Ch. 1: Nikmati Saja Hidup (yang Normal) Ini

6 2 0
                                    

"NO CONTROL ...!!! NO SURPRISE ...!!! I TOSSED-."

Pagi-pagi buta aku dibangunkan oleh teriakan mendiang Chester Bennington. Aku segera beranjak dari kamar tidur dan cuci muka. Lalu aku menyalakan TV untuk menonton kualifikasi F1 GP Miami.

Tentu saja aku tidak berharap banyak kepada Ferrari, karena ya ..., memang tidak bisa diharapkan. Bayangkan saja, setiap balapan ada saja hal yang aneh bin ajaib dari tim itu. Apalagi tim strategisnya yang selalu saja bikin lawakan tiap balapan.

Namun aku harap ada yang bisa menghentikan dominasi Toyota Gazoo Racing yang selalu meraih juara konstruktor sejak tahun 2032.

Sayangnya harapanku tak terkabul karena Toyota kembali meraih grid pertama dan dua untuk balapan besok. Begadangku rasanya sia-sia saja, apalagi mengetahui mesin Ferrari kembali bermasalah. Kalau satu gak masalah, dua-duanya meledak, di Q1 pula.

"Sepertinya aku ingin beli baju 'BUKAN TIFOSI' nanti."

Karena sekarang masih jam 2 pagi, aku kembali ke kamar dan kembali tidur.

******

"HAH!?"

Aku terbangun dari tidurku untuk yang kedua kalinya hari ini. Kali ini aku terbangun karena mimpi yang sangat aneh. Saking anehnya, aku sampai bingung mau jelasin seperti apa mimpi itu. Yang jelas aku dikejar-kejar orang aneh dan terjatuh ke dalam lubang hitam. Hanya itu yang kuingat.

Jam ponsel menunjukkan pukul 07.12. Perutku juga berunjuk rasa minta diisi makanan.

"Hmmm ...! Baunya ...!~"

Aku mencium bau yang lezat dan menggugah selera dari dapur. Ketika kudekati sumbernya, terlihat seorang wanita berambut jingga sedang merebus mie. Ujung telinganya yang runcing dan celemek yang menutupi gaun hitamnya membuatku mengenali wanita itu.

"Oh, Envy, sejak kapan ke sini?"

"Baru saja, Felix. Mau kumasakin sekalian?"

"Mie goreng satu. Perlu aku bantu buat teh."

"Iya, tolong."

Setelah semuanya sudah siap, kami menikmati sarapan yang sudah kami buat di ruang TV. Aku juga tidak ingin ketinggalan kartun Minggu pagi.

Acara kartun pagi ditambah mie goreng dan segelas teh hitam merupakan kombinasi yang sempurna bagi kami yang ingin bermalas-malasan di hari libur.

"Kudengar Ferrari gagal lolos Q1."

"Diam! Saya tidak ingin mendengar apapun tentang Ferrari."

Setelah sarapan, aku melihat jadwal kegiatanku hari ini. Aku selalu menulisnya tiap malam agar kehidupanku tertata dengan baik.

Hari ini aku ada balapan virtual di sirkuit Monza. Aku langsung menyalakan komputerku di kamar dan melatih race pace-ku agar bisa stabil di balapan nanti. 1 menit 24 detik merupakan catatan waktu terbaikku dan race pace-ku stabil ketika memakai ban medium. Aku rasa aku sudah siap untuk balapan nanti.

Beberapa jam berlalu. Perlombaan balapan virtual F1 pun dimulai. Kami diberi waktu latihan 30 menit untuk latihan. Hasilnya lumayan karena aku bisa meraih posisi ketiga dengan ban soft. Lalu saat kualifikasi, aku berhasil lolos ke Q3 dan berhasil meraih posisi ke lima di grid. Catatan waktuku hanya kalah 0.3 detik dari pole sitter yang mengendarai Toyota.

Masih ada waktu 15 menit lagi untuk balapan, aku putuskan untuk menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk livestream. Mulai dari cek koneksi, menyiapkan OBS, mengatur webcam. Setelah semuanya siap, aku siap menyiarkan balapanku kepada penggemarku. Aku juga sudah memesan steak giant rabbit untuk makan siangku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kehidupan (yang Normal) di Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang