Chapter 13 🪴

42 10 0
                                    

"Mau kemana?" Tanya Aya dalam mobil. Ketiga gadis itu baru saja beranjak dari Daycare berapa jam yang lalu, setelah membereskan kekacauan tadi. Kini mobil Aya melesat melintasi padatnya kota hari ini.

"Enaknya kemana Ay?" Tanya Ara balik.

"Nggak tau." Ujar Aya sembari fokus mengendarai mobil milik Abangnya. Umpung Dika lagi berada di luar kota selama dua hari, jadi Aya bisa leluasa meminjam mobil milik Dika. Sebenarnya bisa saja Aya meminta Dika atau Aren membelikannya mobil baru. Namun gadis itu tidak ingin membuang banyak uang hanya untuk satu mobil. Lagi pula dirumah masih ada satu lagi mobil merek Avanza yang biasa di pakai papanya dan juga abanya secara bergantian.

Aya beserta keluarganya bisa di bilang orang berada. Kakek Devan yang merintis kariernya dari nol, sekarang mampu membangun perusahaannya  sendiri tanpa campur tangan orang lain. Hingga perusahaan itu jatuh ke tangan papa Aya sendiri, walaupun waktu itu papanya sangat berkerja keras demi menduduki posisi direktur perusahaan milik kakek Devan.

Dan juga tentang Aya, mengapa gadis itu tidak kuliah di luar negeri saja, jika keluarga Aya memiliki cukup banyak uang untuk membiayai sekolah anaknya diluar negeri. Kembali lagi kepada Aya itu sendiri, ia hanya ingin kuliah disini agar ia bisa pulang ke kerumah dengan sesuka hatinya. Lagi pula jarak kampus Aya dengan rumahnya hanya di tempuh selama satu jam saja, namun Alana selaku mamanya Aya hanya ingin anaknya selamat, maka ia menyuruh Aya berserta kedua sahabatnya untuk mencari kontrakan yang dekat dari kampus. Katanya agar selamat dari marabahaya di jalan. Baik mari kembali kepada ketiga gadis itu.

"Jadi mau kemana?" Tanya Aya untuk sekian kalinya.

"Mall?" Usul Evi yang mendapatkan anggukan dari Ara.

"Emang kita ada duit? Mobil aja cuma modal minjem." Ujar Aya.

"Iya juga sih,"

"Gue ada, kebetulan kemarin kak Tama ngirim duit hehehe." Ucap Ara senang, berterima kasih lah kepada tunangan Ara yang selalu mengirimkan gadis itu uang.

"Berapa Ra?"

"Apanya Berapa?"

"Ck, uang yang di kirim kak Tama ada berapa!" Geram Evi, Aya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kecil.

"Ouhh.... Ngomong dong." Kekeh Ara sambil menoleh kebelakang tempat Evi berada.

"Udahh ngomong kok, cuma lu nya aja yang mudek." Ujar Evi menatap sebal ke arah Ara. Jujur ia merasa tak adil, mengapa Ara harus duduk di kursi depan, sedangkan ia hanya duduk di kursi belakang.

"Apa lo?" Tanya Ara sewot manakala Evi melihat nya dengan tatapan kesal.

"Curang! Gue juga mau duduk didepan."

"Yaelah jubaidah, gitu aja lo udah kesal. Apalagi kalau gue sama Aya pergi berdua."

"Ihhh! Nggak gitu, gue juga mau duduk di depan, no di belakang."

"Yaudah lo aja yang bawa mobil Vi. Gua yang duduk dibelakang, gimana?" Sambung Aya sembari terus menyetir mobilnya. Terkadang Aya heran, mengapa dirinya dipertemukan dengan manusia modelan kayak Evi yang tiap hari selalu saja membuat ia naik darah.

"Boleh... Ntar kita mati bareng, habis ntuh masuk surga-Nya sama-sama." Tutur Evi dengan wajah tengilnya.

"Surga matamu! Noh dosa lo bejibun."

"Jadi nggak nih?" Tanya Aya mengalihkan topik pembicaraan.

"Gue sih.. Jadi Ay, kalau lo Ra? "

"Bolehh... "

"Deal?"

"Deal!" Ucap Evi dan Ara serampak. Aya yang mendengar hal itu hanya bisa menggeleng kan kepalanya saat melihat tingkah laku Evi dan Ara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daycare [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang