Gadis Yang Kau Sakiti

0 0 0
                                    

"Liv, pulang kantor traktir, ya! Kan, kamu pacar barunya Direktur!"

Sambil membawa makan siangnya melewati samping tempat dudukku, Inka menagih komisi. Meski setengah berbisik, tapi aku yakin beberapa orang yang makan siang tidak jauh dariku, mendengar dengan baik dan benar.


Dasar teman rasa stroberi yang kadang-kadang berubah Tom and Jerry. Baru juga jadi teman curhat, langsung minta bayaran. Aku saja pacaran belum ada satu kali dua puluh empat jam, dikira kerja KPPS sehari langsung gajian apa, ya! Heran.


"Nunggu akhir bulan, belum gajian!"


Aku membalas ucapan Inka, sebelum mengunyah sepotong kecil suwiran ayam kecap. 


"Dasar pelit! Emang bocah agak laen!"


Inka senewen, kemudian berlalu ke tempat duduk kosong paling ujung kantin ini. Aku hanya mencebik, sudah kebiasaan begitu dari  SMA. Yang agak lain siapa, nuduh siapa.


Tidak sampai dua menit kepergian Inka, seorang perempuan cantik berbaju denim menghampiriku. Tanpa basa-basi, dia langsung mengklarifikasi apa yang barusan didengarnya.


"Liv, serius kamu pacaran sama Pak Direktur?" Wajah cantik bermake up natural itu terlihat penasaran. Entah, ingin tahu aja atau ingin tahu banget.


"Iya, Mbak. Baru kemarin jadian. Belum ada 24 jam, kok!" jawabku sangat percaya diri.


"Kamu emang nggak tahu, Liv, kalau ..." Perempuan cantik itu terlihat ragu meneruskan ucapannya, sejenak menoleh kiri kanan seperti takut didengar orang ketiga, membuat aku penasaran sekaligus tidak enak perasaan.


"Kalau apa, Mbak?" desakku.


"Pak Faiz kan mau nikah minggu depan!"


Apa? Menikah? Masa iya baru sehari pacaran sama aku terus minggu depan nikah. Ini sih lebih dari surprise, tapi super keterlaluan cintanya.


Eh, tapi, tunggu. Kok, mendadak aku tidak enak beneran. Jangan-jangan calon pendamping hidupnya bukan aku. Huwaa, nyesek sekaligus malu level seratus kalau iya bukan aku, Bestie!


"Emang nikah sama siapa, Mbak?" tanyaku. Demi menutupi gugup yang datang tidak bisa diajak kompromi.


"Sofia. Anaknya Dokter Haris. Kan, papanya Sofia pernah ngobatin orang tuanya Pak Faiz, dulu. Jadinya kayak balas jasa gitu loh, Oliv!"


Tuh, kan bener. Balas jasa terima kasih emang boleh setinggi.itu, wajib besanan!


Mentalku drop seketika begitu seniorku di kantor menyelesaikan kata-katanya. Rasanya ingin pingsan, tapi aku takut masuk ambulan. Ingin menangis tersedu-sedu, dikira lagi casting sinetron. Cantik, pakai baju kantoran rapi, malah mewek.

Aku Ingin Menjadi PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang