03.

227 33 3
                                    

“Bagaimana dengan Ahn Kisoo dari timur, Haechan?”

Haechan sibuk dengan pikirannya sendiri, bahkan ia melupakan eksistensi nya disana. Pikirnya melayang-layang sejak terakhir kali ia bicara dengan Renjun, ucapan Renjun sedikit menggelitik nya. Bagaimana bisa lelaki yang tampak begitu polos mengatakan hal seberani itu? Haechan tergelitik.

“Jung Haechan.”

Haechan jadi rindu Renjun, berpisah sebentar saja menbuatnya merindukan rubah kecilnya itu. Ah, bagaimana kalau Haechan memeluk rubahnya itu nanti saat bertemu? Haechan ingin mencoba nya, memeluk si rubah.

“JUNG HAECHAN!”

Pandangan Haechan seketika mengarah pada sang Ayah yang duduk di kursi utama ruang rapat kerajaan.

“Beraninya kau mengacuhkanku, Haechan.”

“Maafkan aku, Ayah.” Senyum Haechan masih mengembang disana. “Apa yang Ayah bicarakan tadi?” tanya Haechan.

“Bagaimana dengan Ahn Kisoo dari timur, Putraku, Jung Haechan?” ulang Jaehyun dengan amarah yang tertahan.

“Ahn Kisoo, ya.” Haechan nampak berfikir, “dia tidak cocok untukku, Ayah. Sifatnya buruk, aku tidak suka.”

“Lalu berapa banyak penyihir lagi yang harus kita temui untuk menemukan pasangan idamanmu itu?” tanya Jaehyun.

“Eoh, aku lupa bilang. Aku sudah menemukan pasanganku, Ayah. Pasangan idamanku, pasangan yang sangat cocok denganku.”

“Baik, darimana dia berasal?”

“Selatan,” bohong Haechan.

“Na Jaemin?” tebak sang Ayah. “Tidakkah kau lupa kalau Na Jaemin itu kekasih Hyungmu?”

Haechan menggeleng, “aku tidak suka mengambil milik orang lain, terlebih milik saudaraku. Memangnya hanya Jaemin yang berasal dari Selatan?”

Sang Ayah dibuat diam oleh penuturannya, anaknya itu suka sekali membuat kepalanya pusing. Kadang ia tak berbasa-basi, kadang ia berbasa-basi sampai kemana-mana.

“Langsung ke point utama nya saja,” suruh Jaehyun.

“Jung Renjun, dia penyihir dari Selatan.”

Alis Jaehyun terangkat sebelah. “Aku tidak pernah dengar nama itu. Dan, tidak penyihir bermarga Jung yang berasal dari Selatan, Anakku. Bahkan, hanya keluarga kita yang bermarga Jung.”

“Aduh aku lupa,” sahut Haechan. “Maksudku, Na Renjun. Padahal aku belum menikahinya, tapi aku sudah tidak sabaran mengganti marganya menjadi Jung—”

“Ku peringatkan kau, Jung Haechan!”

“Baiklah, baiklah.” Haechan berhenti bicara.

“Apa dia sampah yang kau pungut kemarin?”

Sudut bibir Haechan terangkat, “ku peringatkan kau juga, Yang Mulia Jung Jaehyun. Yang kau sebut sampah itu calon tunanganku!”

“Haechan, kau adalah pewaris kerajaan Neortha ini.” Jaehyun menegaskan kalimatnya. “Seorang yang akan mendampingimu harus jelas, baik dari segi besarnya kemampuan yang dia miliki juga bagaimana latar belakangnya.”

“Bukankah Ayah bilang dulu Ayah dan Bubu sama-sama hidup sebatang kara tanpa ada kerabat apalagi orang tua?”

Jaehyun mendesis, “itu berbeda dengan apa yang sedang kita bicarakan.”

“Bagiku sama saja,” sahut Haechan. “Renjun sudah cukup untukku.”

“Ayah akan mencarikan beberapa penyihir lain untuk calon pendampingmu, kembalilah esok untuk membic—”

THE BEGINNING; Neortha.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang