BAB 3

5 0 0
                                    

Benar kata dilan

“Rindu itu berat”

Aku sudah kehabisan kata kata lagi, tak bisa mendeskripsikan berapa rindu ku pada mu. Kau pasti melihat ku kan dari atas sana? Maaf jika aku berubah total.

Terimakasih telah mengajar kan ku tentang kehidupan, hidup memang berat namun lebih berat lagi juga tanpa mu. Andai waktu bisa di ulang kembali. 

Aku akan lebih sering pulang kampung ke tempat mu, aku tak akan menyia nyiakan waktu ketika bersama mu. Maaf sekali lagi dan terimakasih
Aku akan selalu merindukanmu. 

Semoga engkau tenang di alam sana.  

Aku kini sudah menerima dan mengikhlaskan kepergian paman ku sedikit demi sedikit tentunya itu semua berkat bantuan dari sahabat sahabat ku ini. 

Waktu pun berlalu, tak terasa aku dan Ana kini sudah kelas 8 Sedangkan Bella sudah memasuki kelas 9.

Sejak kenaikan kelas Bella jarang bermain dengan ku dan Ana karena ia sibuk belajar untuk mengejar cita cita nya. 

Seperti yang kalian tau, ketika itu muncul lah virus yang mernama “covid 19” Sejak terjadi wabah covid semua berubah. 

Ekonomi keluarga ku menurun drastis, keluarga ku juga semakin sering bertengkar perkara ekonomi ini. 

Kalian tau? Karena ekonomi keluarga ku yang sangat menurun drastis, ayah ku sampai menjual tanah nya untuk menutupi biaya biaya yang kurang. 

Ya menjual tanah, ayah ku memiliki beberapa hektar tanah di palembang. Namun ketika pandemi ayah ku menjual 1 hektar lahan nya untuk mencukupi keuangan yang banyak kurang nya ketika pandemi.

Tidak hanya di situ saja, ayah ku menjual tanah dengan sangat rugi. Bayangkan saja, ayah ku menjual 1 hektar lahan dengan harga di bawah 100jt.

Ibu ku yang mengetahui hal tersebut pun sangat marah kepada ayah ku, setelah kejadian itu ayah dan ibu ku semakin sering bertengkar karena masalah ekonomi.

Aku pernah tak sengaja mendengar pertengkaran ayah dan ibu ku. 

“Kamu tuh gimana si? Masa pengeluaran nya lebih dari pemasukan si!?” Bentak ayah ku
“Ya aku ga tau, kamu si kalo beli apa apa ga di catet asal ambil aja duitnya” ucap Ibu ku
“Kok nyalahin aku? Kamu yang ga bisa ngatur keuangan, ga becus banget jadi istri” balas ayah ku

Bukan itu saja yang pernah ku dengar masih ada lagi, seperti

“Ini ikan kenapa pada mati semua si? Bisa ngurus ikan ga si kamu?” Tanya ayah ku dengan ketus pada ibu ku
“Aku udah kasih makan kok, aquarium juga aku bersihin tiap hari” ucap ibu ku
“kamu tuh ga becus banget, udah ngurus keuangan ga bisa ngurus ikan pun juga ga bisa”
“dasar payah” ucap ayah ku

Ya kata kata seperti itu lah yang sering terucap dari mulut mereka berdua, ayah ku memiliki watak yang pemarah.

Sedangkan ibu ku adalah seorang yang sabar. Sangat berbanding terbalik bukan? 

Aku sering berfikir.

“kalau ibu ku tak sesabar itu mungkin mereka berdua sudah bercerai?”

Aku sangat bangga kepada ibu ku, ibu ku adalah perempuan yang sangat baik dan lembut yang pernah aku lihat. 

Ayah ku memiliki dua usaha yaitu konfeksi baju dan ternak ikan hias.

Aku sejak kecil tidak di ajarkan menabung karena ayah ku selalu memberikan apapun yang aku mau, namun karena covid semua jadi runyam. 

Sejak saat itu aku menjadi lebih emosional, aku menjadi orang yang gampang sekali marah walau dengan hal sepele pun.

Aku sadar sifat ku berubah aku sudah berusaha untuk memperbaiki sikap ku namun sangat sulit sekali. 

Ana dan Bella yang tau sifat ku berubah seperti sebelum bertemu dengan mereka pun tiba tiba menjauhi ku, saat itu aku sungguh sangat tidak suka, aku benci diri ku sendiri.

Mengapa aku harus seperti itu Tuhan? 

Aku pun kehilangan tujuan hidup ku untuk yang ke2 kali nya, namun kali ini lebih parah dari sebelumnya.

Aku bahkan sudah pernah beberapa kali menyakiti diri ku sendiri, untuk bunuh diri? Aku belum sejauh itu. 

Kehilangan masa kejayaan orang tua tentu saja hal yang sangat sulit di Terima, dan sampai kapan pun aku tak akan Terima dengan keadaan ini.

Aku menjadi anak yang semakin pembangkang, orang tua ku menjadi lebih tidak peduli dengan ku.

Bahkan untuk sekedar menanyakan aku sudah makan atau belum saja tak pernah terucap dari mulut mereka.

Namun kasih sayang mereka terhadap adik ku tidak berkurang sama sekali. Dan ya? Aku semakin membenci adik ku. 

Hari demi hari ku habis kan waktu di dalam kamar ku, dalam keadaan kamar yang gelap. Aku awalnya tidak suka gelap namun lama kelamaan aku lebih suka di kamar ku yang gelap dan suram. 

Aku mengalami gangguan susah tidur atau bisa di bilang insomnia, pola makan ku juga berantakan. Aku ingat pada masa itu berat badan ku turun drastis.

Aku turun sekitar 14 kg dalam waktu kurang dari 1 bulan, aku sadar bahwa pola hidup ku saat itu sangat tidak sehat. Aku pun merubah pola hidup ku sedikit demi sedikit. 

Aku tidak sekuat itu tuhan, hanya saja aku sudah merasa malu untuk meminta. Karena aku tau ekonomi keluarga sudah terlalu hancur untuk aku hancurkan.

Bukannya tidak bersyukur, tapi di umurku yang sekarang. Terkadang aku ingin seperti teman teman ku yang tidak repot memikirkan biaya hidup, pendidikan dan kasih sayang orang terdekatnya.

Bersambung
.
.
.

Jangan lupa follow dan vote yaaa💗
See u di bab selanjutnya 👋👋👋

ABOUT ME? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang