3

579 66 6
                                    

Jam sebelas malam, Jaemin memutuskan untuk menginap di rumahnya Jisung karena kebetulan juga kedua orang tua pacarnya itu sedang lembur di kantor mereka. Kedua sejoli itu merebahkan tubuh keatas ranjang sambil berpelukan erat.

"Sayang ..." panggil Jaemin pelan.

"Hmm?"

"Jisung sayang." Jaemin mengusakkan hidung mancungnya pada surai lembut sang pacar.

"Apa sih?"

Jaemin tak menjawab, lengannya yang tadi melingkar erat pada pinggang Jisung kini terlepas dan meraih tangan pacarnya. "Lagi pengen." Ujarnya seraya menuntun tangan Jisung pada selangkangannya.

Jisung memutar bola matanya malas namun tetap menurut, jemari lentiknya meremas milik pacarnya sambil mendongak. Mata hamsternya menatap Jaemin yang sudah menutup kelopak matanya, sepertinya pemuda tampan itu sedang menikmati gerakan lembut tangan Jisung. Dengan senyum kecil, Jisung mendekatkan wajahnya pada Jaemin dan meraih bibir tipis itu dengan bibir penuhnya. Jisung ikut memejamkan matanya saat Jaemin menekan sekaligus mengelus tengkuknya.

Jaemin tersenyum menang dalam sela-sela ciumannya- ia memagut bibir penuh pacarnya dengan lembut, sesekali ia menggigit-gigit kecil bibir empuk Jisung. Dalam beberapa detik, Jaemin mulai melesakkan lidahnya ke dalam rongga hangat mulut Jisung, menyapu gigi rata serta langit-langit disana.

Jaemin merasakan tangan Jisung yang berusaha untuk melepaskan kancing celana jeansnya, lalu menurunkan resletingnya. Ia melepaskan pagutannya saat Jisung mulai meraih kejantanannya dan mengurutnya pelan.

"Fuck." Umpat Jaemin mendesis, tangannya kembali berpindah ke atas dada Jisung-memainkan puting milik pacarnya yang tertutupi piyama biru muda.

"Jaeminhh." rengek Jisung, ia bergerak tak nyaman.

Setelah beberapa menit, Jaemin menjauhkan tangan Jisung dari selangkangannya, juga berhenti memainkan jari panjangnya di atas dada pacarnya. Karena tak sabar, Jaemin bangkit dari rebahannya untuk mengungkung tubuh sintal Jisung, mengecup sekilas bibir penuhnya
lalu melepaskan seluruh kancing piyama pacarnya dengan cepat.

Di suguhi tubuh atas Jisung yang molek membuat Jaemin menelan ludah, ia turun dari ranjang untuk melucuti pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat. Dan dengan tergesa ia menarik celana Jisung beserta dalamannya dalam sekali sentak.

Jisung mengulum bibirnya saat Jaemin membuka kakinya dengan lebar dan menempatkan diri di antara kakinya. Keningnya mengernyit sambil mendesis pelan merasakan kejantanan kekasihnya masuk ke dalam lubangnya dengan sekali sentak.

"Enghh ..."

"Ghhh ..." Jaemin menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Jisung, mengecupi leher jenjang pacarnya seraya memainkan puting Jisung.

"Sshh ..."

Jisung masih mengernyit, ia memejamkan mata dan meremat surai hitam Jaemin. Ia merasa lubangnya begitu penuh dan hangat.

"Aku kasar dikit ya?" Bisik Jaemin.

Jisung mengangguk pelan. Dan dalam sepersekian detik tubuhnya sudah beguncang mengikuti gerakan pinggul Jaemin yang cukup brutal.

Reflek Jisung menaikkan kakinya dari permukaan ranjang dan semakin membuka kakinya seraya meremat spreinya. Bibir penuhnya yang terbuka mengeluarkan desahan lirih, menyalurkan rasa nikmatnya karena daging kecil di ujung lubangnya terus termanjakan.

Jisung dan Jaemin merasa aliran darah mereka semakin deras, pun saraf mereka yang sepertinya mulai bekerja semakin cepat hingga membuat jantung keduanya bertalu.

"Uhh Jaeminhh ...."

Jaemin tersenyum senang memandang wajah memerah sang pacar yang erotis. Keningnya mengerut, matanya terpejam menutupi obsidian kelamnya, putingnya mencuat, serta bibir penuhnya yang terus mendesah seksi. Benar-benar pemandangan yang indah. Sayangnya Jaemin tak bisa membuat hickey di leher jenjang pacarnya.

Jaemin menikmati bagaimana kejantanannya yang besar nan panjang itu di urut dengan lubang ketat pacarnya, juga kepala kejantanannya yang terus menabrak daging kecil di ujung lubang yang semakin membengkak. Rasanya benar-benar luar biasa hingga ia bergerak seperti hewan liar di atas tubuh sang pacar dan nyaris saja menjemput pelepasannya.

Jisung menyentuh tangan Jaemin yang bertengger di pinggangnya.  "P-pelanh ... sedikithhh ... Sshh nghhh .."

Jisung menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan tubuhnya yang mulai mengejang, lubangnya yang semakin mengetat serta ujung kejantanannya yang terus mengeluarkan precum menunjukkan jika orgasmenya semakin dekat.

"Gue juga mau keluarhh. Tahan bentar." Ujar Jaemin yang semakin mempercepat gerakan pinggulnya.

Jemari kaki Jisung mengerut, perutnya juga mulai kaku karena menahan orgasme yang sudah berada di ujung. "Cepetanhh."

Jisung nyaris berteriak saat ia tak mampu menahan dan akhirnya cairan putihnya meledak, keluar dengan deras membasahi perut pacarnya.

Jaemin menenggelamkan kejantanannya semakin dalam seraya memeluk tubuh Jisung, mengeluarkan cairannya di dalam lubang pacarnya hingga memenuhi perut pemuda cantik itu.

Pagi ini Jisung terlebih dahulu meninggalkan Jaemin yang masih terlelap dan berangkat sendiri ke sekolah. Ia baru sadar jika pemuda berkulit sedikit tan itu membuang benihnya di dalam tubuhnya saat ia mandi tadi. Sialan memang.

Alhasil, sekarang Jisung sarapan di sekolah bersama Renjun, sedangkan Ningning sibuk piket di kelas.

"Gimana? Udah dapet yang baru?" Tanya Jisung sebelum menelan omelete yang dikunyahnya.

Renjun menggeleng. "Belum. Gak ada yang mirip sama Jeno."

"Lo nyari yang mirip Lee Jeno?!"

"Iya." Renjun mengangguk dengan polosnya.

"Buaya kayak dia tuh susah ada kembarannya." Dengus Jisung. "Dari pada nyari yang mirip mending balikan aja lo sana sama dia."

"Boleh?" Tanya Renjun kelewat antusias.

"Gak."

Renjun kembali menunduk lesu. "Gue masih sayang sama dia." Ujarnya lirih.

"Ck ck ck! Kayaknya Jeno terlalu tinggi deh sampe lo gak bisa liat ke depan lagi."

"Maksudnya? Lo ngatain gue boncel?!" Pekik Renjun tak terima.

"Ya bagus deh kalo nyadar diri."

"Anjing!" Umpat Renjun sambil melempar sedotan bekas minumnya pada Jisung.

"Basah anjir! Kayak ludah, ieuhhh jijik."

Renjun mencibir. "Serius nih, maksud lo apaan sih?"

"Ya, lo udah terlalu cinta sama si samoyed sialan alias si Jeno Jeno itu. Lo juga ngerasa cintanya Jeno udah menggunung kayak cinta Jaemin ke gue. Makanya lo gak bisa noleh kemana-mana lagi. Ngerti gak?"

"Gak." Renjun menggeleng polos.

"Au ah, kesel gue." Ujarnya lalu meninggalkann Renjun sendirian yang masih menampilkan wajah polosnya.

TBC.

𝓨𝓸𝓾𝓷𝓰 𝓛𝓸𝓿𝓮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang