CHEERS!!

Denting tiap sisi gelas itu terdengar. Tiap sudut gelap yang nampak samar, terlihat banyak ekspresi yang entah bagaimana kenyataannya. Senyum kepuasan, senyum penuh arti, kekesalan, amarah hingga rasa keputus asaan. Semua nampak abu-abu. Mereka semua itu sebenernya pandai menyambunyikan air muka, sisi yang kini nampak terkadang bukanlah sisi sebenar-benarnya. Entah apa yang terjadi.

Dan semua teramati dari dua mata yang mulai nampak sayu akibat kelelahan. Sesekali sosok itu menguap, mata kecilnya berkedip dengan kuat berharap untuk tetap sadar lebih lama. Ah.. ia sudah sangat merindukan kasur busuknya.

"Hey.. sudah malam tak baik anak kecil macam dirimu terlalu lama melamun. Nanti bisa-bisa dicukik setan." Cerocos manusia sialan yang dengan santainya berjalan menjauh sembari menenteng nampan penuh bergelas-gelas alkohol.

"Sialan," ia berdecih. Merutuki orang itu yang selalu mengganggu acara melamun rianya.

Sedang orang yang dimaki malah nampak senyum-senyum tanpa rasa bersalah. Meletakkan nampan di meja kasir lalu ikut duduk di samping orang yang ia jahili tadi.

"Hobi sekali melamun, Haechan-ah."

Orang yang dikatai hanya mendengus. "Lalu, kau ini hobi sekali mengganggu  orang, Yuna-ya."

"Lalu siapa lagi yang bisa ku ganggu kalau bukan kau? Mereka? Hey, karyawan sok seperti mereka itu seolah-olah menganggap diri mereka sudah tinggi. Mana mau ku ajak bercanda macam dirimu. Padahal kalau dilihat dari urutan strata, kita yang lebih tinggi. Kita tidak menjual diri, sedangkan mereka? Cih! Hobi sekali memerkan dada bersilikon itu," ujaran panjang penuh emosional, sepertinya Yuna-ssi ini memang dendamnya sudah mendarah daging.

"Hey.. mereka melakukan itu demi kehidupan mereka. Kita tak tahu sebagaimana besarnya pengorbanan yang mereka lakukan hanya demi menyambung hidup. Bisa jadi bukan hanya mereka yang butuh sesuap nasi. Kau ini, Yuna-ssi," Haechan hanya geleng-geleng melihat kelakuan partner kerjanya ini. Usianya yang memang lebih muda, itu agak ia wajarkan. Tapi ya begini, ceplas ceplos nya terkadang bikin ngeri sendiri.

"Sudahlah dari pada sibuk membicarakan mereka. Lebih baik kita kembali bekerja dan menjadi karyawan yang baik karena besok tanggal gajian kita. Oke Yuna-ssi?" Lanjutnya, sedang yang di omeli hanya bisa merengut sebal. Sulit kalau sudah keluar sabda dari mulut si manis, Yuna langsung mati kutu tak bisa berkata-kata.

"Oke oke.." pasrahnya.

Haechan tersenyum geli kalau gadis itu begitu saja melewatinya sambil sedikit menyentak-nyentakkan kakinya. Lucu sekali.

Langkah dan gerakannya cekatan mengambil beberapa gelas dan botol-botol alkohol itu. Memasukkannya pada troli kecil yang ia bawa dari arah ruangan samping kasir. Membersihkan sisa-sisa es, puntung rokok hingga alat pengaman, seolah-olah sudah menjadi hal biasa bagi orang sepertinya. Walaupun kadang ada rasa jijik dan banyak hal lagi yang membuatnya terheran-heran.

"Pelayan!"

Haechan menoleh karena panggilan itu terdengar cukup dekat dari meja yang ia bersihkan.

"Ada yang bisa saya bantu tuan-tuan?" 

Nampak salah satu yang tertinggi diantara mereka mencoba berbicara dengan susah payah akibat mabuk yang hampir mencapai batesnya.

"Tolong antarkan temanku ini ke kamar. Ini kuncinya. Aku mau coba sadar dulu dan membantu yang latinnya ke kamar juga. Tolong ya." Pinta pria itu.

"Baik Tuan."
Haechan memandang ragu pria yang ditunjuk Tuan tadi. Ia juga segera memanggil security untuk membantunya.

"Ah.. tunggu. Tolong berikan teh atau semacamnya yang hangat juga ya. Dia bisa akan pusing sekali setelah bangun besok."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Home Alone | Markhyuck StoriesWhere stories live. Discover now