Happy reading
-
-
maafin ya kalo lama 🥹
"Lara..."
"Bangsat..."
Umpatan Lara terdengar penuh dendam. Ia menggertakkan giginya, memandang Karang dengan emosi yang tersulut. Mata gadis itu menajam seolah hendak menusuk tepat. Tubuhnya bergetar memanas merasakan dadanya yang terasa sesak bukan main.
Sementara Karang diam disana, lidahnya kelu hanya mengeluarkan sepatah kata apa pun untuk menjelaskan semuanya.
"Ra..." suara lirih Karang kembali terdengar. Tangis pemuda itu sudah meluruh, menggeleng pelan sebagai sinyal bahwa ia tak bisa berbicara sekarang. Dadanya tak kalah sesak dengan lutut yang terasa lunglai. Ingin sekali ia memeluk Lara, gadis yang selama ini ia sangat rindukan.
Namun Karang tidak segamblang itu untuk melakukannya sebelum Lara mengizinkan. Gadis itu sedang nampak menaruh dendam besar padanya.
Dengan lemah, Lara berjalan mendekat ke arah Karang. Menatap sepasang mata itu secara bergantian. Karang masih tampan dengan kulit putih bersihnya. Beberapa tahi lalat di leher yang nampak menawan, juga mata teduh yang sangat mudah dirindukan.
Hal yang dilakukan Lara berikutnya adalah memukul dada Karang sekali namun pasti.
Tangis gadis itu luruh semakin keras. Terdengar sangat pilu, Karang bisa merasakan tangis Lara menusuk hatinya. Erangan tangisnya itu lain, seolah dia benar putus asa tak tahu harus berbuat apa.
Tak hanya sekali pukulan, Lara menghujami pukulan lagi pada Karang lebih banyak. Berteriak melalui erangannya. Meluapkan perasaannya yang mati-matian ia tahan.
"Lara... jangan, tangan kamu sakit," ucap Karang menahan tangan Lara agar tidak kesakitan karena memukulinya.
Emosi Lara membutakan segalanya. Karang bahkan kesulitan untuk meraih pergelangan tangan Lara yang terus memukulinya.
Sampai pada saat Karang berhasil mencekal pegelangan tangan kurus itu, dengan sekuat tenaga Karang memojokkan tubuh Lara di tembok. Mengunci tubuh kecil itu disana. Kedua tangan Lara berada di samping, dicekal oleh Karang kuat-kuat.
"Bohong... kamu pembohong Karang..." lirih Lara masih menangis.
Karang mengangguk lemah, menggigit bibir bawahnya memejamkan mata kuat. Kini posisi mereka memang sedang ambigu. Wajah mereka terlalu dekat. Lara bisa merasakan hembusan nafas harum Karang yang menerpa wajahnya.
Karang membuka matanya, menatap wajah pucat Lara lebih dekat. Menatap sepasang mata lemah itu bergantian. Tatapan mata yang menyorot lelah dengan semesta. Berpijar tapi seperti kosong didalamnya. Sejauh itukah Karang menyakitinya?
"Aku semakin benci laut Karang. Aku juga benci paus sekarang. Aku benci semuanya!" ucap Lara menekan setiap perkataannya.
Lara mengatakan dirinya membenci laut karena dia telah membenci Karang. Lara mengatakan dirinya membenci paus karena nyatanya Bunda yang ia anggap sebagai pausnya itu bukan Ibu kandungnya.
"Maaf... maaf Lara, maaf..." ucap Karang putus asa. Semakin menekan pergelangan tangan Lara yang memberontak darinya. Seolah Karang tidak mengizinkan Lara untuk pergi.
"ENGGAK! KAMU BOHONG! KAMU BILANG NGGA AKAN NINGGALIN AKU! KAMU BOHONG!!!" teriak Lara kuat. Kata maaf dari Karang terdengar dusta tak seperti biasanya. Padahal, Lara selalu tenang saat Karang mengatakan permintaan maaf dari hal kecil apapun. Namun kini, kata maaf dari Karang sangat menyakitkan. Sungguh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales [END]
Fiksi Remaja⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...