"Tadi ngobrol apa aja sama ayah, kak?"
Pertanyaan Jia berhasil membuyarkan lamunan Mahendra.
sejenak Mahendra menatap wajah cantik yang selalu muncul di hadapannya setiap hari.
"saya mau pulang ke rumah orang tua saya, kamu mau ikut?,"
Mahen dapat melihat raut bingung dan juga kecewa pada wajah Jia.
"Ada hal yang harus saya bicarakan sama orang tua saya,"
"Rumah orang tua lo jauh gak?"
Mahen terkekeh lalu menggeleng.
"Enggak, mau ikut?,"
"Boleh."
"Yaudah, nanti malam saya jemput,"
"OKEYY!."
;
Malam hari telah tiba, lebih tepatnya hampir larut malam.
Jia dan Mahen sudah tiba di rumah orang tua Mahen.
Saat sampai Jia terlihat sedikit terkejut melihat rumah orang tua Mahen.
Itulah yang Mahen takutkan.
"Maaf, rumahnya hanya sebesar kamarmu,"
Jia tersenyum, manis sekali.
"gue gak permasalahin, Hehe.. " Ucapanya di akhiri kekehan lucu.
"Mahen bawa si cantik masuk dong, di luar dingin," Suara wanita paruh baya membuat keduanya menoleh.
Di ambang pintu, Ibu Mahen tengah berdiri sembari memegangi jaket.
"Sebentar, bu. " ucap Mahen.
Namun Sang ibu kini telah berjalan mendekati keduanya.
Jia tampak bingung saat Ibu Mahen menyodorkan Jaket pada dirinya.
"Pakai ini, ya. ibu takut kamu masuk angin, di sini udara nya dingin." Ucapnya membuat Jia tersenyum.
"Gak apa-apa padahal, bu. Jia kuat dingin, kok." Ucapnya membuat Ibu Mahen tertawa.
"Mau masuk?,"
"kakak masuk duluan aja, Jia masih mau di sini,"
Mahen pun mengangguki ucapan Jia lalu melangkah masuk bersama ibunya.
Jia menatap lurus pada beberapa pepohonan di depannya.
perlahan matanya beralih menatap langit yang di penuhi bintang.
Matanya semakin berkabut, genangan air yang sedari tadi ia tahan kini sudah berontak ingin di keluarkan.
Tangannya ia bawa untuk mengusap halus air matanya yang lolos.
Entah mengapa ia menangis.
Melihat rumah orang tua Mahen bukannya membuat ia merasa jijik tapi malah membuat hatinya begitu sakit.
Entah mengapa ia seperti bisa merasakan penderitaan Mahen.
perlahan isakan kecil mulai keluar dari mulut mungilnya.
badan nya perlahan merosot ke bawah untuk berjongkok.
Menutup mulut dan wajahnya menggunakan telapak tangannya, ia takut mereka tau bahwa ia tengah menangis.
"Jia,"
Jia tersentak saat mendengar suara Mahen, perlahan kepala nya mendongak untuk melihat wajah Mahen.
dan sedetik kemudian Jia hampir terjungkal karena mendapat pelukan tiba-tiba dari Mahendra.
Mahen tidak bicara apapun, hanya mendekap tubuh Jia dengan erat.
Di rasa Jia sudah sedikit tenang perlahan Mahen melepaskan pelukan nya.
"kenapa nangis?, mau saya antar pulang?,"
"enggak.."
"terus?,"
"maaf, gue datangnya terlambat,"
Mahen terlihat bingung sembari menatap Jia dengan lamat.
"Jia, saya sengaja ngajakin kamu ke sini, biar kamu tau kehidupan saya dan merubah pikiran mu untuk menikah dengan saya, saya bukan orang penting, Jia. jadi tolong.. cari laki-laki lain yang sepadan denganmu."
"Kalau gue gak mau, gimana?,"
Mahen terdiam menatap wajah Jia yang berubah menjadi agak menyeramkan baginya.
"udah deh, kak. Mau lo buat gue gimana lagi, sih?, gue gak ngeliat lo dari harta. gue udah punya semuanya, yang gue gak punya cuma orang tulus kayak lo."
———
TBC
HAPPY READING
KAMU SEDANG MEMBACA
MBF ( Married By Fitnah )
RomanceKisah ini berawal dari seorang gadis cantik anak dari pemilik perusahaan yang cukup terpandang bernama Athjia Maharani tengah asik menikmati pesta temannya di salah satu club. Bagi mereka yang sudah legal tak heran untuk menghabiskan malam dengan me...