A

21 3 0
                                    

Semua yang ada di cerita ini hanya fiktif belaka, karangan doang yaa, jangan libatin idol yang bersangkutan dalam cerita ini di rl, thank for ur attention, enjoy💛

****

Selang 3 hari berlalu, bima dan istrinya hari ini sedang dalam perjalanan kembali ke rumah, mereka sebenarnya tidak benar-benar pergi keluar kota, Mereka hanya menginap dihotel dengan alasan ada pekerjaan padahal yang sebenarnya mereka ingin berdiskusi dengan keluarga kepercayaan mereka yang tidak lain adik dari tania, tiara dan husein tentang rencana yang diberikan arka.

"kamu benar-benar yakin dengan keputusan ini?"
Ujar Tania kepada bima yang sedang menyetir.

"Memangnya ada pilihan lain?"
Tanya balik Bima kepada tania.

Tania yang mendengarnya pun hanya terdiam, ia merasa tidak rela akan menjodohkan anak perempuan satu-satunya itu dengan keluarga pranoto, bahkan ia tidak siap untuk membicarakan ini kepada wilona, entah bagaimana reaksi wilona nanti.

Bima menoleh kearah tania yang terlihat sendu, ia pun paham dengan apa yang dirasakan oleh istrinya tersebut, ibu mana yang rela menyerahkan anaknya kepada orang yang notabenenya telah "membunuh" anaknya yang lain. Bima pun juga berlarut-larut dalam pikiran kalutnya, ia sama takutnya seperti tania, apa yang akan terjadi jika putrinya sudah resmi berada di naungan keluarga Pranoto nanti.

Haruskah ia membatalkan kesepakatannya dengan arka, tapi apa yang harus ia lakukan dengan "kiriman" tidak masuk akal ini, sebenarnya bukannya bima tidak pernah berusaha untuk membebaskan keluarganya dari hal ini, tapi menurut ustadz ataupun orang pintar yang mereka temui, jika mereka ingin membebaskan keluarganya dari "santet" tersebut maka mereka harus menumbalkan satu lagi keluarga mereka, tentu saja bima menolak dengan keras.

''kita coba bicarakan dulu dengan wilona, jika dia menolak nantinya, kita cari cara lain, kamu jangan terlalu banyak pikiran, sayang"
Ujar bima menenangkan istrinya.

Tania yang mendengarnya pun hanya menghela nafas lalu mengangguk.

****

Saat ini Wilona sedang rapat dengan anggota hima yang lain, mereka sedang membahas tentang acara dies natalis untuk tahun ini yang rencananya akan di selenggarakan dua minggu lagi, mereka bekerja sama dengan organisasi bem kampus untuk acara ini, di meja depan sudah ada rayan selaku wakil ketua hima yang memimpin rapat, Rayan ini walaupun statusnya Mahasiswa semester akhir tapi dia tetap aktif ber organisasi bukan tanpa alasan, Rayan ini dianggap dapat mengontrol organisasi dengan baik bersama dengan Aditya si ketua hima, jadi berhubung ketuanya sedang tidak bisa hadir, jadilah Rayan yang memimpin rapat hari ini.

"Untuk rangkaian acara sudah cukup sepertinya, jika ada yang ingin menyanggah silahkan.. sembari menunggu sanggahan kita bahas temanya dulu, jika dari pihak bem mereka menyarankan tema yang berhubungan dengan masyarakat seperti menyalurkan bansos dan lain sebagainya, menurut kalian gimana?" ujar rayan menanyakan pendapat anggota yang lain

"Bukannya tema itu udah dipake tahun lalu ya, gamau nyoba tema lain kak?" Kata nila memberi pendapat.

"Oke, kenapa kita selalu make tema itu? Tentunya karena tema itu udah melekat banget dengan citra kampus kita, yang terkenal akan solidaritas dan kemanusiaannya, kalo kalian mau tema yang lain, nanti gue bicarakan lagi dengan pihak bem" Jawab Rayan

"Yaudah, gapapa sih pake tema itu, tapi kali ini kita buat agak beda aja" kata wilona menyarankan.

"Beda gimana?" Ketus nila dengan raut tidak bersahabat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asmaraloka AdiwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang