Part 5. Ice Cream

128 11 1
                                    

Saat Book sedang fokus mengerjakan tugas kuliahnya, tiba-tiba suara ketukan terdengar dari pintu kamarnya.

"Ya bentar," teriak Book sambil menutup buku kuliahnya dan berlari kecil untuk membuka pintu kamarnya.

Sebuah bungkusan plastik berlogo minimarket terpampang di depan wajahnya saat pintu terbuka.

"Hah?," ucap Book bingung masih mencoba mencerna apa yang terjadi.

"Es krim buat lo," kata sosok dibalik bungkusan plastik, yang ternyata adalah Force, yang kemudian mengambil paksa tangan Book dan menyerahkan bungkusan plastik tersebut ke Book.

"Tau darimana gue pengen es krim?," tanya Book masih kebingungan sambil membuka bungkusan plastik dan ternyata ada berbagai macam varian es krim yang dibeli Force.

"Lo lupa? Kamar gue di sebelah kamar lo, jadi gue bisa denger setiap kali lo teriak. Gue ga tau lo suka es krim varian apa jadi gue beli semua varian yang ada di minimarket," jawab Force dengan nada datar seolah tidak begitu peduli, sangat bertolak belakang dengan sikapnya saat ini.

"Tapi gue ga mungkin ngabisin ini semua," keluh Book.

"Oh. Yauda kalo gitu, gue buang aja," jawab Force dingin sambil tangannya bergerak hendak mengambil kembali bungkusan plastik di tangan Book, tetapi tangan Book langsung bergerak cepat menyembunyikan ke belakang badannya.

"Sorry. Ga seharusnya gue ngomong gitu setelah lo effort beliin gue ini. Thanks," ucap Book merasa bersalah.

"No problem. Lo bisa bagi sisanya ke anak kos yang lain. Udah ya gue masuk duluan ke kamar gue. Goodnight," balas Force sambil berjalan meninggalkan Book sendiri masuk ke dalam kamarnya.

Book terdiam sesaat kemudian masuk ke dalam kamarnya sebentar untuk mengambil handphone miliknya dan menghubungi Mix.

"Halo Book? Sorry gue masih di luar. Es krim lo nanti ya gue beli," jawab Mix dari seberang sana ditengah-tengah bisingnya keramaian.

"Lo ga usah beli gue es krim Mix," jawab Book singkat.

"Hah? Kenapa? Lo marah sama gue?," tanya Mix terheran-heran dengan jawaban Book yang menolak es krim.

"Ngga, gue ngga marah sama lo. Tapi, lo beneran ga usah beliin gue es krim lagi," jawab Book cepat.

"Ya makanya gue nanya kenapa Book? Ga biasanya lo nolak traktiran es krim," tanya Mix lagi dengan suara yang lebih terdengar jelas dari sebelumnya dan suara bising disekitarnya mereda.

"Force beliin gue banyak es krim, semua varian. Dan gue ga bisa ngabisin ini sendiri jadi mau gue tawarin ke lo sama anak kos yang lain," jawab Book.

"Hah? Force? Dalam rangka apa?," tanya Mix semakin terheran-heran dengan informasi yang ia terima dari Book.

"Gue ga tau. Ini gue taro di kulkas ya. Tolong info ke anak kos yang lain kalau mau ambil aja," ucap Book kemudian langsung mematikan sambungan telepon meninggalkan Mix yang masih kebingungan sendiri.

Book mengambil 2 es krim dari bungkusan plastik tersebut dan menyimpan sisanya ke dalam freezer kulkas kos.

Selama perjalanan kembali menuju kamarnya, Book hanyut ke dalam pikirannya sendiri hingga akhirnya ia tiba di depan kamar Force dan membulatkan keputusannya untuk mengetuk pintu kamar tetangganya itu.

Tok Tok.. Tok Tok..

2 kali ketukan tetapi tidak ada jawaban dari dalam kamar dan hanya hening yang membalas Book.

'Mungkin dia udah tidur. Ya sudah gue makan aja ini 2 es krim di kamar,' pikir Book kemudian berniat berbalik untuk meninggalkan pintu kamar Force tetapi dihentikan oleh suara pintu yang tiba-tiba terbuka.

"Em Hai?," sapa Book kikuk dengan satu tangan terangkat bermaksud melambai ke arah Force.

Force terdiam beberapa detik sambil melihat tangan Book dan membukakan pintunya memberi sinyal kepada Book untuk masuk.

"Ayo masuk,"kata Force singkat.

Book mengikuti Force masuk ke dalam kamarnya dengan langkah pelan kemudian dia pun duduk diatas kasur atas intruksi Force.

"Emm ini kalau mau, buat lo 1. Anak kos yang lain belum ada yang balik jadi sisanya gue simpan di freezer," kata Book canggung sambil memberikan 1 es krim rasa coklat ke arah Force, yang diterima begitu saja oleh Force.

Mereka makan es krim dalam keadaan hening karena Book tidak tau harus membuka topik obrolan apa dan Force hanya diam menyantap es krimnya.

"Book," panggil Force tiba-tiba.

"Huh? Kenapa?," jawab Book kaget.

"Itu es krimnya meleleh," kata Force sambil menunjuk es krim Book.

Book melihat ke arah es krimnya yang benar saja meleleh dan buru-buru menjilatnya takut mengotori kasur Force.

Saat Book sibuk menghabiskan es krimnya yang mulai meleleh, Force bangkit berdiri dari kursi dan mengambil beberapa lembar tissue dan memberikan kepada Book.

"Itu belepotan di mulut sampai pipi. Nih dilap," kata Force sambil menunjuk bibirnya sendiri untuk memberi tanda kepada Book, yang langsung dipahami oleh Book dan segera membersihkan mulut dan pipinya yang kotor.

"Cute,"gumam Force pelan tetapi samar-samar terdengar oleh Book.

"Sorry? Tadi lo ngomong apa?," tanya Book memastikan.

"Ngga ada. Lo makan kayak anak kecil, blepotan sana sini. Lo yakin lebih tua dari gue 2 tahun?," tanya Force dengan nada menyindir disertai senyuman menyeringai yang membuat Book kesal.

"Gue bukan anak kecil! Gue tunjukin kartu identitas gue nih biar lo percaya gue tuh lebih tua dari lo 2 tahun," tukas Book ketus dengan ekspresi marahnya dan pipi merah merona.

"Oke oke. Maaf ya kakak Book," ucap Force dengan nada yang dibuat manis.

"Apa sih! Ga jelas lo! Udah lah gue balik aja!," ucap Book cepat dengan wajahnya yang semakin memerah dan bergegas keluar dari kamar Force sedangkan Force tidak bisa menahan tawanya.

Ting-

Suara notifikasi pesan masuk dari handphone Book.

[Goodnight kakak Book]

Pesan singkat dari Force berhasil memunculkan kembali warna merah merona di kedua pipi Book.

"FORCE! Nyebelin banget sumpah!," seru Book dari dalam kamarnya.

Ting-

Suara notifikasi tersebut kembali terdengar, 1 pesan baru dari orang yang sama.

[Awas jatuh cinta]

"GA AKAN!,"teriak Book kesal dan mematikan handphonenya agar tidak menerima pesan menyebalkan dari tetangga kamarnya itu.

In the End It's You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang