BAB 1

57 20 5
                                    

Aku akan memulai cerita ini dari aku awal masuk SMP.

Aku sebenarnya tidak ingin bersekolah di sini, namun ayahku mengancamku dengan kata kata

"yaudah terserah kamu, kalo ga bisa masuk sekolah ini yaudah ga usah sekolah aja sekalian atau ga masuk pesantren aja" Awalnya aku ingin tidak melanjutkan pendidikanku saja.

Karena sekolah ini terkenal dengan ke 'islam' an nya, aku sangat tidak suka dengan sekolahku ini. Namun, apa kata orang jika aku berhenti sekolah karena tidak suka dengan sekolah tersebut? Mau di taruh dimana mukaku ini? Ya aku memiliki tingkat kegengsian yang amat sangat lah tinggi.

Tadinya aku ingin masuk ke SMP 18 Depok, karena kebetulan dekat dari rumahku. Namun takdir berkata lain aku tak di Terima di sana karena, dengan terpaksa aku pun mencoba daftar kesekolah 'islam tersebut'.

Karena aku terlalu terlambat daftar aku pun memulai ujian masuk nya setelah lebaran, beberapa hari sebelum masuk sekolah. Selama bulan puasa aku pun sangat giat belajar, ketika teman teman ku menikmati masa masa liburan sekolahnya. Aku menghabiskan waktu liburan ku untuk belajar.

Tiba di hari ujian

Di ruangan ujian hanya terdapat 5 orang saja termasuk diriku, suasananya sangat sunyi dan tegang aku membenci suasana itu. Di situ lah berbagai tes kami lewati dari tes tertulis, wawancara, shalat, ngaji dan sebagainya. Setelah melalui berbagai macam tes akhirnya hanya 2 orang saja yang lolos. Aku dan 1 orang yang tak aku kenal, aku lolos dengan nilai yang sangat bagus. Terutama di mata pelajaran matematika karena matematika adalah mata pelajaran favorit ku sejak SD.

Ketika sudah memasuki ajaran baru aku sangat tak menyangka. Ternyata sekolah ini tidak seburuk seperti yang ada di benak ku. Aku pun menjalani hari hari dengan ya biasa saja, aku tak belajar dengan giat karena aku belum menemukan tujuan hidup ku. Aku hanya menjalani rutinitas sehari hari dengan hambar.

Namun suatu hari, ketika aku sedang halangan shalat aku pun menunggu di masjid lantai bawah dan saat itu aku memiliki sahabat pertama ku dimasa SMP.

Perkenalkan mereka berdua adalah Ana dan Bella, aku bertemu mereka ketika aku sedang mengaca di tempat wudhu masjid.

"Halloo, boleh kenalan?" Tanyaku kepada mereka

"Halloo boleh kokk, perkenalkan namaku Ashana Abigail panggil saja

Ana" Ucap Ana

"Kalau aku Arabella Valerie panggil saja Bella" Ucap Bella

"Hallo Ana dan Bella nama ku Restantya Najwa Keela panggil saja

Najwa, btw kalian kelas berapa nihhh?" Tanyaku pada mereka.

"Hmm, aku kelas 7e kalo kamu? " Tanya Ana pada ku

"Aku? Aku kelas 7a ehehe, kalo kamu Bella?" Tanya ku pada Bella

"Hmm, kalian ternyata adik kelasku"

"Aku kelas 8b" Ucap Bella

"Ahh maaf, maaf kami tidak tau" Ucap ku dan Ana secara bersamaan

"Tidak apa, semoga kita bisa berteman yaa" Ucap bella dengan gembira.

Ku kira, aku dan mereka hanya berkenalan dan kemudian asing. Namun nyatanya tidak, sejak perkenalkan di masjid itu aku pun semakin dekat dengan Ana dan Bella.

Kami saling bertukar nomor whatsapp, kami juga memiliki grup yang isi nya ber3 nama grup nya "manusia jomblo"kami kemana mana

selalu bertiga, hingga orang tua kami pun menamai kami dengan "trio wek wek" Ahahaha lucu bukan panggilan untuk kami bertiga? Aku, bisa di bilang seorang anak yang haus akan kasih sayang dari kedua orang tua ku.

Ya mungkin kedua orang tua ku memberikan kasih sayang nya pada ku dengan cara yang berbeda, namun tetap saja bukan kasih sayang yang seperti itu yang aku ingin kan.

Aku selalu iri ketika melihat kedekatan orang tua Ana dengan nya, Ana ia berasal dari keluarga yang bisa di bilang menengah ke atas.

Ana juga seorang anak tunggal dan tentu saja ia berasal dari keluarga yang sangat harmonis.

Sedangkan Bella, ia berasal dari keluarga sederhana dan bisa di bilang harmonis juga. Bella adalah anak perempuan ke 2 dari 3 bersaudara.

Aku sering di ajak jalan bersama dengan keluarga Ana, aku pun tak pernah menolak ajakan mereka karena kedua orang tua ku juga selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.

Ya, keluargaku bisa di bilang cukup harmonis di depan orang orang. Namun nyatanya? Ketika di rumah hanya biasa biasa saja dan tidak ada yang special.

Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka dan anak laki laki kesayangan mereka tentunya yaitu adikku, dulu sebelum adikku lahir aku sangat bahagia dan tentunya sangat di manja oleh mereka.

Aku selalu mendapatkan kasih sayang dari mereka berdua, keinginan ku selalu terpenuhi dan tentunya aku menjadi prioritas mereka pada saat itu.

Namun sejak adik ku lahir, semua nya berubah. Terkadang aku sangat tidak menyukai adikku, dan aku sering berfikir.

"Mengapa aku harus terlahir sebagai anak perempuan pertama?"
"Mengapa adik laki laki ku sangat di manja dan di sayang oleh mereka?"
"Memang apa untung nya memanjakan anak laki laki?"
"Mengapa mereka mendidik ku dengan sangat tegas? Sedangkan mereka mendidik anak laki laki nya tidak setegas diri ku?"

Dan masih banyak lagi, namun sejak aku sering bermain dengan Ana dan Bella. Kini jalan pikiran ku sudah mulai berubah.

Ya memang aku mendapatkan kasih sayang dari mereka, namun bagi ku itu selalu saja kurang. Aku mendapatkan kasih sayang dari orang tua nya Ana dan Bella.

Orang tua mereka sangat baik, sangat baik sekali hingga aku pun bingung bagaimana cara untuk membalas budi kepada mereka.

Namun sebanyak apa pun kasih sayang yang di berikan oleh orang tua Ana dan Bella kepada ku, tetap saja aku merasa kurang. Terkadang aku berfikir.

"Kenapa si orang tua ku tidak seperti orang tua Ana dan Bella?"
"Mengapa mereka selalu menyuruh ku untuk selalu mengalahkan kepada adik ku?"
"Mengapa mereka selalu berpihak kepada adik ku? Jelas jelas hal yang di lakukan adik ku salah, mengapa mereka selalu membenarkannya?"
"Mengapa mereka bersikap tidak adil pada ku?"
"mengapa mereka yang menjadi orang tua ku?"

Kata kata itu lah yang selalu terlintas di pikiran ku ketika aku sedang jalan jalan dengan keluarga Ana atau pun keluarga Bella. Lama kelamaan aku pun malai sedikit berdamai dengan keadaan, dan lebih berpikir terbuka dari sebelumnya.

Setelah ku intropeksi diri, kini aku pun menyadari, bahwa sebenarnya aku mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua ku namun dengan cara yang berbeda yaitu melalui uang.

Mereka selalu beranggapan bahwa uang bisa membuat kita bahagia, sebenarnya tidak salah. Namun yang ku ingin kan adalah kasih sayang mereka bukan uang mereka.

Lama kelamaan, aku mulai terbiasa dan mengganggap bahwa uang adalah segalanya. Hingga sekarang aku sudah tidak perduli dengan yang namanya 'kasih sayang'

Prinsip ku adalah
"Jika aku memiliki uang untuk apa aku iri? Aku bisa bersenang senang dengan semua uang yang aku miliki"
Tapi itu tak bisa menutup fakta bahwa aku sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua ku.

Anak yang kurang kasih dan sayang dari orang tua,memang tak pantas untuk berbahagia.Ada saja masalah yang datang secara terus menerus

Bersambung
.
.
.

Jangan lupa follow dan vote yaaa💗
See u di bab selanjutnya 👋👋👋

ABOUT ME? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang