PROLOGUE

28 2 0
                                    

Aku adalah aksara yang tak bermakna, sedangkan kamu adalah fatamorgana yang kupaksa menjadi nyata--Deswan Danu Tramarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku adalah aksara yang tak bermakna, sedangkan kamu adalah fatamorgana yang kupaksa menjadi nyata--Deswan Danu Tramarta

༄꒰🖇CANDALA⸙༊


Putih abu, pada masa itu aku mengenalmu, pada tiga tahun waktu yang akan berlalu.

Pada saat itu tak terfikirkan jika aku tak akan lagi kelabu karena kehadiran sosokmu.

Alika Maudya Azzara, nama yang selalu kusebut kala takut menyelimutiku.

Zara itu cantik, dia tak terlalu tinggi jika dibandingkan denganku. Zara memiliki mata indah yang selalu berkilap setiap saatnya, jangan lupa pada senyuman hangat yang memikat mata.

Zara, kamu adalah gambaran sempurnaku tiada tara.

Terimakasih pula telah menolongku dari asa yang terluka, walau pada akhirnya asa itu kembali jua.

Kala itu kamu bagai sebuah lentera dan aku adalah gulita. Kamu terlalu terang hingga menembus gelapku.

Sebelumnya, tak terbayang aku akan dengan lancang jatuh cinta pada sosok penyuka cokelat. Pada gadis penyuka alunan biola dan musik klasik di sorenya.

Jingganya senja....

Zara bilang ia suka itu, suka pada jingga yang menemani sang sendyakala sebelum lenyap digantikan gulita.

Karena itu saat ditanya aku suka apa, maka aku akan menjawab, aku menyukai senja juga pengagumnya.

Namun kala itu saat kudapati kamu yang tersenyum membantuku, kala itu aku merasa hina walau untuk menatapmu.

Maka aku lebih memilih mengalihkan netra ini pada sang sendyakala diatas sana. Aku tak mau kamu takut akan diriku yang kelam. Kamu dan kisahmu terlu sempurna untuk kurecoki.

Kamu adalah ketidak mungkinan yang aku harapkan.

Tapi waktu berlalu dengan kata yang tak pernah bisa kuucap.

Mungkin akan sangat klasik jika aku bilang begini, tapi aku ternyata memang menyukaimu, dan dengan sajak pula aku menguntai sepintas kisah yang akan kutulis.

Saat dimana gadis kecil menyuruhku bercerita, maka aku akan menceritakan tuan puteri yang dulu mengisi relung hati terdalamku.

Zara, maaf jika saat itu dengan lancangnya kuajak untuk menguntai kisah bersama pada masa sma.

Kamu memang terlalu sempurna untuk dikirim padaku yang hina.

Kamu adalah gadis dengan senyum terindah yang pernah kutemui, kamu juga disempurnakan dengan hati hangat yang pernah kurasakan.

CANDALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang