ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ"Sebenarnya, apa impianmu sejak kecil?" Tanya Seorang Perempuan paruh baya kepada Pemuda di sampingnya.
"Aku, aku mau jadi hakim!" Jawabnya menunjukkan semangat yang menggebu-gebu.
"Kenapa? Kenapa mau jadi hakim?" Tanya nya lagi kepada Pemuda itu.
"Ayahku di penjara tanpa alasan yang jelas. Ayahku dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup. Hakim yang memukul palu sidang benar-benar tidak bisa bersikap adil. Kebusukannya terkuak setelah Ayahku menetap selama 5 tahun di penjara. Namun, sampai sekarang, Ayahku belum juga kembali dari jeruji besi itu. Benar-benar tidak adil hukum yang ditegakkan di negara ini! Aku berharap, dengan hadirnya aku di barisan para penegak hukum, aku bisa menegakkan keadilan untuk semuanya!" Jawab si Pemuda dengan bangga, disertai senyuman yang terukir di wajah paripurna nya.
"Lalu, bagaimana dengan Ibumu?"
Setelah pertanyaan itu ditujukan kepada si Pemuda. Terdapat selang waktu dengan jawaban yang akan si Pemuda lontarkan.
"Ibuku, Ibu meninggal 4 tahun lalu. Tepat 1 tahun setelah Ayah diputuskan untuk menikmati sisa hidupnya di jeruji besi itu. Aku kasihan sekali kepada Ibu. Ibu selalu menangis, hampir tiap malam. Berharap bahwa Ayah akan kembali ke dalam dekapan Aku & Ibu. Ibu rindu dengan hangatnya suasana antara Ayah, Ibu, dan Aku. Bukan hanya Ibu. Aku juga. Aku benar-benar rindu hangatnya keluarga kecil yang aku miliki dulu. Dentingan suara dari alat makan di saat kami bertiga menikmati makan malam buatan Ibu. Lawakan Ayah yang sukses membuat kami semua tertawa." Tetesan air mata sukses keluar dari kedua bola mata si Pemuda.
Sebut saja Pemuda itu, Danu. Danudara Arkatama.
Pemuda kelahiran Kota Kembang, 19 Februari 1995. Rintik hujan menjadi latar belakang kelahirannya. Begitu hangat sambutan yang ditunjukkan kepadanya saat pertama kali ia dilahirkan di dunia. Banyak senyuman yang terukir di wajah. Namun, itu semua tak bertahan begitu lama. Sebab, tanpa alasan yang tak bisa diterima oleh akal sehat. Dengan sekejap, banyak sekali pisau tajam yang mulai menghampiri kehidupan Danu.
Danu yang kala itu baru menginjak usia 12 tahun, harus menerima pahitnya dunia. Ayahnya yang masuk penjara, Ibunya yang meninggal, Kerabatnya yang seketika pergi meninggalkannya tanpa sebab. Tersisa Danu dan beberapa peninggalan yang dengan sengaja ditinggalkan oleh orang tuanya itu, sebelum mereka pergi meninggalkan Anak Semata Wayangnya.
Awal dari semua nasib buruk yang menghampiri Danu-pun dimulai, di sini.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
KAMU SEDANG MEMBACA
Matinya Sang Bulan
Ficción GeneralBanyaknya Ribuan Bintang yang mengharapkan kehadirannya untuk lebih lama lagi. Namun, takdir berkata sebaliknya. Tentang kepergian Sang Bulan di tengah heningnya langit malam yang sendu. "Bahkan Tuhan-pun tahu bahwa aku memang tak sepatutnya melangk...