Asing Yang Tak Usang

189 32 6
                                    

Tari

Berlin, September 2023

Who the hell was that?!

Aku masih mengalami disorientasi pasca kejadian barusan. Siapa orang gila yang dengan sembarangan masuk ke kamar ini? Kamar yang kusewa adalah tipe female dormitory jadi nggak seharusnya ada laki-laki yang masuk ke kamar ini. Apalagi saat aku sedang dalam keadaan topless seperti tadi. Oke, memang nggak sepenuhnya toplessthank God, I still have a bra on. Tetapi tetap saja kejadian barusan membuatku merasa nggak nyaman.

Aku sudah sering menginap di hostel saat traveling ke luar negeri, terutama ke Eropa, tetapi baru kali ini aku mengalami kejadian nggak menyenangkan seperti ini.

Ini staf hostelnya gimana sih kok bisa-bisanya mereka kecolongan? Maksudku, satu-satunya cara laki-laki itu bisa masuk ke kamar ini adalah dengan key card access, yang tentunya dia dapatkan dari resepsionis. Meski nggak sempat melihat wajahnya dengan jelaskarena sudah keburu panik—aku tahu dia tamu hostel ini sama sepertiku. Jadi selain laki-laki asing itu, resepsionis hostel juga harus bertanggung jawab terhadap masalah ini kan?

I was dumbfounded and obviously panicked before. Jadi aku hanya bisa berteriak sambil berusaha menutupi bagian atas tubuhku yang nggak dilapisi kain apapun kecuali bra. Sekarang aku mulai menyesali reaksiku tadi. Seharusnya aku langsung mengejar laki-laki itu. Bisa saja kan dia kabur dan menolak bertanggung jawab, mengingat satu-satunya orang yang dirugikan dalam kejadian ini hanya aku.

Setelah memastikan penampilanku decent, aku bergegas keluar kamar untuk menemui resepsionis. Tetapi sebelum mencapai lift, aku melihat laki-laki tadi sudah kembali bersama dua orang lain yang nggak kukenali. Dari pin yang mereka kenakan sepertinya mereka adalah staf hostel ini.

"Hello, Miss. We're very sorry for the inconvenience we caused you. We heard that Mr. Dewantara accidentally took the wrong key and entered your room. We apologize for not checking it before handing it to him." ujar salah satu dari mereka.

Aku mendengus. Gampang banget kayaknya, ya? Tinggal minta maaf terus masalahnya selesai gitu?

"I am the one who is guilty. I'm sorry for causing the disturbance. I should have been more careful." Laki-laki bernama Dewantara itu menambahkan.

That.. was quite unexpected. Aku nggak menyangka laki-laki asing itu akan meminta maaf. Kukira dia akan melimpahkan semua tanggung jawab pada resepsionis hostel. Guess he's pretty decent.

"Yes. This problem wouldn't have happened in the first place if you guys had been more careful and done your job better," Meski sebenarnya masih kesal, melihat wajah mereka—terutama dua staf hostel—yang kelihatan merasa bersalah, membuatku sedikit luluh. Nggak tega rasanya memperpanjang masalah ini saat mereka sudah berinisiatif meminta maaf. Bahkan laki-laki asing itu—yang sempat kukira akan kabur dan menolak bertanggung jawab—mau mengakui kesalahannya dan turut meminta maaf. "But I accept your apology, all of you. At least you realize that I am the one who felt disadvantaged here."

Dua staf hostel itu lantas tersenyum, tampak lega mendengar aku sudah memaafkan mereka.

"Of course, Miss. Customer satisfaction is our priority, so to compensate for our mistake, we would like to offer you an upgrade. You can move to a single private en-suite at no additional charge."

Hah? Ini serius nggak sih?

Wajah mereka sama sekali nggak menunjukkan tanda-tanda bercanda, tetapi aku tetap nggak akan semudah itu percaya. Setahuku harga sewa private en-suite hampir tiga kali lipat dari harga kamar ini. Jadi mana mungkin mereka memberiku upgrade gratis sebagai kompensasi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StrandedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang