˖𔓕 𝟎𝟖. ›

4.5K 605 127
                                        

𝆹𝅥

𝆹𝅥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.




Orter membalik halaman buku yang ia baca, sesekali membenarkan kacamata nya yang longgar. Setelah menyelesaikan satu bab, pemuda bersurai cokelat itu melirik seorang gadis yang terlihat betah memakai jubahnya, [Name].

Gadis riang dengan manik sebiru permata itu terlihat sedang mencari-cari sesuatu di rak buku. Terkadang, Orter mengangkat kepalanya ketika [Name] berjinjit untuk meraih sebuah buku yang tersusun di tempat tinggi. Dia.. jadi takut, kalau teman masa kecilnya itu terkilir dan terjatuh.

Orter mengangkat tongkat sihirnya, lalu mengarahkannya pada [Name]. "Sands."

Sekumpulan pasir menggumpal membentuk sebuah kursi besar—kemudian melayang cepat ke belakang [Name], membuat gadis itu jatuh terduduk disana.

"Hm?" [Name] menoleh ke sampingnya, mendapati Orter yang pura-pura sibuk dengan buku bacaannya. Hal itu spontan membuat nya tersenyum. "Kau takut aku jatuh?" tanya nya.

"...Tidak."

"Lalu ada apa dengan pasirmu?"

Orter diam.

"Padahal aku sudah dapat bukunya sebelum pasirmu menangkapku." ucap [Name] memberitahu, tersenyum lebar.

Orter berdehem, mengangkat buku nya tinggi-tinggi sampai menutupi wajahnya. Dia tak ingin terlihat bodoh karena tindakannya sendiri di depan [Name]—gadis jahil yang suka mempermalukan orang.

[Name] cengingiran, dia memegang erat buku di tangannya, kemudian menepuk kursi pasir itu beberapa kali. "Bawa aku ke Orter." ucapnya.

Dengan segera, pasir itu langsung terbang ke pemiliknya. Setelah sampai, [Name] langsung turun dengan hati-hati, membuat sihir Orter pun perlahan menghilang.

"Tidakkah kau tau kalau penglihatan mu memburuk karena terlalu sering membaca?" komentar [Name], lalu duduk di meja Orter.

"Aku tak peduli."

"Tapi diri ini sangatlah peduli." ucap [Name], menunjuk dirinya sendiri.

"Lalu kenapa kau mengambil salah satu buku milikku?"

[Name] membuka buku yang ada di tangannya, lalu menunjukkan nya pada Orter. "Ini buku kosong." ucapnya.

Orter mendongak, menatap seorang gadis yang duduk di meja yang menghadap padanya—lalu melirik buku kosong tanpa garis berwarna putih yang disodorkan oleh [Name].

"Disini, aku akan menulis tips dan trik agar tidak candu membaca buku. Khusus untuk Orter Madl." jelas [Name], mengusap hidungnya dengan bangga.

Orter mengerutkan dahi. Bukankah itu terbalik? Harusnya kan, tips dan trik dibuat untuk rajin melakukan sesuatu, bukan malah sebaliknya. Pemuda bersurai cokelat itu langsung menggeleng-gelengkan kepala.

"Tapi sebelum itu.." [Name] menjeda kalimatnya, merampas sebuah buku yang masih melekat di tangan Orter, lalu membuangnya di meja. "Kau harus ikut denganku."

"Kenapa?"

"Aku ingin menunjukkan padamu, bahwa ada yang lebih indah daripada buku."

"Contohnya?"

"Jalan-jalan denganku."

Begitu mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut [Name], ekspresi datar dari seorang Orter langsung mencair—membuat kedua sudut bibirnya mengembang membentuk sebuah senyuman.

[Name] diam membatu, dia tak dapat mengalihkan pandangannya dari Orter. Bahkan untuk berkedip pun mustahil baginya, karena.. dia begitu terpesona dengan senyuman Orter yang terlihat begitu manis.

[Name] meneguk ludah. Sudah lama sekali ia tak melihat Orter tersenyum lebar seperti itu. "Tampan."

Orter mengangkat tangannya, lalu mengusap kepala [Name] dengan pelan. "Sa, ikou."




.




Setelah memutuskan untuk jalan-jalan ke suatu tempat, Orter dan [Name] langsung keluar dari kantor administrasi bersama-sama. Sesekali pemuda bersurai cokelat itu memperhatikan langkah [Name] yang masih pincang—berjaga-jaga untuk menangkap gadis itu jika dia tersandung.

Dan saat ini, mereka sedang berjalan di koridor sekolah. Orter terlihat sedang menyamai langkahnya dengan [Name]. Meski gerakan kaki gadis itu terbilang cukup kecil, namun Orter akan tetap menandingi nya agar [Name] tak tertinggal di belakang.

"Orter."

"Hm?"

[Name] memberhentikan langkah, diikuti dengan Orter. Dia mendongakkan kepalanya melihat pria jangkung itu, yang langsung dibalas dengan tatapan dalam oleh Orter.

[Name] tersenyum. "Orter, Aku—"


STAP!


Belum selesai kalimat yang ingin dia ucapkan, seseorang telah lebih dulu menarik pundak [Name] ke belakang. Membuat gadis itu sedikit tersentak dan hampir terhuyung karena tarikan yang cukup kuat.

Namun untungnya, Orter dapat menggapai lengan [Name] dengan cepat—mengembalikan keseimbangan gadis itu yang hampir goyah.

Orter menatap sinis seseorang yang berada di belakang [Name]. Giginya menggertak hebat karena menahan amarah. Padahal, teman masa kecilnya itu sudah ia jaga sejak tadi. Tapi bisa-bisa nya.. orang asing itu membuat [Name] hampir terjatuh begini.

"Siapa kau?" tanya Orter, menajamkan matanya.

Seorang pria bersurai biru dengan dua tanda di pipi kirinya itu balas menatap Orter dengan sinis. Dia memegang bahu [Name] kuat, seakan tak ingin kalah dengan Orter yang telah menggenggam tangan [Name] dengan erat.

Dia adalah...

"Lance Crown?"







𝆹𝅥







Gelut ga gelut ga? Wkeke
Kalian mau happy end atau bad end? Sama Orter atau Lance? Plis jawa 🙏🏻

siscon ; lance crownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang