~happy reading for your ~
“dorr,dorr,dorr” bunyi suara tembakan dari luar gedung.
Ketika sedang ada sebuah pameran yang dihadiri oleh para pengusaha, tiba-tiba terjadi kehebohan di bawah gedung. Dalam sekejap, para pengusaha melihat foto-foto sambil mendengar kabar tentang keributan di bawah. Tanpa ragu, mereka melarikan diri meninggalkan tempat tersebut. Kemudian, seorang pria mengenakan jaket kulit hitam memasuki gedung dengan langkah mantap. Kehadirannya mengisyaratkan bahwa dia adalah tokoh penting dalam dunia gelap. Dia mencari seseorang yang akan menjadi sandaran, dan ternyata orang itu adalah anak dari perusahaan paling berpengaruh di kota Jepara.
“Dengar, siapa di antara kalian yang berani disebut Amelia Gadis?” suaranya gemuruh, menggema di ruangan itu.“Saya Amelia Gadis.” Jawab Amelia dengan sentak bangun dari duduknya dan wajah tegang
“Kau adalah targetku. Sekarang, telepon orangtuamu. Jangan berpikir macam-macam. Pameran ini harus tetap tenang. Dan ingat, jika ada yang berani mengganggumu, dia akan menyesalinya,” ancam pria itu dengan nada tegas, mengancam dan menawarkan perlindungan sekaligus.
“Kamu berani sekali mengancam ku” tegas Amelia dengan langkah mundur, tatapan tajamnya menatap pria di depannya.
“Kamu masih saja keras kepala, Amelia. Telpon ayahmu sekarang juga, sebelum kesabaranku benar-benar habis.” Ancam pria tersebut dengan suara tegasnya dengan sentakan dua kali tembakan ke atas.
"Sudah kukatakan, aku tidak akan menghubungi orangtuaku. Lebih baik kamu pergi dari sini, karena aku tidak takut dengan ancamanmu," ucap Amelia dengan nada tegas, mengacuhkan ancaman itu."Kamu masih mempertahankan diri juga, ya? Angga, cepatlah, tangkap dia dan bawa ke hadapanku." Perintah pria dengan pandangan yang dingin ke arah Amelia
"Baik, Bos. Aku akan menangkap gadis itu segera," jawab Angga dengan tegas, siap menjalankan perintah bosnya.
“Jangan dekat-dekat, atau aku akan telepon Abang!” bentak Amelia.
“Aku tidak akan takut dengan Abangmu. Lebih baik kamu nurutin perintah bosku, nanti kamu akan selamat dan pameran akan tetap berjalan lancar,” tegas Angga sambil menarik tangan Amelia.
Tiba-tiba, Amelia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon abangnya, namun sebelum dia sempat menekan nomor, Angga dengan cepat merebut ponsel dari tangannya. “Kamu tidak akan bisa menelepon siapapun,” desis Angga sambil menggenggam erat tangan Amelia. Dan tanpa ampun, Amelia ditangkap oleh Angga.
Amelia dibawa oleh Angga dan bosnya ke markas mereka. Sambil menunggu kedatangan orangtuanya dan abangnya, dia merasa gelisah dan cemas. Hatinya berdegup kencang, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Di markas tersebut, Amelia ditempatkan di sebuah ruangan kecil dan gelap, di mana dia duduk dengan gemetar. Angga dan bosnya tetap berada di sekitar, memastikan dia tidak melarikan diri.
Lalu telepon genggam milik Amelia yang sudah di tangan Angga lalu memberikannya kepada bosnya. Bosnya segera menelepon Abimana, memastikan bahwa Abimana datang ke markas tanpa bantuan dari anak buahnya.“Tuut, tuut, tuut,” bunyi dering telepon.
“Adek, kenapa telepon kakak sekarang? Kakak sedang ada di markas. Nanti kalau penting, telepon balik saja,” ucap Abimana.
“Segera datang ke markasku, Abimana. Adekmu akan kujadikan korban selanjutnya jika kamu tidak datang bersama orangtua. Jangan lupa membawa uang 1 miliar dollar agar adikmu selamat,” bentak pria tersebut.
“Aku tidak akan menuruti perintahmu. Lebih baik kita selesaikan ini tanpa melibatkan adikku. Mahendra Bisma, aku akan menunggumu di tempat biasa. Lepaskan adikku sekarang,” marah Abimana.
“Rupanya kamu tidak peduli dengan keselamatan adikmu. Cepat turuti kemauanku terlebih dahulu. Kita bisa menyelesaikan masalah ini kemudian. Taruhannya, jika kamu kalah, kamu harus menjadi pembantuku selama 1 bulan. Jika kamu menang, aku tidak akan mengganggu bisnis hitammu atau apapun itu,” pinta Mahendra.
“Lebih baik kamu lepaskan adikku dulu. Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah antara kita, Mahendra. Jangan membuat kesabaran saya habis. Kalau tidak, aku akan menghancurkan markasmu bersama pasukanmu,” bentak Abimana.
“Tunggu sebentar aku akan segera melepaskan adek mu, namun aku ingin berbicara dulu dengan pasukan ku” ujar Mahendra sambil memalingkan telinga dari telepon
“Baiklah, Abimana. Aku akan melepaskan adikmu sekarang, tapi kamu harus datang sendiri, tanpa bantuan siapapun, dan bawa uangnya.” Ucap Mahendra setelah balik dari diskusi dengan pasukannya
“Baiklah, aku akan datang sendiri, tapi lepaskan adikku sekarang juga.” Kata Abimana dengan nafas yang lega
Amelia, yang masih dipegang oleh Angga, diberikan kembali kebebasannya. Dia duduk di kursi dengan wajah pucat dan gemetar.
“Segera datang, Abimana. Jangan membuat aku menunggu terlalu lama,” desis Mahendra sebelum mengakhiri panggilan.
Amelia menatap Angga dengan tatapan cemas, namun Angga hanya memandangnya dengan dingin tanpa sepatah kata pun. Mereka semua menunggu kedatangan Abimana dengan napas tegang, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Nb: tambahin jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra And Amelia ( Zayyan Xodiac)
Teen FictionCerita ini merupakan cerita bertema mafia yang sedang melakukan hal yang balas dendam dan hati dirinya bagaimana cerita selanjutnya