Bab 1

2 1 0
                                    

Seorang lelaki tua berpakaian tuksedo hitam tiba-tiba mendobrak masuk ke suatu ruangan yang penuh dengan tumpukan kertas dan map. "Tuan Duke! Nyonya menghilang!"

Seorang pria muda yang sedari tadi di dalam ruangan itu, berkutat pada dokumennya, bangkit dari tempat duduknya. "Apa!?" dia buru-buru meraih jas hitamnya yang sepertinya sengaja digantung di sandaran kursi yang dia pakai itu. "Di mana para kesatria yang berjaga?" tanyanya ketika sudah berada tepat di dekatnya pria tua berpkaian tuksedo hitam itu.

Sambil membungkuk dan daun tangannya di dada kirinya, pria tua itu menjawab. "Mereka sudah diamankan di ruang bawah tanah." Jawab si lelaki tua itu.

"Antar aku ke istriku!” Perintah pria itu yang mendahului pria bertuksedo itu.

“Baik, Tuan Duke!” Seorang pria berpakaian kesatria yang berdiri di luar ruangan seolah menunggu kehadiran dari pria di dalam ruangannya itu. Lalu berjalan beriringan dengan pria berjas hitam dengan baju putih santai pada lapisan dalamnya.

Sementara pria tua yang bertuksedo itu masih di tempatnya. Dia menegakkan tubuhnya sembari menghela napas panjang. “Kalau begini terus, keluarga ini akan mendapatkan omongan tidak baik. Aku khawatir akan kelangsungan dari keluarga ini...” gumamnya. Tak berselang lama, dia berjalan menuju pintu untuk keluar. Mungkin untuk mengikuti pria yang berjas hitam yang sebelumnya dipanggil Tuan Duke oleh seorang pria kesatria.

Di sisi lain, seorang wanita berdiri di atap dengan kaca di tangannya. Tapi yang mengerikannya, selain penampilannya yang berantakan dan tangannya penuh luka, tangan kanannya justru mengarahkan pecahan beling dari kaca itu ke lehernya. Membuat siapa pun di sana panik.

“Nyonya! Di sana berbahaya! Anda bisa terluka!”

“Nyonya! Saya mohon! Kemarilah! Di sana berbahaya!”

“Aku tidak peduli!” Teriakan dari wanita yang berdiri di atap dengan pose yang ekstrim itu mampu membungkam mulut orang-orang yang berpakaian pelayan yang berdiri di dekat jendela. “Kalian hanya peduli akan keselamatan kalian sendiri! Kalian peduli padaku karena perintah dia! Aku benci pengkhianat seperti kalian!” Kali ini teriakannya lebih kuat. Hingga membuat seorang anak laki-laki yang berada di taman yang bertepatan di bawah atap tempat wanita itu beraksi mendongakkan kepalanya ke atas.

“Apa itu... ibu?” Tanya anak laki-laki itu pada pelayan prianya.

Dengan menunduk serta raut wajah khawatir, pelayan tersebut menarik lembut tangan anak laki-laki itu. “Tuan Carl, lebih baik kita masuk saja. Anda kan punya tugas dari tuan Arnold besok.” Ucapnya dengan nada suara merendah dan tutur kalimat yang terdengar hati-hati.

“Lebih baik aku mati daripada hidup berdampingan dengan makhluk seperti kalian!” Teriakan wanita yang diduga ibu dari bocah bernama Carl itu membuat dua orang laki-laki terdiam mematung sejenak. Carl dan pria yang dipanggil dengan sebutan Tuan Duke. Tapi pria yang memiliki sebutan Tuan Duke itu langsung melanjutkan langkahnya tanpa ragu. Mungkin dia hanya kaget bahwa wanita itu berteriak seperti tadi.

“Daripada kau yang mati, lebih baik mereka yang melayanimu mati.” Ucapan dari pria yang memiliki sebutan Tuan Duke itu mampu membuat suasana menjadi lebih mencekam.

“Sepertinya ayah juga datang...” lagi-lagi kepala Carl mendongak. Tapi usai dua detik, dia mengembalikannya ke posisi sebelumnya, menatap lurus ke jalanan di depannya. “Mike.” Panggilnya pada pelayan di sampinnya.

“Ya, Tuan?”

“Sampai di kamar, aku ingin sendiri menyelesaikan tugasku.” Kata Carl yang menatap ke Mike dengan ekspresi datar.

“Tapi, tuan... Anda kan belum makan sejak pagi tadi. Apakah boleh saya membawakan makanan untuk Anda baru setelahnya saya keluar?” Tanya Mike dengan hati-hati, tetapi juga khawatir.

Carl tidak menatap mata Mike. Dia diam sejenak. Seperti sedang mempertimbangkan saran dari Mike barusan. “Baiklah...” senyuman tipis Carl dan sorot mata berterimakasihnya membuat Mike merasa lega.

“Terimasih, Tuan!” Mike memasang wajah cerahnya dengan daun tangannya di dada kirinya. “Serahkan pada saya! Saya tidak akan-“

Bam!
Suara dentuman keras menghentikan pembicaraan mereka berdua. Sontak keduanya berbalik hampir bersamaan. Namun keduanya membeku. Pasalnya pemilik dari suara dentuman itu ternyata dari jatuhnya pria Tuan Duke dan wanita yang diduga ibunya Carl. Belum lagi cairan merah kental yang diduga keluar dari tubuh mereka berdua. Menjadikan pemandangan yang tidak layak dipandang.

“Apa yang-“ belum sempat Carl menyelesaikan pertanyaannya. Mike lebih dulu menutup kedua mata Carl.

“Tuan muda, tidak boleh melihat pemandangan itu! Bahaya!” Lalu Mike menggendong Carl di depan layaknya adiknya sendiri. Namun tetap saja Carl masih bisa melihat pemandangan yang berada di belakangnya.

Kenapa ayah dan ibu saling membenci?, Carl menyembunyikan wajahnya sembari memeluk erat leher Mike.

Mike yang sadar akan keteledorannya. Buru-buru dia menggerakkan daun tangan kanannya untuk menutup mata Carl. Tapi, bukankah percuma? Karena Carl sudah lebih dulu menyembunyikan wajahnya. “Maaf, Tuan!” Lalu dia menambah kecepatan langkahnya.

“Mike...” panggil Carl dengan nada suara lirih.

“Ya, Tuan?” Mike memperlambat langkahnya supaya bisa mendengar suara permintaan dari tuan kecilnya.

“Aku ingin minum coklat hangat dengan marsmellow di atasnya.”

“Siap! Laksanakan!” Wajah Mike berseri-seri. Diikuti dengan langkahnya yang semakin cepat.

Dari arah yang berlawanan, para pelayan dan pria berseragam kesatria melewati mereka untuk menuju tergeletaknya pria Tuan Duke dan wanita tadi. Suasana memang mencekam, tapi tidak bagi Mike dan Carl. Entah kenapa Carl merasa tenang dalam pelukan Mike. Kuharap, Mike adalah abangku, batinnya dengan sorot mata menahan rasa sedihnya. Sedetik kemudian dia memejamkan kedua matanya. Anehnya, disekitar daun telinganya ada cahaya berbentuk benang. Bergerak mengitark area dekat telinga. “Aku ingin keluar dari sini...” lirihnya sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya.

Mike yang sebelumnya tersenyum cerah kini kedua matanya berkaca-kaca. Sembari mendekap lebih erat Carl, dia berdo'a. “Semoga Dewa mengabulkan permintaan Anda, Tuanku.”

Ternyata, Mike pelaku yang menidurkan Carl. Mengpa? Karena ada cahaya yang keluar dari tangan kanan Mike yang berada di kepala Carl. Apakah cahaya itu sihir? Tidak, ada pertanyaan yang lebih penting dari itu. Siapakah Mike sebenarnya?

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pangeran UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang