8. Calon Pacar

33 18 0
                                    

Pagi sekali seorang lelaki lagi berkaca menampilkan deretan gigi yang mempesona lalu menyisir rambut dengan rapi.

"Ganteng banget gue!"

Setelah memuji diri sendiri, ia turun menemui Ayahnya sedang memasak.

"Selamat pagi Ayahku tercinta," ucapnya penuh kebahagiaan dan ceria.

"Pagi anak kurang ajar," balas Barane menyembunyikan senyum jahil.

"Eh, gue hari ini mau jadi anak baik. Kenapa sih lo mancing mulu?"

"Nggak jahil, nggak seru!"

Raihan mendelik tapi tetap duduk di meja makan, menunggu saja malas untuk membantu anggap saja dirinya Raja.

"Cepat selesaikan, Raja lapar!" serunya angkuh menegakan dagu sembari memegang sendok dan garpu.

"Makan! Makan! Makan!"

"Diem woy, ini rumah bukan di hutan," teriak Barane emosi membuat Raihan tertawa puas.

"Santai aja kali, gitu doang ngamuk."

Barane menghampiri anaknya begitu tengil duduk seberangan dengan baik hatinya mengambil nasi goreng menaruh ke piring sang Ayah.

"Buat Ayahku yang manis," cicitnya mengedipkan mata.

Seketika Barane merasa mual, takut dia belok karena tingkah Raihan melebihi gilanya.

"Kamu waras, Nak?"

"Subhanallah, Alhamdulillah, Allah Akbar, waras!"

Barane menganga lebar sambil memegang kening Raihan mengecek suhu tubuhnya. Selain itu, tangannya di taruh di pantat.

"Ah, kamu panas berarti gila," balasnya santai menyuapi nasi goreng ke mulut.

Masih tidak terima, menukik tajam ke arah Barane sudah terkekeh geli.

"Gimana bro kalo sama Silvia?" Dia mengalihkan topik ke anak sahabatnya yang cantik itu.

"Gue nggak suka sama dia jangan maksa dong," sahut Raihan merenggut ke bawah seperti anak gadis.

"Cih, dia cantik bray!"

"Tapi gue nggak suka, gimana dong," balasnya makin cemberut.

"Jijik anjir," kata Barane meraup bibir Raihan biar tidak merucut lagi. Dia merasa geli melihatnya.

Ia menepis tangan Barane pelan, membalikan badan merajuk.

"Tapi gue sukanya sama Queen," cicitnya bibir maju beberapa senti.

Barane tertawa kecil tapi seketika mengingat kata mendiang Istrinya.

"Jaga Raihan, anak kamu itu memang bandel tapi suatu saat jangan biarin dia masuk ke jalan yang salah. Mas, tolong jaga anak kita."

Itu kata terakhir yang sangat dia ingat, raut wajah ceria tadi berubah sendu setelahnya Barane tersenyum untuk tidak terlihat begitu rapuh.

"Tapi gue nggak bisa sih men, lo harus sama Silvia lebih cocok."

"Apaan sih, nggak banget!" balasnya ketus lalu menoleh di mana sebelah alis Barane terangkat tapi bibirnya tersenyum menggoda.

Sialan, kenapa Ayahnya seperti ini?

"Ciee, anak Ayah udah gede sukanya sama cewek."

"Njir, nggak usah sok akrab kita nggak kenal," rajuknya sewot tapi makin gencar di goda Barane.

"Aww, gimana kalo kenalin cewek itu siapa namanya? Hm, Queen ya?"

Raihan berdeham untuk menetralisir detak jantungnya saat hanya mendengar nama Queen membuatnya terbang ke atas langit, Barane melihat suatu yang tidak biasa telinga anaknya memerah.

Asmara Abu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang