Lara menidurkan kepalanya diatas meja belajar. Melanjutkan gambarannya yang kurang sedikit lagi selesai. Berkali-kali ia mencoba fokus dan tenang menyelesaikan gambarannya. Tapi kejadian di sekolah tadi terus terbayang olehnya.
Karang, pemuda itu tampan juga.
Tatapan teduhnya, sentuhannya saat menenangkannya, suaranya, bahkan tepukan kecil pada kepalanya itu,
Lara tak bisa melupakannya.
Lalu bagaimana ini?
Kenapa wajah tampan itu terbayang-bayang terus? Apa ini termasuk penyakit psikisnya yang lain? Tidak, ia harus menanyakannya kepada dokter Tina saat terapinya besok.
Tapi ia butuh validasi saat ini juga, itu benar sangat mengganggunya. Tapi bagaimana ia akan menjelaskannya? Perasaan itu tak bisa dijelaskan, dirinya asing dengan perasaan itu.
Lara mengacak rambutnya frustasi sendiri. Ia menegakkan tubuhnya, berusaha kembali fokus dengan gambarannya. Namun kekesalannya semakin menjadi saat mendengar suara ricuh sedari tadi di kamar depannya membuat kepalanya hampir pecah.
"Minggir goblok tolol banget si lo! Kaya gitu doang ngga bisa!"
"Udah minggir anjing, sabar dikit napa si nyet! Gua jadi ngga fokus kalo lo teriak terus,"
"Lo nya jangan muter muter doang!"
"Tuh kan! Anak kon-"
Prakkk
Lara membanting alat tulisnya. Gambaran yang ia buat dari dua hari kemarin harus kacau karena terdapat bekas menghapus yang tak bisa hilang karena terus salah saat menggambar. Sementara itu suara bising yang sudah berlangsung dari dua jam yang lalu masih terdengar keras. Membuat kedua alis gadis itu menyatu.
Gadis berponi rata itu menghelaikan nafasnya kasar, beranjak dari duduknya lalu membuka kenop pintu dengan keras.
Nampak dari seberang kamarnya terdapat geng mainnya Avi yang menjadikan rumah mereka seperti basecamp. Mungkin karena rumahnya ini tak ada orangtua dan Aige yang kalau siang tak ada dirumah, kerja part time. Jadi Avi seenaknya membawa teman dan merusuh di rumah. Paling tidak suka karena mereka juga merokok, menimbulkan bau dan asap tak sedap yang membuat Lara semakin membencinya.
"Eh Lara, tadi pesenan risolnya udah gue kasihin. Aige pesen tiga mika, untung lo pesennya hari jum'at jadi ada promo jumat berkah, beli tiga gratis satu. Gue bonusin tuh khusus buat dede Lara tersayang," seru Abim sok akrab.
Anak lain yang menyadari kehadiran Lara menoleh, memilih merapatkan bibir mengalihkan pandangan saat melihat Lara yang sedang menatap galak.
"Adek lo ngeri banget anjir," Bobi menceletuk, merasakan hawa dingin saat melihat tatapan gadis kecil itu.
Avi berdecak, jujur saja ia terkadang tak enak saat membawa teman-temannya ke dalam rumah. Kalau Aryan, Abim, Alvin mah udah biasa. Tapi ini mereka membawa Bobi, Reksa, Jeva, Taka duta misuh dalam geng mereka. Kalau gelud mereka akan mengabsen isi kebun binatang.
"Lara mau kemana?" tanya Avi seolah tak peka dengan adiknya yang terganggu dengan kebisingan.
Lara melengos tak menjawab, terakhir melemparkan tatapan permusuhan pada Avi sambil melangkah meninggalkan kamarnya.
Alvin mengantupkan bibirnya. "Ck, lo semua pada berisik sih. Marah tuh adek gua! Numpang bukannya tahu diri. Tau gitu dirumah Bobi aja yang broken home,"
![](https://img.wattpad.com/cover/363310472-288-k374265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales [END]
Teen Fiction⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...