4. Treasure

5.8K 536 148
                                    

Halo!!!!

MARI RAMAIKAN PART INI DENGAN VOTE KALIAN ✨
.
.
.
.
.
Happy reading❤️

•••••


Segerombolan pria bertubuh kekar tengah berada di pekarangan rumah megah milik pria berkuasa bernama Stefano de Luciano Ocean. Mereka berdiri tegap layaknya sebuah pondasi kokoh mengelilingi sang Tuan yang sedang duduk di kursi kebesarannya.

Angin malam yang berhembus kencang membuat kulit mereka berdesir, namun hal itu tak membuat sekumpulan pria tersebut menyingkir. Mereka tetap terdiam menatap lurus ke depan sana.

Pandangan mengerikan tengah tersuguh di depan mata mereka, dimana terdapat 2 orang wanita yang tengah dicambuk menggunakan cambuk besi. Lolongan kesakitan sedari tadi terdengar memenuhi pekarangan rumah tersebut.

Sedangkan sang tokoh utama dalam pertunjukan tengah terdiam sembari menghisap cerutunya. Sebuah seringai tajam tersungging pada sudut bibirnya lantaran merasa terhibur dengan pemandangan di depannya.

Kedua wanita bermarga Ortis tersebut tampak lemas tak berdaya dengan darah dimana-mana. Namun hal itu tak membuat siksaan yang diberikan terhenti, justru para pria berbadan kekar yang tengah melayangkan cambukan semakin bersemangat untuk menyalurkan rasa sakit pada keduanya.

"Bagaimana Tuan? Apa harus kami habisi malam ini juga?"

Luciano terdiam, mata elangnya tetap terpusat pada 1 titik di depan sana. Sementara tangan kirinya mengelus pelan surai hitam milik seorang gadis yang berada dalam pangkuannya.

"Signore."

Trassss!!!!

Sebuah belati menancap sempurna pada lengan Carlo, dia menutup mata sejenak guna menahan rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Kau tidak melihat aku sedang menikmatinya?"

"Maaf, Tuan."

"Tunggu sampai gadisku bangun, baru setelah itu aku akan memberi keputusan!" Tukas Luciano tajam penuh penekanan.

Carlo mengangguk patuh lalu menyingkir dari hadapan Luciano. Tangannya dengan cepat mencabut belati yang menancap sempurna pada lengan kirinya. Salah satu orang bawahannya datang membawa kain panjang, dia mengikatkan kain itu pada lukanya untuk menghentikan darahnya yang sedari tadi mengalir deras.

Carlo tidak tahu apa yang sedang Tuannya rencanakan, pria itu sama sekali tak dapat ditebak. Jika memang Luciano ingin menghabisi seluruh keturunan keluarga Ortis, maka seharusnya gadis yang tengah terlelap itu juga mengalami siksaan yang sama.

Namun lihatlah, gadis tersebut justru  tampak tertidur nyaman dalam dekapan hangat sang Tuan. Carlo menghela napas berat, dia tidak akan terlalu ikut campur. Dia hanya bisa berharap gadis itu tak akan menimbulkan masalah dalam keluarga Ocean, mengingat Tuan besar Lucius begitu berambisi untuk menghabisi seluruh keturunan keluarga Ortis.

Sementara itu, Luciano yang tengah memandang ke depan sana mulai mengalihkan pandangan kala mendengar lenguhan pelan. Tatapannya tertuju pada gadis dalam pangkuannya, perlahan gadis itu membuka mata.

"Sudah bangun?"

Gadis itu tersentak, dia berusaha menjauhkan tubuhnya dari Luciano namun pening menghantam kepalanya.

"Diamlah, Thalassa," titah Luciano sembari mengeratkan rangkulannya pada pinggang gadis yang memiliki nama Thalassa tersebut.

"Apa yang terjadi? Dan siapa kau?"

Seringai tajam terbit menghiasi wajah tampan Luciano. Tangannya terjulur membelai lembut pipi gadis dalam pangkuannya. "Kau bilang aku malaikatmu," sahutnya.

THE DEVIL'S PARADISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang