Akhir dari sebuah awal

555 31 3
                                    

I.


°°°°°


Set

Splash!

Booomm!

Priiitttt...Priiitttt!!!

"25-18!!! POIN KEMENANGAN BERHASIL DIRAIH OLEH SMA J EAGLE DI GAME KEDUA!!! DENGAN INI, MEREKA AKAN MELAJU KE BABAK BERIKUTNYA DI KUALIFIKASI TURNAMEN NASIONAL TINGKAT SMA. SETELAH MENGALAHKAN SMA MERPA T DENGAN SKOR TELAK 2-0!!!"

Para pemain dan pelatih SMA J EAGLE bersorak gembira atas kemenangan mereka. Semua pemain berpelukan sebelum sang pelatih menginstruksi mereka untuk berjabat tangan dengan tim lawan.

Di sisi SMA MERPA T, sebagian pemain mereka menundukkan kepala dan bersimpuh di lapangan, perasaan mereka campur aduk antara marah, lelah, dan sedih. Celine, selaku kapten tim, mengajak teman-temannya untuk segera bangkit dan berjabat tangan dengan tim lawan.

Pelatih mereka memberi tepuk tangan sebagai pujian atas permainan mereka. Dia tersenyum simpul saat melihat 3 murid kelas 10 menahan tangis sambil berjabat tangan, dirinya merasa bangga dengan mereka karena bisa sampai sejauh ini.

Setelah saling berjabat tangan, Celine mengajak yang lain untuk menghampiri pelatih mereka. Setelah berkumpul semua, sang pelatih melihat mereka satu persatu.

"Sebagai pelatih voli kalian, saya merasa sangat bangga. Terlebih, kalian bisa sampai di titik ini dengan tim yang baru kita bangun beberapa bulan lalu. Lawan kita memang kuat, tapi waktu saya lihat kerja keras kalian, saya berani bilang kalau kalian bisa kalahkan mereka suatu saat nanti. Untuk itu...Celine," sang pelatih melihat ke arah Celine setelah memberi beberapa ucapan.

Celine yang sedari tadi memperhatikan, mengangguk paham.

"Guys...angkat kepala kalian, ini bukan akhir dari tim voli kita, tapi ini awal kebangkitan kita buat raih juara. Mira, spike kamu selalu keras dan beberapa kali kita dapat poin karena hal itu. Dey, receive kamu selalu bisa diandalkan. Fiony, block kamu sering gagalin serangan mereka. Lulu, defense kamu sering bikin mereka kesal. Dan Oniel..." Celine sedikit menjeda kalimatnya saat melihat Oniel masih menundukkan kepala.

"Maaf, harusnya bola terakhir tadi...gue toss ke ci Celine. Tapi, karena kebawa suasana permaian...toss gue ke kak Mira jadi kurang tinggi, dan bisa dibaca sama mereka. Sekali lagi, gue minta maaf," Oniel membungkuk 90° ke arah teman-teman se-timnya.

Mira yang ada di dekat Oniel, mengusak rambut gadis itu sambil terkekeh. "Apasih Niel, gk usah minta maaf. Kita ini satu tim, gk ada yang bisa disalahin soal kekalahan ini. Berkat kekalahan ini juga, kita bisa tahu apa kekurangan kita selama ini," ujarnya.

"Kak Mira betul, kalau lo salahin diri sendiri, yang ada malah nambah pikiran doang. Ingat, kita baru kelas 10 Niel, perjalanan kita baru dimulai," tambah Lulu, memaksa Oniel untuk menegakkan badan kembali.

"Iya Lu, lo betul."

"Kan."

"Oke...gk usah sedih-sedih lagi, sekarang kita makan-makan!! Coach Shevan yang traktir, WUHOOO!!!" Fiony, langsung pergi lebih dulu meninggalkan teman-temannya.

"Ayo buruan, keburu hilang dia," ucap Dey, melepas semacam selotip yang ada di beberapa jari tangannya sambil menyusul Fiony.

"Kok nunduk lagi, sih. Buruan ah!" Mira mengalungkan tangan Oniel ke pundaknya, dan memaksa Lulu untuk melakukan hal yang sama agar gadis itu mau bergerak.

I N F I N I T Y Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang