Dipermainkan

6 1 0
                                    

Ding....ding....dong...ding..ding...dong....
Jam masuk sekolah sudah berbunyi, semua siswa diharapkan senyap menanti guru masuk kedalam kelas. ( Bel tanda masuk pun telah berbunyi )

Ketika guru pelajaran pertama sudah datang.

" Assalammu'alaikum anak-anak " ( Dengan tersenyum tipis )

" Wa'alaikummussalam ibu " ( Jawab mereka serentak )

" Zanna Khairani, mana buku absen kecil. Ibu mau lihat siapa yang tidak hadir hari ini " ( Tatapan serius kearah Zanna )

" Maaf buk, buku absen kecilnya tidak ada dikantor bu yang ada hanya buku besarnya saja "
( perasaan panik dan takut menyerang )

" Loh mana bisa seperti itu, itu kan tanggung jawab kamu sebagai sekretaris. Sana cari sampai ketemu klok tidak ketemu jangan jumpai saya " ( Dengan wajah yang benar-benar keliatan serius )

Dengan panik Zanna memanggil Yanti ( Wakil sekretaris kelas ).

" Yannn..... yuk carik kekantor kok bisa gak ada sih" ( Tatapan panik satu sama lain tapi tetap berusaha terlihat tenang )

" Ya udah... ayok kita carik Zann" ( Tatapan ragu )

Berjalan dengan sedikit berlari untuk kekantor BK. Sesudah sampai kantor BK. Zanna dan Yanti mencari sampai kepaling bawah deretan buku-buku yang ada.

" Ihhhh.... kok gak ada sih Yan, padahal dah kita taruk benar-benarkan disini " ( Rasa takut dan panik makin mencengkam )

" ihh...iya looo Zanna, kok bisa gak ada ya. Aneh bat dahhh " ( menatap dengan rasa kebinggungan )

" Makannya itu cobak tanyak yok sama bapak BK yang nyebelin itu yukkk " ( Saran Zanna pada Yanti )

" yukk....."

" Pak kemana bapak letak absen kecil kami pak, koo gak ada diabsen yg besarnya si pak?? "
( Dengan muka judes )

" Loohh ya mana saya tau, gak ada saya pegang-pegang buku absen kalian oooo " ( Balas dengan kesel plus ngeledek )

" Ishh kok bisa gak ada si pak, wah parah bapak sembunyikan nie jangan- jangan kan " ( Dengan tatapan sinis dan curiga )

" Eeeeee geer banget kalian " ( Sambil tersenyum tipis )

" Ya udahlah klok gak ada, makasih ya pak. Yok yan dahlah pasrah aja " ( Tersenyum dengan rasa cemas )

Mereka pun kembali ke kelas dengan raut wajah yang cemas dan takut.

Tok...tok..tok....
( Suara ketukan pintu )

" Masuk... " ( Ucap guru itu, dengan tatapan yang sangar )

" Mana buku absen kecilnya dah jumpa haa?? "
( Bicara seolah- olah ingin menerkam )

" Gak ada bu " ( Jawab mereka serentak seraya  menunduk tanpa berani melihat )

" Kok bisa gak ada, gimana sih kamu Zanna gak becus banget jadi sekretaris masak buku absen itu bisa hilang sih " ( Ucapannya bagaikan kaca cermin yang dihancurkan ke lantai, berantakan dan melukai )

Zanna dan Yanti hanya bisa diam dan terpaku dalam keadaan seperti itu.

" Ya sudah duduk sana, mau sampai kapan kalian berdiri didekat saya " ( Dengan nada tinggi serta memalingkan wajah )

Mereka pun duduk kebangku masing - masing. Zanna duduk dengan perasaan yang hancur, air mata yang sedari tadi ia tahan. Akhirnya pecah jua tanpa bisa ditahan kembali.

Zanna berkata kepada teman-temannya
" Dahlah wee gak mau lagi aku jadi sekretaris, kelen ajalah yang jadi sekretaris tohh dari awal aku juga gak ada niatan jadi sekretaris. Capek aku disalah- salahkan terus menerus kek gini, capekkkk!!! " ( dengan terbata-bata Zanna berbicara sambil menyeka tiap tetesan air mata yang jatuh dengan menundukkan kepalanya kemeja)

Tiba-tiba guru tersebut mengabsen para siswa, dan ternyata buku absen tersebut disimpan oleh guru itu. Zanna benar-benar merasa kesal dan marah terhadap guru tersebut. Tapi Zanna tak bisa bertindak apa- apa lagi selain diam dan terdiam seribu bahasa.

" Ini ambil buku absen kalian, jaga dengan baik ya"
( Sambil tersenyum puas )

Zanna dan Yanti hanya memberi kode satu sama lain, dan Zanna mengode "kaulah yang ambil aku maless ". Dan Yantipun mengangguk paham dan mengambil buku absen tersebut.

Sejak saat itu, Zanna pun mulai males berinteraksi dengan guru itu walaupun itu wali kelas mereka. Zanna selalu menghindar dan menggelak untuk berinteraksi langsung dengan guru itu. Cukup kecewa bagi Zanna, sehingga dia gak mau percaya apapun lagi pada wali kelas mereka itu.

Antara Aku dan Inner ChildkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang