya bukti. Kan bisa aja anak ibu diare karna hal lain."

"ALAH BILANG AJA KALIAN NGGA MAU TANGGUNG JAWAB KAN?!"

"Saya akan bertanggung jawab kalo memang itu kelalaian dari kami, makanya kami perlu bukti bu."

"KURANG AJAR YA KAMU! ITU SAMA AJA KAMU NUDUH SAYA BOHONG!"

"Loh saya ngga nuduh bu, saya cuma minta bukti. Kalo ada bukti, saya akan bertanggung jawab membiayai pengobatan anak ibu, bahkan kalo pun ibu mau melalui jalur hukum saya bersedia kok."

Vano salut dengan cara gadis itu menanggapi ibu-ibu rempong itu. Dia tidak ikut tersulut emosi, padahal jika Vano yang ada diposisi itu sudah pasti ia akan mereog.

"AWAS YA KALIAN! POKOKNYA SAYA NGGA AKAN MAU BELI KUE DI SINI LAGI!"

Ibu itu berlalu pergi, orang-orang di sana menghela napas jengah.

"Bagus deh bu, jangan kemari lagi bikin sakit kepala aja," ujar Farah sambil berlalu ke dapur, salah satu waiters yang tadi memanggil si pemilik toko.

"Ada aja modelan begitu ya, Lin?" gerutu kasir tadi.

Gadis itu tersenyum tipis, "Namanya pelanggan kak, ada beraneka macam. Kakak tuh sabar-sabarin, banyakin makan melon juga biar ngga darah tinggi hahaha."

"Ngeledek aja kamu bisanya."

"Kan memang hobi Oline itu nomor satu."

Got it! Nama gadis itu adalah Oline, sepertinya masih seusianya. Tapi dia yang mengatasi ibu-ibu tadi, apa dia pemilik toko ini? Jika iya hebat sekali, memiliki toko kue dengan konsep khas anak muda tapi semua kalangan juga menyukainya. Kalo Vano selain suka kuenya, dia juga suka sama yang punya dong.

Tak lama ia dipanggil karna pesanannya sudah jadi, saat mengambil pesanannya Vano sedikit gugup karna gadis itu masih di samping meja kasir.

"Terima kasih kak, silahkan datang kembali."

Pemuda itu panas dingin melihat senyum manis gadis itu, ia pun balas tersenyum lalu cepat-cepat pergi dari sana.

"Sialan, senyumnya ngga aman buat jantung gue."

Sementara itu, Oline yang melihat pemuda itu berjalan terburu-buru merasa heran.

"Oline ada salah ngomong ya kak?" tanyanya pada kasir yang bernama Dena.

Dena menggeleng, "Enggak deh, normal aja. Salting kali disenyumin cewek cantik."

"Ihhh mana ada. Udah ah cewek cantik mau pulang dulu," setelah itu Oline berjalan keluar untuk pulang

Sementara itu, di kamarnya Vano senyum-senyum sendiri mengingat gadis tadi. Ia akan mencari tahu lebih banyak lagi tentang gadis yang sedang memenuhi pikirannya itu.

"Bisa gila gue lama-lama."

Memilih memejamkan matanya dengan harapan dapat bertemu lagi di dalam mimpi. Sepertinya Vano sudah gila, baru pertama kali bertemu saja seperti ini apalagi kalau setiap hari?


Next>>>>>>>>>>>>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penjaga HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang