🐡VITO Bab 27 : Momen Hangat🐡

38 6 0
                                    

⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️

Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.

Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___

"Boleh aku jual kalung ini?" tanyanya meminta izin.

Suasana sore hari yang hangat ini membuat Zale menjadi muram seketika, wajahnya amat dingin tanpa ekspresi seraya memandang sinis seorang Jemma. "Jangan macam-macam, itu bukan kalung sembarang dan remeh seperti mu."

Mata Jemma mendelik. Ia berkacak pinggang sambil membalas tatapan menjengkelkan Zale pada dirinya. "Apa? Mulut mu ini kenapa pedas sekali, hah! Pria sinting!"

"Mulut mu ini!" geram Zale tertahan.

Tidak lama pria itu menghela napas, di sampingnya, Jemma melirik sebentar ke sosok Zale. Berkata, "Tenang saja, aku hanya bercanda. Kau tak perlu khawatir."

Zale menoleh beberapa detik ke arah Jemma dan kembali memandang lurus hamparan pantai. Membalas, "Itu kelihatan serius. Lain kali cari ide bercanda yang tidak menimbulkan pertengkaran."

Jemma mengangguk kecil. "Ya, aku mengerti," cicitnya pelan.

Tangan Jemma kembali memegang kalungnya itu. Ia sangat menyukai kalung pemberian Zale, terutama bentuknya yang indah cukup menarik perhatian. Beruntung sekali rasanya bisa diberi izin memiliki benda berharga seperti ini.

Diam-diam Jemma tersenyum kecil, larut dalam kekagumannya, dirinya tersentak secercah cahaya muncul dari kalung itu. Lantas Zale yang berada di sampingnya ikut menoleh akibat sekelebat cahaya barusan.

"Zale, dia bersinar! Aku melihatnya sendiri tadi!" ungkap Jemma menepuk-nepuk lengan Zale.

"Aku juga melihatnya. Kenapa aku berpikir, jika kalung ini memiliki kekuatan pembangkit di waktu sama, seperti mutiara berwarna merah sebulan- Jemma. Ini memasuki bulan baru!"

Jemma menengadahkan kepalanya melihat wajah Zale. Alisnya menukik tajam. "Apa maksudmu, Zale? Memang hubungannya apa?" tanyanya.

"Bulan purnama akan tiba, kemungkinan nanti malam kau bisa membangkitkan kekuatan itu. Kau perlu mencobanya, Jemma," cetus Zale menggenggam tangan gadis di depannya.

"Aku hanya manusia biasa Zale."

"Mungkin kau memang manusia biasa, tapi siapa sangka jikalau kau mempunyai takdir untuk memiliki kalung itu. Berbeda kalau aku yang memakainya, meski itu milikku, aku akan tercekik karena aku bukan yang terpilih, Jemma. Coba saja," jelas Zale menuntun Jemma mengaktifkan kekuatan kalung tersebut.

Mata gadis itu melirik kalung yang ia pakai sendiri. Entah mengapa jantungnya berdegup kencang dengan perasaan gusar. Kini Zale mengatakan secara gamblang tanpa ragu guna menjelaskan kalung misterius ini.

Seharusnya Zale bisa menggunakannya, karena bukan yang terpilih, membuat Zale hanya menyimpannya saja dan memutuskan memberikan kalung itu kepada Jemma pada akhirnya.

Zale teringat, dirinya belum menemukan cara untuk menjadi manusia seutuhnya.

Harus bertanya kepada siapa lagi? Mirdin mengkhianati dirinya dan ingin menjebaknya tinggal di dalam lautan sana selamanya, seolah Mirdin tidak mampu mencari pasangan untuk hidupnya sendiri, dan mengharuskan Zale terjebak di istana megahnya. Zale tak bisa.

Untuk sementara, biarlah semua berjalan dengan sendirinya, jika memang harus menemukan jalan keluar, maka Zale akan menemukannya nanti. Sebab, Zale hanya ingin menikmati kebersamaan dengan Jemma.

Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang