Sementara itu, Amelia dibawa pergi oleh Mahendra. Meskipun tidak merasa aman di sampingnya, dia tetap berusaha menjaga ketenangannya, berharap Abimana akan menemukannya dengan selamat.
Setelah beberapa waktu berlalu, Abimana merasa semakin terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan oleh pasukan Mahendra. Namun, di tengah kepenatan dan kekhawatiran akan nasib Amelia, dia tak henti-hentinya memikirkannya.
Sementara itu, Amelia berada di samping Mahendra dalam perjalanan menuju pertunjukan di kampus. Meskipun di tengah situasi yang tidak aman, dia merasa sedikit lega karena Abimana telah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkannya.
Di dalam mobil, Mahendra memperhatikan Amelia dengan rasa ingin tahu. Meskipun dia terlihat dingin dan tegas di luar, di dalam hatinya terdapat kegelisahan yang tidak terungkap.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan suara lembut, mencoba menunjukkan sisi dirinya yang lebih manusiawi.
Amelia menatap Mahendra dengan sedikit ketegangan namun juga perasaan penasaran. Meskipun dia tahu bahwa dia harus waspada, ada sesuatu yang tak terduga dalam diri Mahendra yang membuatnya merasa tertarik.
"Ya, saya baik-baik saja. Terima kasih atas kesempatan ini," jawab Amelia dengan hati-hati, mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya yang bercampur aduk.
Di samping itu, di markas, Abimana bertekad untuk menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepadanya dengan cepat dan efisien. Namun, di balik kesibukannya, dia tidak bisa menahan perasaan khawatirnya terhadap adiknya, Amelia, yang sekarang berada di tangan Mahendra.
Ketika mereka tiba di kampus, Amelia merasa sedikit lega karena tidak ada yang buruk terjadi selama perjalanan bersama Mahendra. Namun, di saat yang sama, dia juga merasa semakin dekat dengan Mahendra, meskipun dia tahu bahwa dia seharusnya tidak merasakan hal itu.
Sementara itu, Mahendra melihat Amelia dengan perasaan yang semakin sulit untuk dia pahami. Meskipun dia telah membawa Amelia sebagai tawanan, dia tidak bisa menahan perasaannya yang tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar perhatian biasa.
Saat mereka berjalan ke tempat pertunjukan, mata Mahendra terus memperhatikan setiap gerak Amelia. Dia merasakan kecantikan dan keanggunan Amelia, dan perlahan-lahan, perasaan itu tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dalam.
Di tengah keramaian kampus dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah Amelia saat melakukan pertunjukan, Mahendra merasa hatinya terguncang. Dia menyadari bahwa dia telah jatuh cinta pada gadis yang seharusnya menjadi tawannya.
Namun, di balik perasaannya yang tumbuh, Mahendra juga tahu bahwa dia harus tetap setia pada misinya. Dia harus menyelesaikan apa yang telah dia rencanakan, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan perasaannya sendiri.
Setelah berhasil mengusir para penyerang dan menyelesaikan pertunjukan dengan sukses, Mahendra dan Amelia keluar dari gedung kampus, di mana mereka disambut oleh udara segar malam yang menenangkan. Namun, tiba-tiba, seorang penyerang yang tersisa muncul dari kegelapan dan menyerang Mahendra dari belakang. Serangan yang tak terduga membuat Mahendra terhuyung-huyung dan akhirnya pingsan di tempat.
Amelia, yang terkejut dan panik, berusaha membantu Mahendra, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, dia dikepung oleh para penyerang yang lain. Mereka dengan cepat menangkap Amelia dan membawanya pergi, meninggalkan Mahendra tergeletak tak sadarkan diri di tanah.
Saat Mahendra akhirnya sadar, dia merasa kebingungan dan penuh kekhawatiran. Dia segera mencoba mengingat apa yang terjadi, dan ketika dia menyadari bahwa Amelia telah diculik, dia merasa panik dan bersalah karena tidak bisa melindunginya.
Dengan cepat, Mahendra berusaha untuk bangkit dan bergerak menuju markasnya. Namun, ketika dia sampai di sana, dia menemukan markasnya kosong dan semua pasukannya tergeletak pingsan di lantai. Kegelisahan dan ketidakpastian melanda hatinya saat dia menyadari bahwa Abimana dan Amelia telah diculik, dan dia sendirian dalam usahanya untuk menyelamatkan mereka.
Dengan hati yang dipenuhi kegelisahan, Mahendra segera mengumpulkan pasukannya yang mulai pulih dari serangan sebelumnya. Mereka bersiap untuk melacak dan menyelamatkan Amelia dan Abimana.
Namun, sebelum mereka bisa mulai bergerak, Mahendra menerima pesan dari Abimana. Dengan perasaan campur aduk, dia membaca pesan itu dengan cepat. Isinya membuatnya merasa terkejut dan kesal.
"Pesan apa itu, bos?" tanya salah satu anggota pasukannya.
"Abimana telah berhasil menyelamatkan Amelia dan membawa mereka ke markasnya sendiri. Dia mengatakan bahwa rencananya lebih berhasil daripada misi kita." Jawab Mahendra
Rasa kesal dan kekecewaan melanda hati Mahendra. Meskipun dia merasa lega karena Amelia aman, dia juga merasa terganggu karena merasa kalah dalam permainan ini.
"Dia berhasil mengalahkan kita," desis Mahendra dengan nada frustasi.
"Tapi itu belum selesai. Kita harus menemukan cara untuk mendapatkan kembali kendali atas situasi ini." Tambah Mahendra
Dengan tekad yang baru, Mahendra dan pasukannya bersiap untuk merencanakan langkah selanjutnya. Meskipun mereka kalah dalam pertempuran ini, mereka tidak akan menyerah begitu saja. Permainan baru telah dimulai, dan Mahendra bersumpah untuk memenangkannya.
Lalu Mahendra dengan pasukan kembali ke markas untuk mengatur semua rencana ulang agar bisa membuat Abimana kalah di hadapannya dengan cara lebih baik daripada sebelum, mereka pun sampai di markasnya, melakukan diskusi untuk mengatur semua misi yang akan di lakukan.
" lebih baik lakukan cara dekati adeknya buat jatuh cinta kepada kita bos, karena hati cewek lebih cepat jatuh cinta dan juga mudah hancur, semisal dengan cara ini pasti Abimana tidak bakal bisa buat balas dendam karena bos adalah pasangan dari adeknya" saran Angga
"Benar bos, apa yang di katakan oleh Angga, soal urusan wanita bos bisa tanya tanya kepada aku" sahut Egion
" egion!! Aku paham akan kamu mah banyak simpanan di mana- mana, jadi aku pasti akan nanya- nanya begituan ke kamu lah" ucap Mahendra
" bos kalo untuk urusan puisi aku banyak simpanan kali saja butuh" kata Bisma
" kebanyakan buat puisi tapi tidak ada mau jadi pasangan kamu bis" ejek Angga.
"Diam, Angga! Sesama jones tidak boleh saling mengejek," ejek Egion dengan suara tajam.
"Aku bukan jones seperti bos Mahendra, karena aku baru saja putus juga." Sahut Angga memandang Egion dengan tatapan sinis,
"Kalian berdua sama-sama bodoh. Segera atur pikiran kalian. Kita harus fokus pada rencana berikutnya." Kata Mahendra dengan wajah dingin
Mahendra, yang masih merasa terganggu dengan keberhasilan Abimana, akhirnya membuat keputusan.
"Angga, Egion, saya ingin kalian fokus pada satu hal: cari jadwal Amelia. Saya ingin tahu semua kegiatan dan pergerakannya setiap hari. Kita harus tahu di mana dia berada setiap saat," perintah Mahendra dengan suara tegas.
"Baik, bos. Kami akan segera memulai pencarian." Kata Angga dan Egion mengangguk patuh
Mereka pun segera pergi ke kampus Amelia bersama Mahendra untuk melihat kegiatan Amelia selama di kampus maupun di luar kampus, karena mereka ingin mengenal Amelia lebih jauh lagi agar misinya berjalan dengan lancar
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahendra And Amelia ( Zayyan Xodiac)
Ficção AdolescenteCerita ini merupakan cerita bertema mafia yang sedang melakukan hal yang balas dendam dan hati dirinya bagaimana cerita selanjutnya