[1]

33 2 0
                                    

Sinar mentari perlahan masuk melalui celah-celah jendela yang langsung berhadapan dengan wajah gadis cantik yang tengah tertidur pulas di kamar hotel.

Perlahan matanya terbuka lalu mengerjap beberapa detik. saat kesadarannya sudah sepenuhnya kembali ia tersentak dan langsung merubah posisinya menjadi duduk.

Gadis itu memegang kepalanya yang berdenyut seperti ingin meledak.

pandangannya beralih melihat sekeliling kamar yang asing baginya.

TING

Suara notifikasi ponselnya membuat ia sontak menoleh dan dengan cepat mencari benda pipih itu.


+1 876 999

• Kalo kamu udah bangun cari saya di restoran.

Setelah membaca pesan tersebut tanpa pikir panjang ia langsung berlari ke kamar mandi hanya untuk sebatas cuci muka.

persetan dengan muka bantal, ia perlu penjelasan sekarang juga.

Setelah di rasa ia tidak meninggalkan apapun di kamar ia pun langsung bergegas keluar menuju restoran.

Dapat ia lihat dari Lobby pemuda yang ia kenali tengah duduk di meja bundar sembari menyantap sarapannya.

ia berlari kecil menuju pemuda itu.

"Kak," Panggilnya membuat pemuda itu mendongak.

senyuman sumringah terukir di wajah tampan pemuda itu.

"Sarapan dulu, habis itu kita pulang."

"kenapa gue tidur di hotel?,"

"kamu gak ingat kejadian semalam?,"

Ia tercengang, kejadian semalam? apa yang ia lakukan semalam? ia tidak mengingat apapun.

"ap—"

"duduk dulu Jia." titah Pemuda itu dengan tatapan yang menyorot.

Ia, Athjia Maharani. Anak tengah dari Arfan pemilik perusahaan yang cukup terpandang.

sedangkan pemuda yang tengah bersamanya ini ialah, Mahendra Kevanzo. Karyawan perusahaan sekaligus orang kepercayaan ayahnya.

Entah bagaimana awalnya hingga Jia terjebak dengan pemuda itu sekarang.

"gue minta tolong lo jelasin kenapa gue sama lo," Jia menjeda ucapannya matanya melirik memastikan bahwa tidak ada orang yang dekat dengan mereka lalu sedikit memajukan badannya.

"Bisa ada di hotel ini?," Lanjutnya.

Mahendra hanya melirik Jia sekilas lalu kembali menyantap sarapannya.

"Saya sudah bilang isi perutmu dulu, nan—"

"sorry gue potong, gue sama lo gak ngelakuin aneh-aneh, kan?,"

hampir saja Mahendra tersedak mendengar ucapan Jia.

"enggak, sarapan."

Jia mengangguk lalu beranjak untuk mengambil sarapannya.

;

Jia menatap lurus pada jalanan yang selalu macet.

membosankan.

"Jadi kamu gak ingat apa-apa soal semalam?," Pertanyaan Mahen berhasil memecahkan lamunan Jia.

"enggak, makanya gue nanya."

"Semalam kamu mabuk berat, saya gak mungkin antar kamu pulang ke rumah yang ada kamu pasti di marah habis-habisan sama pak Arfan."

"terus lo bawa gue ke hotel?, modus ya lo biar bisa tidur bareng gue?,"

Mahen menghela napas kasar, ia sungguh malas meladeni Jia yang keras kepala itu.

"enggak, yang ada saya tinggalin kamu di lobby hotel."

Mulut Jia sontak ternganga mendengar penuturan Mahen.

"lo... tinggalin gue di lobby,?"

Mahen mengangguk membuat Jia tak habis pikir.

kenapa bisa ada manusia berjenis kelamin laki-laki seperti Mahen.

Apakah Mahen tidak tertarik dengan wanita atau bagaimana.

bagaimana bisa dia meninggalkan Jia di Lobby hotel.

"Saya dari awal cuma bertugas buat jagain kamu, Pak Arfan itu sudah banyak berbuat baik ke saya dan keluarga saya. Saya gak mau ngerusak tali silaturahmi yang sudah kami buat cuma karena kamu."

JLEB

Ucapan Mahen seolah-olah tau apa yang di pikirkan nya membuat hati Jia sedikit tertohok.

tapi memang ada benarnya.

———

TBC

HAPPY READING

MBF ( Married By Fitnah )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang