07.

152 25 1
                                    

"Ada yang aneh darinya," Yuta masih berkutat pada buku tebal peninggalan keluarganya.

Winwin hanya menatap Yuta tanpa arti, sejak Haechan membawa Renjun kembali ada perasaan aneh yang bernaung di hatinya.

"Apa kita tidak bisa menerimanya saja?" tanya Winwin pada Yuta.

"Kau ingin kejadiaan beberapa tahun lalu terulang lagi? Saat raga Jaemin hampir direngut oleh penyihir licik itu?"

Winwin diam. "Aku merasa ada sesuatu padanya, sesuatu yang membuatku sedih."

"Berhenti mengasihani begitu, kau tau itu tidak baik."

"Matanya mirip seseorang," gumam Winwin.

"Aku yakin dikatakan disini hanya penyihir terpilih berdarah bangsawan yang masa depannya tidak bisa dilihat. Tapi, penyihir kecil itu bahkan tidak berasal dari keluarga kerajaan. Bagaimana bisa dia menjadi penyihir terpilih?" Yuta bingung.

"Mungkin ada yang istimewa darinya, kita terima saja dia selagi kau mencari tau."

Yuta menatap Winwin beberapa saat. "Kapan pernikahan Haechan dengannya dilaksanakan?"

"5 hari lagi."

"Siapkan suratnya untuk Haechan."

***

"Renjun."

Renjun mengadahkan kepalanya menatap ke atas dimana Haechan sedang menatapnya dari balkon kamar Haechan.

"Tuan."

"Sedang apa melamun sambil menatap bunga seperti itu? Apa ada yang menarik dari itu?" tanya Haechan.

Renjun menggeleng, "hanya membayangkan bagaimana rasanya menjadi bunga. Terasa menyenangkan, Tuan."

"Memang apa yang menyenangkan?"

"Mereka cantik," sahut Renjun.

"Mau ikut denganku melihat sesuatu yang lebih cantik daripada bunga bunga yang kau tatap itu?" tawar Haechan.

Renjun mengangguk, "bisakah?"

"Tentu saja."

Haechan menggunakan sihirnya untuk berteleportasi ke samping Renjun. Karena belum terbiasa, Renjun masih sering terkejut dengan keberadaan Haechan yang tiba-tiba sudah di sampingnya.

"Kau harus terbiasa," ucap Haechan dengan sedikit kekehan.

"Tuan sengaja, kan?" Renjun memincingkan matanya. "Tuan suka sekali mengerjaiku."

Haechan tertawa, "mana mungkin aku sengaja."

"Kedepannya, bilang dulu sebelum kamu ingin muncul di sampingku."

Haechan tergelak dan mengangguk. Tangannya menggenggam tangan Renjun dengan erat sembari melangkahkan kakinya.

"Kita mau kemana, Tuan?"

"Ke tempat dimana kamu bisa melihat hal yang lebih indah daripada bunga bunga itu," jawab Haechan.

"Apa benar ada?"

"Kau tidak percaya?" Renjun menggeleng.

Haechan senyum saja, ia terus melangkahkan kakinya dengan menggandeng tangan Renjun dengan lembut. Langkahnya dibuat kecil agar tidak membuat yang terkasih merasa lelah.

THE BEGINNING; Neortha.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang