Chapter 9 🍀

144 66 144
                                    

Siang harinya, Aya hanya memantau bocah bocah itu dari jarak yang cukup jauh, sedangkan Ara dan Evi, ke-dua gadis ikut bergabung bersama ketujuh bocah tersebut.

Mereka terus bermain, tanpa menghiraukan waktu sudah menujukan pukul 12:30. Yang artinya anak anak harus tidur siang, sebenarnya waktu mereka untuk tidur siang sekitar jam 10:30. Namun ketuju bocah itu, enggan beranjak dari tempat bermain nya.

Aya juga tidak memaksakan mereka untuk tidur siang, takut nya Jika di paksakan akan membuat anak kecil trauma untuk tidur.

"Okee waktunya tidur. " Ucap Aya seraya menghampiri Chiko yang sedang menguap lebar.

"Isss tidul telus, tidul telus!" Kesal haikal, melempar mainannya ke sembarang tempat. Ia masih ingin bermain.

"Yaudah, kamu nggak usah tidur," Ujar Aya sambil menggendong Chiko.

"Ehh benal kah?" Tanyanya, dengan mata yang berbinar senang, Haikal pikir, ia akan di paksa tidur siang. Seperti mbak lala lakukan di tempo hari lalu.

Aya mendengar perkataan haikal hanya mengangguk mengiyakan, gadis itu membawa Chiko ke kamar mandi. Guna membersihkan wajah, tangan, serta kaki, agar anak itu nyaman saat tidur nanti.

Setelah membersihkan Chiko, Aya kembali ke ruang bermain, ia mengelar sebuah kasur ukuran kecil, di mana kasur itu hanya cukup untuk satu orang. Di daycare, mereka juga menyediakan masing-masing kasur ukuran kecil, di gunakan pada saat Anak-anak ingin tidur siang.

"Ahen, mau tidul ciang juga." Sahut Mahen, saat melihat Aya yang tengah sibuk mengurus tempat tidur buat Chiko.

"Juju, uga!" Seru Arjua, bocah itu menaruh boneka Ana nya ke sembarang tempat, lalu berlari menghampiri Aya.

"Ehh, cuci muka dulu." Tegur Ara, saat melihat Arjua hendak bergabung bersama Chiko dan Aya. Akhirnya Ara membawa Mahen, Arjua ke dalam kamar mandi, membersihkan diri, seperti di lakukan Aya tadi kepada Chiko.

"Issss, ndda colit" Ucap Haikal kesal sambil melipat kedua tangannya ke depan, dan jangan lupakan pipi tembem Haikal menggembung lucu. Evi yang melihat tingkah laku Haikal, hanya bisa terkekeh gemas.

"Nah udah selesai." Ucap Aya. Gadis itu sengaja menaruh tujuh kasur, agar ketika haikal beserta anak lainnya mengantuk, ia tidak repot lagi mengelar kasur untuk mereka.

Aya mengajak Chiko untuk berbaring di atas kasur miliknya sendiri, menepuk pantat Chiko, agar bocah berkulit putih itu bisa tertidur.

"Aya~" Panggil Ara sambil membawa Mahen dan Arjua untuk menghampiri Aya. Aya yang merasa di panggil, segera menoleh, ia bisa melihat sangat jelas baju Mahen yang setengah basah.

"Kok bisa basa sih, bajunya ra?" Tanya Aya sembari terus menepuk pantat Chiko.

"Tadi, Mahen nyamplungi kepalanya ke dalam ember ayy," Jelasnya kepada Aya.

"Kok bisa?"

"Mana gua tau, tadi gua masih nyuci kaki Arjua pakai sabun."

"Terus?"

"Tiba tiba gua balik, ntuh anak kepala udah nyamplung ke dalam ember, untung aja ember nya nggak kenapa napa ayy."

"Kok malah jadi embernya, sih ra?" Sahut Evi yang sendari tadi menyimak percakapan antara Ara dan Aya.

"Ehh, maksudnya, untung saja Mahen nya nggak kenapa napa." Ucap Ara. Mendengar penjelasan Ara membuat Aya menghela nafas kecil.

"Terus, Mahen gimana? nggak mungkin kan tidur sambil setengah basa gini?"

"Yaelah, baju nya tinggal di ganti aja ayy." Ujar Ara sambil tersenyum bodoh.

"Yaudah, sana gih, gantiin bajunya Mahen." Suruh Aya, gadis itu mengambil Arjua dari tangan Ara, lalu membawa bocah itu ikut tidur di samping Chiko.

Daycare [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang