BAB 2

12 2 0
                                    

Maaf ya baru sempet upload
Makasih banyak yaa karena udah baca wattpad najwa😉

Happy reading
.
.
.

Lama kelamaan, aku mulai terbiasa dan mengganggap bahwa uang adalah segalanya. Hingga sekarang aku sudah tidak perduli dengan yang namanya 'kasih sayang'

Prinsip ku adalah
"Jika aku memiliki uang untuk apa aku iri? Aku bisa bersenang senang dengan semua uang yang aku miliki"
Tapi itu tak bisa menutup fakta bahwa aku sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua ku.


Ya seperti yang sudah ku ceritakan, kehidupan SMP ku lumayan hambar.
Tapi, aku ingat sekali kejadian ini. Ketika aku sedang menjalan kan ujian di semester 1 saat kelas 7.

Aku mendapatkan kabar bahwa paman dari keluarga ayahku meninggal dunia.
Saat itu dunia ku rasanya seperti hancur berkeping-keping, aku tak bisa berfikir jernih ketika mendapatkan kabar tersebut. Seusai ujian aku dan ayah ku langsung berkemas dan memesan tiket untuk pulang ke kampung halaman ayah ku, yaitu ke Palembang untuk bertemu keluarga paman ku disana.

Aku sangat sedih ketika itu, aku sangat menyayangi paman ku yang itu. Aku sudah menganggap paman ku seperti ayah ku sendiri, aku sempat drop karena tidak terima kepergiannya yang begitu cepat.

Aku sudah tidak peduli dengan nilai ku, mau nilai ku seperti apa pun aku tak peduli sama sekali. Saat itu pikiran ku hanya tentang paman ku, semua.

kenangan tersusun rapih dan selalu tersimpan di lubuk hati ku. Jika ada penghargaan lelaki terbaik di dunia, mungkin akan ku nobatkan paman ku sebagai lelaki terbaik itu, mengapa? Ntahlah aku pun tidak tau tapi paman ku ini sangat spesial.

Lebih tepatnya karena ia memberikan kasih sayang yang selalu ku ingin kan dari kedua orang tua, walau ayah ku seperti itu namun rasanya berbeda.

Di keluarga ku dan keluarga besar ibu ku masih menganut bahwa anak laki laki akan selalu lebih baik dari pada anak perempuan, mereka masih berpikir sangat dangkal.

Aku muak dengan mereka semua yang selalu memprioritaskan anak laki laki, bahkan seringkali aku berfikir.

"apa reaksi mereka jika aku membunuh adik ku?"

Kedua orang tua ku juga adalah orang yang memiliki gengsi yang sangat tinggi, mereka memperlakukan aku dan adik ku dengan sangat berbeda.

Mereka selalu tegas kepada ku namun mereka selalu bersikap lembut kepada adik ku, itulah yang membuat ku iri.

Kata kata yang selalu keluar dari mulut mereka adalah

"Kamu harus ngalah dong jadi kakak"
"Kasih aja ya ke adek kamu, inget umur kamu lebih tua dari dia"
"Ga boleh gitu, adek kamu kan masih kecil ga ngerti apa apa"

KENAPA? KENAPA SEMUA HAL HARUS TENTANG ADIK
KU? KENAPA MEREKA MEMANJAKAN ADIK KU? MENGAPA
HAL HAL YANG MEREKA INGAT SEMUA TENTANG ADIK KU? KENAPA? KENAPA TUHANN!?

Aku sudah sangat muak sekali hidup, aku sudah beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidup ku.

Namun paman dan keluarga ayah ku tidak seperti itu, mereka memperlakukan aku dan adik ku secara adil terutama paman ku ini.

Makanya aku sangat menyayangi paman ku ini. Aku menyukai keluarga besar ayah ku juga dengan banyak alasan terutama karena mereka selalu bersikap adil, mereka tidak pernah menyuruhku untuk selalu mengalah. Mereka juga tidak pernah membenarkan sikap adik ku yang jelas jelas salah.

Mereka selalu berkata seperti ini ke pada adik ku

"Gapapa kamu masih kecil, tapi ga boleh ya di ulangi lagi seperti itu"

Hari hari pun berlalu, aku tinggal kurang lebih seminggu aku berasa di kampung halaman ayah ku ini.

Awalnya aku tak ingin pulang ke depok namun aku harus tetep sekolah dan menjalani hidup.

Paman ku juga sempat memberikan pesen terakhirnya sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

"Najwa, kamu harus tetap menjalan kan hidup dengan baik dan jangan memikirkan kata kata orang lain. Jika kamu merasa tidak memiliki seseorang ingat lah bahwa paman akan selalu ada untuk mu cantik"
Itu lah kata kata paman ku sebelum ia pergi.

Aku pun mencoba melanjutkan hidup ku walau rasanya sangat amat lah hambar tanpa paman ku ini, Ana dan Bella setiap hari berusaha untuk menghibur ku.
Mereka sering mengajak ku pergi untuk mengalihkan perhatian ku, bahkan kedua orang tua mereka pun ikut menghibur ku agar aku tidak terlalu berlarut larut dalam kesedihan yang tiada akhinya.

Sejak kepergian paman ku, hidup ku berubah total. Aku jadi tidak semangat belajar, tidak nafsu makan, bahkan untuk sekedar bernafas saja aku malas.

Aku hilang arah, tatapan mata ku kosong seperti tak ada kehidupan. Orang tua ku? Mereka tak pernah menghibur ku, mereka sibuk kembali dengan pekerjaannya dan adik ku.

Sakit rasanya.

Aku hanya melanjutkan hidup ku, bagaikan raga yang tak memiliki jiwa.
Rasa nya masih sama.

Sakitnya masih kerasa seperti pertama kali aku mendapati wajah yang selalu tersenyum itu berubah menjadi pucat pasi dan kaku serta membiru.

Masih teringat jelas rasanya jantungku berhenti kala itu juga, saat dimana paman yang sangat ku sayangi, yang selalu menasihatiku akan kehidupan tiba tiba mata nya tertutup rapat tanpa jeda dan tak ada lagi detakan jantungnya.
Rasanya masih dan tetap sama.
Rindu yang tak tersampaikan,
Pelukan yang tak mendapatkan balasan,
Serta sandar ku yang lenyap dan takkan pernah kembali.

Entah di langit mana kini engkau berada.

Aku rindu.....

Rasanya ingin mendengar omelan demi omelanmu, dibandingkan sunyi yang tercipta sejak kepergian mu.

Paman izin kan aku mengabadikan mu ke dalam novel ku ini, maaf jika aku belum menjadi keponakan yang baik. Aku akan selalu mendoakan mu dan tentu saja aku tidak akan pernah melupakan mu.

Benar kata dilan

"Rindu itu berat"

Aku sudah kehabisan kata kata lagi, tak bisa mendeskripsikan berapa rindu ku pada mu. Kau pasti melihat ku kan dari atas sana? Maaf jika aku berubah total.

Terimakasih telah mengajar kan ku tentang kehidupan, hidup memang berat namun lebih berat lagi juga tanpa mu. Andai waktu bisa di ulang kembali.

Aku akan lebih sering pulang kampung ke tempat mu, aku tak akan menyia nyiakan waktu ketika bersama mu. Maaf sekali lagi dan terimakasih
Aku akan selalu merindukanmu.

Semoga engkau tenang di alam sana.

Kehilangan yang paling menyakitkan dan tiada penawarannya adalah ditinggal Karena kematian. Tak peduli seberapa besar kau

merindukannya, ia tidak akan pernah kembali lagi ke dunia.

Pada akhirnya, sebuah kata rela adalah salah satu cara untukmu bahagia. Maka sekuat kuat nya aku berusaha untuk merelakan kepergianmu.

Bersambung
.
.
.

Jangan lupa follow dan vote yaaa💗
See u di bab selanjutnya 👋👋👋

ABOUT ME? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang