11 || sarapan

573 103 7
                                    

Pagi harinya, Jisoo bangun sedikit terlambat tidak seperti biasanya. Dia baru saja membuka mata tepat pukul tujuh.

Tangannya meraba-raba dan tidak mendapati Jennie di sebelahnya. Sebelum benar-benar turun dari tempat tidur, Jisoo menguap lebar dan berdiam diri terlebih dulu.

Semalam, Jisoo benar-benar tidak bisa tertidur. Matanya terus terjaga padahal tubuhnya sudah sangat lelah. Berbeda dengan Jennie, baru saja beberapa usapan diberikan olehnya, istrinya itu langsung tidur terlelap.

Sepertinya baru setelah pukul empat pagi, Jisoo bisa memejamkan matanya dan terlelap.

Entah mengapa, Jisoo juga tidak paham mengapa dirinya tidak bisa tidur. Padahal dia terhitung orang yang mudah tertidur dalam kondisi apapun. Mungkin saja dirinya belum terbiasa tidur dengan sosok yang terus memeluknya sepanjang malam.

Jisoo bergegas mandi dan setelahnya menuju ruang tengah. Di sana telah berdiri seorang penjaga keamanan, yang telah ditunjuk menjadi asisten pribadinya, menyambutnya.

"Selamat pagi, Tuan muda Kim." Sapanya sambil membungkuk.

"Yak hentikan. Kamu tidak perlu bersikap seperti itu." Jisoo menahan tubuh lelaki yang terlihat lebih muda darinya itu agar tidak lebih membungkuk.

"Namamu siapa??" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Ragu, lelaki itu lebih memilih menunduk lagi sambil memperkenalkan diri. "Perkenalkan, Tuan muda. Nama saya Lee Mario."

"Yaa! Ku bilang jangan bersikap seperti itu." Jisoo menahan tubuhnya lagi.

Dia mengambil tangan lelaki yang akan dipanggilnya Lio, untuk menjabatnya. "Salam kenal, aku Kim Jisoo. Jangan memanggilku dengan sebutan tuan muda." Keluhnya sambil celingukan. Suasana rumah terlihat sepi.

"Nona Jennie sedang jalan-jalan di taman, Tuan muda. Saya disuruh mengantar Tuan muda ke meja makan lebih dulu."

Jisoo mendecak sebal. Lelaki di depannya sangat bebal, dia meliriknya tajam.

"Mau mati hah kamu?!. Jangan panggil aku tuan muda kubilang!"

"Peraturannya memang begitu, Tu---."

Jisoo menyilangkan tangannya.

"Tidak boleh! Kalau kamu ingin bersamaku, ku mohon, jangan panggil aku tuan muda. Kamu bisa memanggilku, abang? Nah. Benar, benar. Itu terdengar lebih baik. Kamu boleh memanggilku abang jika kamu tak nyaman hanya memanggil namaku."

Lio membeliak, bagaimana bisa seorang bawahan memanggil atasannya seperti itu?

Lio menggeleng keras. "Ti-tidak, saya tid---"

"Diamlah! Aku tidak menerima penolakan. Kalau tak mau, kamu bisa pergi." Tukas Jisoo tegas.

"B-baiklah Ba---bang J-jisoo."

Jisoo tersenyum lebar mendengar Lio mengikuti keinginannya. Dia terkekeh melihat wajah asistennya itu yang ketakutan, takut terdengar oleh lainnya betapa lancangnya dia.

"Tenang saja, kalau ada yang protes bilang saja itu keinginanku." Tambah Jisoo.

"Baiklah. Saya akan antar Bang Jisoo ke meja makan. Mari..."

Jisoo pun mengikuti arahan Lio. Sesampainya mereka di ruang makan, Jisoo terbelalak sampai-sampai memundurkan beberapa langkah.

Di depannya, di sepanjang meja yang kira-kira memiliki panjang sampai tiga meter itu, terisi penuh berbagai jenis makanan dari yang berkuah sampai yang kering. Mulut Jisoo tanpa sadar jatuh ke bawah.

"Hubby..."

Tiba-tiba ada suara menyapa dari arah belakang. Jisoo menoleh, kemudian tersenyum.

"Sedang apa? Kenapa berdiri disitu?" Tanya Jennie, kemudian matanya melebar sesaat setelah melihat suasana di meja makan.

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang