Aralin terbangun dan melihat keadaan sekitar, matanya perlahan menyesuaikan diri dengan remang-remang cahaya yang menerobos masuk melalui tirai jendela balkon. Ruangan itu terasa asing; ornamen dan hiasan ruangannya tidak sama seperti kamar kostnya. Di luar, suara bising dan hiruk pikuk ibu kota terdengar. Aralin mencoba mengingat bagaimana ia bisa berakhir di tempat ini, tetapi ingatannya kabur, seolah-olah bagian dari hidupnya baru saja dihapus tanpa jejak.
Dia bangkit, merasakan intinya terasa perih dan langkah kakinya berat, lalu kembali terduduk lagi, hatinya dipenuhi pertanyaan. Ruangan itu terasa mewah, dengan perabotan yang elegan dan tirai yang halus menyaring cahaya kota yang tak pernah tidur. Dari samping tempat tidur, ia merasakan gerakan; terdapat seseorang pria yang hanya ditutupi selimut. Dengan tangan yang gemetar, Aralin meraih bajunya yang ada di lantai untuk memakainya, sambil berhati-hati untuk tidak membangunkan pria yang terlelap di sisi lain tempat tidur. Rasa bingung dan kekhawatiran bercampur aduk dalam benaknya. Siapakah pria itu? Dan apa yang terjadi semalam hingga mereka berakhir di ruangan yang sama?
Aralin melangkah perlahan, berusaha sekuat tenaga untuk menjaga suaranya agar tidak terdengar. Dia memeriksa ruangan itu lebih lanjut, mencari petunjuk apa pun yang bisa menjelaskan situasinya. Di sudut ruangan, pada sebuah meja, dia menemukan sebuah gelas minuman, tampak belum tersentuh. Di sampingnya, tergeletak sebuah buku catatan kecil dan buku agenda—agenda milik Aralin, yang seharusnya aman di dalam tasnya. Dengan jantung berdebar, dia membuka buku catatan itu, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan keadaannya.
Di dalamnya, terdapat catatan tanggal dan janji yang tampaknya telah direncanakan dengan temannya, Riska. Aralin ingat, malam itu dia mencari kamar nomor 306 yang dipesan Riska untuk sebuah acara Bridal Shower. Namun, tidak ada penjelasan bagaimana mereka berdua bisa berakhir di kamar hotel mewah ini. Semua ini hanya menambah misteri tanpa memberikan jawaban.
Memutar halaman lebih lanjut, Aralin mencari petunjuk atau catatan yang mungkin bisa menjelaskan dari rencana yang sebenernya mereka ke situasi saat ini. Tapi, halaman demi halaman hanya berisi rencana dan catatan kegiatan sehari-hari yang tidak berkaitan. Frustrasi, dia menutup buku itu dan menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang kacau.
Aralin melangkah keluar dari kamar, hati-hatinya berusaha tidak mengeluarkan suara, namun detik itu juga, pria itu terbangun . Gerakan tiba-tiba dari pria itu membuat Aralin membeku, napasnya terhenti, dan hatinya seakan melompat keluar dari dada. Cahaya remang-remang kamar hotel membingkai siluetnya saat dia duduk, mengusap matanya yang masih setengah tertutup, tampak bingung seolah baru sadar dari mimpi yang panjang.
"Pagi," suaranya serak, masih terbebani tidur. Matanya menyipit, berusaha fokus pada sosok Aralin yang berdiri tak jauh darinya. "Kamu sudah bangun?" tambahnya, suaranya mengandung sedikit kebingungan dan kekhawatiran.
Aralin, yang masih terkejut dan tidak yakin harus berkata apa, hanya bisa mengangguk pelan. "Ya, saya... Saya.." suaranya tergagap, mencari alasan yang masuk akal tanpa mengungkap kebingungan dan rasa takut yang menderanya.
Pria itu mengangguk, seolah menerima penjelasan itu, meski jelas terlihat bahwa dia juga berusaha mengumpulkan ingatan tentang situasi mereka. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya, kini dengan nada yang lebih terjaga dan perhatian.
Aralin menarik napas dalam, mencoba mengendalikan detak jantungnya yang cepat. "Saya... saya baik-baik saja. Saya hanya perlu... mengambil udara segar," jawabnya, berusaha terdengar meyakinkan. Dia tidak ingin terlalu banyak berinteraksi, takut hal itu akan membuat situasinya menjadi lebih rumit. Apalagi, dia masih belum mengerti bagaimana dia bisa berakhir di kamar hotel ini dengan pria yang hampir tidak dia kenal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bound by Lies
RomanceRidwan dan seorang wanita terjerat dalam pernikahan penuh drama dan dendam. Tanpa mereka sadari, mereka telah saling mengenal dalam suatu malam yang penuh kekeliruan, hanya untuk terungkap bahwa mereka adalah suami istri. Ridwan, yang telah lama men...