Penantang

231 18 4
                                    

VII

><

"Katanya mau ambil sesuatu, kok lama?" Dey bertanya saat Lulu dan yang lain baru tiba di depan minimarket.

Lulu meringis, menggaruk belakang telinganya. "Iya kak, tadi masih nungguin Adel, lama banget dia," Adel yang dituduh, menganga tidak percaya.

"Loh, kak? Kan kita tadi-hmm!" Adel dibungkam oleh Lulu, yang tersenyum ke Dey, sangat manis.

"WOI LULU!!" Teriakan itu merubah ekspresi Lulu menjadi pasrah.

Oniel datang, raut wajahnya serius, menatap ke arah Lulu. "Ngapain nyuruh kalau lo sendiri bisa sendiri, ha!" Dia menggeram gemas, menunggu jawaban dari gadis dengan rambut sebahu itu.

"Gakpapa Niel, hitung-hitung bantuin lo pdkt sama dia," Lulu membalas, menahan senyum.

Alis Oniel menaut, mulutnya menyeringai. "Siapa yang pdkt? Lo kali sama si O-hmm!" Mulutnya ikut dibungkam seperti Adel.

Lulu menggerutu tak jelas ke Oniel, Anak-anak kelas 10 yang melihat hanya bisa saling pandang, bingung. Fiony yang memperhatikan, memilih untuk menghampiri Dey.

Dey mengangguk paham ketika Fiony menjelaskan apa yang terjadi. Lalu, dia melerai Lulu dan Oniel lewat gerakan tangannya, kedua gadis itu terkesiap dan menatapnya.

"Dia bisanya kapan, Niel?" Dey bertanya. Oniel melepas bekapannya, menyingkirkan kepala Lulu dari bahunya.

"Besok, kak. Waktu jam istirahat, dia nunggu di Koridor kelas sepuluh," Oniel menjawab, Dey mengangguk.

"Del." Adel terkejut saat namanya dipanggil oleh Dey.

"Iya kak?" Adel menghampiri Dey, sambil memainkan jari tangannya, dia masih canggung.

"Lo masuk duluan, ya. Kita di belakang."

"A-ah iya kak, siap!" Adel merespon, membungkuk sekilas dan segera berjalan ke minimarket.

"Del, hat-"

Duagh!

Adel menabrak pintu minimarket, gadis itu mendesah kesakitan sambil mengelus keningnya. Karena mendengar suara yang cukup keras, kasir perempuan yang ada di dalam pun keluar, melihat situasi.

Dia keluar, membantu Adel berdiri, ketika yang lain menghampiri.

"Lo gakpapa, Del?" Olla bertanya, khawatir.

"Gakpapa. Makasih, kak." Sembari dibantu berdiri oleh kakak kasir itu, Adel masih meringis kesakitan mengelus keningnya.

"Kalian murid-murid SMA Merpa T, ya?" Kakak kasir itu bertanya, semuanya mengangguk.

"Kok baru pulang? Bukannya udah dari jam satu?" Dia bertanya lagi.

Dey melihat yang lain, sebelum menjawab.

"Kita masih ada ekstra, kak." Kakak kasir itu mengangguk, dan memperhatikan jaket yang digunakan oleh Dey, Lulu, Fiony, dan Oniel.

"Kita semua ikut ekstra voli, kak. Pasti kakak nggak asing sama julukan tim kita, burung merpati yang nggak bakal bisa terbang lagi." Dari raut wajahnya, Dey bisa menyimpulkan bahwa kakak kasir itu tahu, ketika dijelaskan oleh Fiony.

"Ah tim itu ya, emang pantas sih julukannya."

Dar!

"Udah nggak pernah lolos kualifikasi,"

Der!

"Nggak pernah menang,"

Dor!

I N F I N I T Y Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang