12 : Mamih Anila?!

1.7K 107 16
                                    

Kalo typo tandain yah✔︎

Happy reading bebiiii

🧊🧊🧊

"Panggil om Gio!" pekik Anila ketika motor baru memasuki gerbang rumah.

"Tuan muda Vincent?!" para penjaga langsung membantu Vincent, ada juga yang lari kedalam untuk memberi tahu Alfagio.

Vincent dibawa ke kamar oleh para penjaga, di ikuti Anila dari belakang.

Ceklek

Pintu kamar di buka dengan buru-buru oleh Alfagio diikuti dua buntut lain nya.

Alfagio duduk di ujung kasur, menatap khawatir putra terakhir nya yang sedang tertidur.

"Vikram cepat panggilkan dokter."

"Iya, pih."

"Anila, ini ada apa sebenarnya? Jelaskan." netra bermanik hitam milik Alfagio menatap lekat Anila, meminta penjelasan.

"Vincent di keroyok di taman kompleks om. Tadi gue abis dari supermarket diem dulu di taman, eh malah nemu Vincent udah babak belur."

"Ada berapa pelaku nya?" tanya Alfagio lagi.

"Kalo gak salah 4." Anila mengangguk-angguk yakin.

Seketika tangan Alfagio mengepal kuat menahan emosi.

"Akan saya laporkan." Alfagio mendesis seraya membuang napas berat.

"Iya betul tuh om! Sebenernya tadi udah gue timpuk pake batu sih, cuma kek nya belum setimpal deh sama yang Vincent dapet, jadi harus kita laporin biar jera." jari lentik Anila menjentik, ia setuju dengan dengan rencana Alfagio.

"Akan saya pastikan mereka mendapat balasan setimpal, sama seperti yang anak saya alami." Alfagio menggeram kesal.

"Gue setuju, biar kejadian ini jadi peringatan dan biar gak keulang ke anak-anak kita yang lain." kepala Anila hanya mangut-mangut, namun kontras dengan suara nya yang begitu khawatir.

Eh? Tunggu-tunggu, apa tadi "anak-anak kita?"

WHAT!!!

Alfagio mendonggak, kedua alisnya bertemu ia menatap aneh perubahan raut wajah Anila. Sementara siempu nya sendiri membatin mengeluarkan semua kata-kata mutiara nya, Anila terus merutuki mulut nya yang asal ceplak.

'Malu gue! Si om sadar gak sih? Mendingan gue pergi dari sini.' batin Anila.

Anila beranjak dari duduk nya. "Mau kemana kamu?" sela Alfagio.

Anila menoleh sebentar, "Ke hati om kan gak mungkin?" alis nya menukik sebelah, lalu kembali berjalan untuk meninggalkan kamar Vincent.

Di dekat pintu terdapat kursi yang di duduki Vikram dan Victor, melihat juluran kaki Victor yang ingin membuat nya terjatuh, Anila tersenyum lebar dan melangkahi kaki tersebut, "Permisi yah." tutur Anila dengan sopan.

Berbeda dengan Victor, ia menggeram kesal. Menurut nya yang ia dengar malah bukan tutur-an sopan justru malah cemooh-an.

🧊🧊🧊

ALFAGIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang